Manipulasi merupakan
salah satu bagian penting dari cinema, bagaimana filmmaker membentuk, memoles,
menyatukan, memecah, hingga menyatukan kembali materi agar dapat mengakomodasi
misi yang ingin ia capai. Di karya terbarunya 'Right Now, Wrong Then (Jigeumeun-matgo-geuttaeneun-tteullida)' Hong Sang-soo mencoba memanipulasi
penonton dengan cara yang sederhana namun meninggalkan kesan yang tidak
sederhana, mengajak kamu bermain dengan formula back and repeat, bagaimana jika
kamu memiliki kemampuan untuk kembali melakukan apa yang pernah kamu lakukan
sembari memperbaiki hal-hal yang pernah kamu “eksekusi” secara kurang tepat.
Babak pertama: Ham Chun-su (Jung Jae-young) merupakan
sutradara art-film yang datang ke Suwon untuk
menghadiri screening salah satu filmnya. Di sana ia bertemu dengan Yoon Hee-jung (Kim Min-hee), wanita
muda, seorang pelukis pemula. Karena tiba satu hari lebih awal Chun-su punya
free time dan itu isi bersama Hee-jung, dari awal yang canggung hingga minum
soju, berkunjung ke studio Hee-jung, dan bersama pergi makan sushi, usaha
Chun-su untuk segera meraih hati Hee-jung gagal ketika ia mengungkapkan sebuah
fakta. Babak kedua: Ham Chun-su mencoba meraih hati Yoon Hee-jung namun kini dengan
“sentuhan” yang berbeda.
Saya bukan hardcore
fans dari Hong Sang-soo, dari empat
film terbarunya saya menyukai 'In Another
Country' dan 'Hill of Freedom'
sementara itu 'Nobody's Daughter Haewon'
dan 'Our Sunhi' terasa biasa. Tapi di
balik grafik naik dan turun tersebut ada satu hal yang selalu menarik dinanti
dari karya terbaru Hong Sang-soo:
sama seperti Woody Allen, dengan
formula dan tema klasik andalannya apa "kejutan" terbaru yang kembali
ia ciptakan? Di karya terbarunya ini Hong
Sang-soo masih berada di zona
aman dan nyaman milikinya, masih dengan tema “human relationships” dan tentu saja soju yang menjadi andalannya, tapi yang mengejutkan adalah "impact" yang dihasilkan kisah tradisional a la Hong Sang-soo ini terasa segar dan
padat. Sebuah studi karakter di mana dua karakter secara bertahap mulai saling
suka satu sama lain ‘Right Now, Wrong
Then’ merupakan sebuah drama yang terasa stretched dari luar tapi terasa padat di dalam.
Hal terbaik dari ‘Right Now, Wrong Then’ tentu saja
format yang digunakan oleh Hong Sang-soo. Seperti cermin, babak pertama kita
melihat Ham Chun-su mencoba menarik perhatian Hee-jung yang di sisi lain kita
bisa rasakan juga suka pada Chun-su, sebuah hangout dari yang awalnya canggung
hingga kesan natural tumbuh semakin besar, bermain dengan soju sementara kamera
membawa kita mengamati mereka dalam visualisasi yang tidak mencoba tampak
terlalu dipoles. Long takes, ‘Right Now,
Wrong Then’ mampu membuat penonton penasaran pada apa yang akan terjadi
pada karakter walaupun yang mereka lakukan hanya berbincang. Penyebabnya karena
ini seperti menyaksikan manusia di dalam layar, Chun-su dan
Hee-jung bermain dengan hal-hal “normal” dari itu yang baik hingga yang buruk.
Hong Sang-soo juga berhasil memanipulasi romance
dengan baik, terasa cerdik, cukup tajam, tapi juga lucu.
Tapi ketika penasaran
terus berjalan, boom, kita berpisah
dengan karakter, dan di situ akhir babak pertama. Menariknya adalah kita dibawa
untuk kembali ke titik awal dengan setting dan "isi" yang serupa
tapi tak sama. Peristiwa yang terjadi di antara Chun-su dan Hee-jung kini
disusun ulang, mereka mencoba memperbaiki kesalahan yang mereka lakukan di babak
pertama, seperti Chun-su yang di babak pertama mabuk kini mulai terkendali
dengan nada bicara yang lebih lembut, Chun-su yang “dingin” kini menjadi lebih
terbuka dan terasa lebih tulus. Hong Sang-soo cerdik dalam memainkan narasi
repetitif itu, dengan rasa offbeat ia buat kita penasaran di babak pertama
lalu kemudian memberi alternative version
di babak kedua dengan “getaran” yang sama baiknya. In the end ‘Right Now, Wrong Then’ menjadi sebuah cermin di mana
kita membandingkan dua bagian, babak pertama sebagai pondasi dan di babak kedua
bertemu dengan persepsi baru dengan tingkat objektifitas yang lebih tinggi
terhadap materi.
Itu yang membuat ‘Right Now, Wrong Then’ terasa menarik,
sebuah potret perilaku manusia yang tampak sederhana tapi memiliki insight dan
sensitifitas yang tidak sederhana. Hanya membandingkan dua babak, trial and error, sebuah refleksi,
terkadang memiliki suspense yang oke, dengan outcome yang manis. Selain dibantu kinerja yang memikat dari Kim Min-hee (The Handmaiden) dan Jung Jae-young (a subtle performance) serta pemeran pendukung
lainnya saya juga suka cara yang digunakan oleh Hong Sang-soo dalam memberikan sentuhan yang berbeda di
masing-masing babak. Dari di bagian cerita serta elemen teknis seperti
sinematografi dari angles dan zoom, tidak frontal tapi perbedaan pada
komposisi dan detail berhasil membuat perbedaan terutama pada feel yang terasa seimbang, seperti adegan
terkait rokok itu misalnya.
Hong Sang-soo sudah
pernah melakukan formula repetitif ini di ‘The
Day He Arrives' tapi saya lebih suka
hasil akhir ‘Right Now, Wrong Then’
yang terasa lebih padat. Dua perspektif yang dieksplorasi dengan konsisten
menarik di masing-masing bagian, menciptakan tragedi untuk mengamati
“kerapuhan” bersama witty comedy dengan tone serius tapi santai, ‘Right Now, Wrong Then’ merupakan sebuah kisah tentang moral yang terasa menyenangkan, sebuah
drama yang simple tapi padat berkat
eksekusi yang percaya diri ketika berbicara tentang truth yang terdapat di dalam human relationship. Rasa ragu dan
ketidakpastian, kontrol hingga mengambil risiko ketika menentukan pilihan, ‘Right Now, Wrong Then’ menampilkan
dengan baik bahwa dua kunci penting dalam human relationship adalah honesty and sincerity. Segmented.
Dan setelah film ini hoo sang soo selingkuh sama kim min hee. Segmented.
ReplyDeletelol. Mengejutkan memang. :)
DeleteHampir tiap jam sy ngecek blog ini. Nunggu banf rory nulis review Suicide Squid. Semoga sama dengan saya. Nilai maksimal 6
ReplyDeleteWaduh. Hehe. Sudah di set di jam 22:00. Score saya untuk SS lebih tinggi. :)
Delete