17 August 2016

Review: Pete’s Dragon (2016)


"Dragon! It’s a dragon!"

Disney belum berhenti untuk bercerita tentang believing in wonder di tahun ini. Di awal tahun kita sudah bertemu dengan Zootopia bersama seekor kelinci yang berjuang meraih mimpinya, yang kemudian disusul oleh ‘The Jungle Book’ dan Finding Dory. Kini ‘Pete's Dragon’ hadir mencoba meneruskan pencapaian tadi, sebuah redesign yang sehat pada a tale of a magic tentang kisah persahabatan antara seorang manusia dengan seekor naga dengan kombinasi heart, semangat, dan visual yang menyenangkan. It’s ‘The Good Dinosaur’ meets ‘The Jungle Book’ with good heart and magic.

Grace Meacham (Bryce Dallas Howard), seorang penjaga hutan, tidak percaya dengan cerita sang ayah, Mr. Meacham (Robert Redford), tentang naga yang hidup di dalam hutan, sampai ketika ia bertemu dengan Pete (Oakes Fegley). Remaja berusia 10 tahun itu mengatakan selama ini ia diasuh dan dilindungi oleh seekor naga hijau bernama Elliot. Pete yang selama ini bersembuyi dari interaksi sosial dengan manusia lain keluar dari hutan untuk meminta bantuan dari Grace. Hutan tempat ia dan Elliot selama ini tinggal sedang terancam aksi dari para penebang hutan yang dipimpin pria bernama Gavin (Karl Urban).  


Disney membuat keputusan yang tepat di bangku sutradara, mereka memilih sutradara indie David Lowery (Ain't Them Bodies Saints) yang berhasil menampilkan pesona yang dimiliki cerita. Memang ‘Pete's Dragon’ pada akhirnya tidak terasa terlalu “flashy” tapi film ini berhasil menampilkan sebuah hiburan family adventure yang baik. Saya suka visi yang David Lowery gunakan atau terapkan di film ini, setiap bagian dibuat agar tampak minimal tapi memberikan hasil yang tidak minimal. ‘Pete's Dragon’ mencoba menampilkan materi yang sedikit serius, daya tarik dramatis terjaga tapi tidak terasa berat dan berlebihan, dan di sisi lain ada humor yang oke mengisi kisah dengan durasi 102 menit ini. Kombinasi tadi kualitasnya terjaga dengan baik hingga akhir, koneksi dan pesona tentang persahabatan dan keluarga terasa oke sambil membawa penonton menyaksikan Pete yang masuk kedalam lingkungan baru yang mengejutkannya dan membuat rasa ingin tahunya meluap. 


Hal menarik lain dari ‘Pete's Dragon’ adalah sebagai film dengan fantasi yang merupakan salah satu temanya usaha membuat penonton terpukau dengan visual tidak terlalu mendominasi. Pete's Dragon punya drama sebagai central dengan nuansa yang terasa nyaman dan tenang, David Lowery mampu membumbui narasi klasik yang ia gunakan untuk berbicara tentang childhood dan reality. Penonton dewasa akan menemukan hal-hal manis dari sebuah film Disney bersama nostalgia masa anak-anak yang polos dan naif, sementara penonton muda akan terpesona dengan persahabatan antara Pete dan Elliot yang terasa menyenangkan diikuti. David Lowery juga berhasil menggambarkan hal-hal yang sedikit lebih "gelap" dengan baik, tidak membuat materi seperti kehilangan dan kesepian “mengganggu” daya tarik cerita dan menghasilkan kombinasi menarik antara family drama fantasy dengan sincerity yang menarik. 


Jika harus memilih hal terbaik dari film ini maka pilihan saya adalah cara sincerity mengisi cerita. Ini sederhana, masalah dan isu juga klasik, tapi ‘Pete's Dragon’ punya kelembutan yang tidak sederhana. Saya suka cara kasih sayang mengisi cerita, karakter manusia punya “heart” yang menarik dan Elliot juga memiliki hal yang sama. Itu membuat ancaman di plot yang klise itu tetap terasa menarik, karena kamu ingin karakter-karakter ini tetap merasakan kebahagiaan. Fokus film ini juga oke, tidak overuse menggunakan usaha menyelamatkan Elliot tapi juga arena bagi Pete belajar tentang dunia, dari rasa ingin hidup bersama manusia tapi juga takut kehilangan teman baiknya, Elliot. Memang di beberapa bagian ‘Pete's Dragon’ terasa lambat dan kurang begitu exciting tapi cerita dan karakter tetap terus tumbuh menjadi lebih menarik. Dan hal itu juga berkat elemen teknis yang berhasil membuat Elliot menjadi karakter yang punya “heart” yang menarik. 


‘Pete's Dragon’ punya elemen teknis yang berhasil membuat elemen fantasi miliknya jadi terasa enak untuk dinikmati, selain juga punya peran dalam membuat drama juga terasa semakin menarik. Thrill yang dihasilkan visual juga terasa oke, David Lowery cermat dalam membangun lapisan dan irama untuk mempermainkan antisipasi penonton, dan momen ketika Elliot dan Pete terbang lalu kemudian berputar-putar di awan merupakan momen visual terbaik dari ‘Pete's Dragon’. Dibantu dengan cinematography dan scoring yang juga oke kisah tentang “keajaiban” ini juga punya visual effects yang manis pada cara mereka membentuk Elliot menjadi karakter animated tapi dengan rasa cartoonish yang tidak berlebihan. Bentuk fisiknya tampak oke dan karakteristik yang ditanamkan padanya membuat Elliot menjadi sosok baik hati yang menyenangkan, lebih dari sekedar hewan peliharaan Elliot merupakan naga yang membuat kamu ingin memeluknya.  


Dilengkapi dengan kinerja cast yang tidak kalah memikat dalam menyuntikkan kehangatan ke dalam cerita (Bryce Dallas Howard is good) David Lowery berhasil membentuk ‘Pete's Dragon’ menjadi family drama and fantasy yang menyenangkan. Sesuatu yang familiar telah eksis sejak sinopsis tapi ‘Pete’s Dragon’ punya semangat yang segar, terasa fluid dalam menampilkan imajinasi yang tampil minimalis dan oke dalam membangun drama berisikan pesan seperti loyalty dan melindungi sosok yang kamu sayangi. Di beberapa bagian memang terasa sedikit lambat tapi tanpa unsur musical cerita dan karakter terus tumbuh menjadi menarik bersama presentasi visual yang memikat di dalam kisah tentang believing in wonder ini. Tidak terlalu "flashy" ‘Pete’s Dragon’ merupakan film yang menyenangkan untuk ditonton bersama keluarga.









5 comments :

  1. Fresfifteen July nya belom di post

    ReplyDelete
  2. Termasuk film yang ditunggu banget nih ๐Ÿ˜Š. Nice review ๐Ÿ‘

    Ditunggu KINGSGLAIVE-nya, mudah2an di review๐Ÿ˜Š

    ReplyDelete
    Replies
    1. Baru akan nonton Kingsglaive minggu depan, tapi kemungkinan besar tidak direview. :)

      Delete
  3. Tampang naganya culun...coba kalo sama kayak yang di film Hobbit...itu baru keren. :)

    ReplyDelete