Disney
belum berhenti untuk bercerita tentang believing
in wonder di tahun ini. Di awal tahun kita sudah bertemu dengan ‘Zootopia’ bersama seekor kelinci yang
berjuang meraih mimpinya, yang kemudian disusul oleh ‘The Jungle Book’ dan ‘Finding Dory’. Kini ‘Pete's Dragon’ hadir
mencoba meneruskan pencapaian tadi, sebuah redesign yang sehat pada a tale of a
magic tentang kisah persahabatan antara seorang manusia dengan seekor naga
dengan kombinasi heart, semangat, dan visual yang menyenangkan. It’s ‘The Good Dinosaur’ meets ‘The Jungle Book’ with good heart and magic.
Grace
Meacham (Bryce Dallas Howard), seorang penjaga hutan,
tidak percaya dengan cerita sang ayah, Mr.
Meacham (Robert Redford), tentang naga yang hidup di dalam hutan, sampai
ketika ia bertemu dengan Pete (Oakes
Fegley). Remaja berusia 10 tahun itu mengatakan selama ini ia diasuh dan
dilindungi oleh seekor naga hijau bernama Elliot. Pete yang selama ini
bersembuyi dari interaksi sosial dengan manusia lain keluar dari hutan untuk
meminta bantuan dari Grace. Hutan tempat ia dan Elliot selama ini tinggal sedang terancam aksi dari para penebang hutan yang
dipimpin pria bernama Gavin (Karl Urban).
Disney
membuat keputusan yang tepat di bangku sutradara, mereka memilih sutradara indie David Lowery (Ain't Them Bodies Saints) yang berhasil menampilkan pesona yang dimiliki cerita. Memang ‘Pete's Dragon’ pada akhirnya tidak
terasa terlalu “flashy” tapi film ini
berhasil menampilkan sebuah hiburan family
adventure yang baik. Saya suka visi yang David Lowery gunakan atau terapkan di film ini, setiap bagian
dibuat agar tampak minimal tapi memberikan hasil yang tidak minimal. ‘Pete's Dragon’ mencoba menampilkan
materi yang sedikit serius, daya tarik dramatis terjaga tapi tidak terasa berat
dan berlebihan, dan di sisi lain ada humor yang oke mengisi kisah dengan durasi 102 menit ini. Kombinasi tadi kualitasnya
terjaga dengan baik hingga akhir, koneksi dan pesona tentang persahabatan dan
keluarga terasa oke sambil membawa penonton menyaksikan Pete yang masuk kedalam
lingkungan baru yang mengejutkannya dan membuat rasa ingin tahunya meluap.
Hal menarik lain dari ‘Pete's Dragon’ adalah sebagai film
dengan fantasi yang merupakan salah satu temanya usaha membuat penonton
terpukau dengan visual tidak terlalu mendominasi. Pete's Dragon punya drama sebagai central dengan nuansa yang terasa nyaman dan tenang, David Lowery mampu membumbui narasi
klasik yang ia gunakan untuk berbicara tentang childhood dan reality.
Penonton dewasa akan menemukan hal-hal manis dari sebuah film Disney bersama nostalgia masa anak-anak
yang polos dan naif, sementara penonton muda akan terpesona dengan persahabatan
antara Pete dan Elliot yang terasa menyenangkan diikuti. David Lowery juga berhasil menggambarkan hal-hal yang sedikit lebih "gelap" dengan baik, tidak membuat materi seperti kehilangan dan kesepian
“mengganggu” daya tarik cerita dan menghasilkan kombinasi menarik antara family drama fantasy dengan sincerity
yang menarik.
Jika harus memilih hal
terbaik dari film ini maka pilihan saya adalah cara sincerity mengisi cerita. Ini sederhana, masalah dan isu juga
klasik, tapi ‘Pete's Dragon’ punya
kelembutan yang tidak sederhana. Saya suka cara kasih sayang mengisi cerita,
karakter manusia punya “heart” yang menarik dan Elliot juga memiliki hal yang
sama. Itu membuat ancaman di plot yang klise itu tetap terasa menarik, karena
kamu ingin karakter-karakter ini tetap merasakan kebahagiaan. Fokus film ini
juga oke, tidak overuse menggunakan usaha
menyelamatkan Elliot tapi juga arena bagi Pete belajar tentang dunia, dari rasa
ingin hidup bersama manusia tapi juga takut kehilangan teman baiknya, Elliot.
Memang di beberapa bagian ‘Pete's Dragon’
terasa lambat dan kurang begitu exciting
tapi cerita dan karakter tetap terus tumbuh menjadi lebih menarik. Dan hal itu
juga berkat elemen teknis yang berhasil membuat Elliot menjadi karakter yang
punya “heart” yang menarik.
‘Pete's
Dragon’ punya elemen teknis yang berhasil membuat elemen
fantasi miliknya jadi terasa enak untuk dinikmati, selain juga punya peran
dalam membuat drama juga terasa semakin menarik. Thrill yang dihasilkan visual
juga terasa oke, David Lowery cermat
dalam membangun lapisan dan irama untuk mempermainkan antisipasi penonton, dan
momen ketika Elliot dan Pete terbang lalu kemudian berputar-putar di awan
merupakan momen visual terbaik dari ‘Pete's
Dragon’. Dibantu dengan cinematography
dan scoring yang juga oke kisah
tentang “keajaiban” ini juga punya visual
effects yang manis pada cara mereka membentuk Elliot menjadi karakter
animated tapi dengan rasa cartoonish
yang tidak berlebihan. Bentuk fisiknya tampak oke dan karakteristik
yang ditanamkan padanya membuat Elliot menjadi sosok baik hati yang
menyenangkan, lebih dari sekedar hewan peliharaan Elliot merupakan naga yang membuat
kamu ingin memeluknya.
Dilengkapi dengan
kinerja cast yang tidak kalah memikat dalam menyuntikkan kehangatan ke dalam
cerita (Bryce Dallas Howard is good) David Lowery berhasil membentuk ‘Pete's Dragon’ menjadi family drama and fantasy yang
menyenangkan. Sesuatu yang familiar telah eksis sejak sinopsis tapi ‘Pete’s Dragon’ punya semangat yang
segar, terasa fluid dalam menampilkan
imajinasi yang tampil minimalis dan oke dalam membangun drama berisikan pesan
seperti loyalty dan melindungi sosok
yang kamu sayangi. Di beberapa bagian memang terasa sedikit lambat tapi tanpa
unsur musical cerita dan karakter
terus tumbuh menjadi menarik bersama presentasi visual yang memikat di dalam
kisah tentang believing in wonder
ini. Tidak terlalu "flashy"
‘Pete’s Dragon’ merupakan film yang menyenangkan untuk ditonton bersama
keluarga.
Fresfifteen July nya belom di post
ReplyDeleteJadwalnya malam ini. :)
DeleteTermasuk film yang ditunggu banget nih ๐. Nice review ๐
ReplyDeleteDitunggu KINGSGLAIVE-nya, mudah2an di review๐
Baru akan nonton Kingsglaive minggu depan, tapi kemungkinan besar tidak direview. :)
DeleteTampang naganya culun...coba kalo sama kayak yang di film Hobbit...itu baru keren. :)
ReplyDelete