Film bertemakan
kegiatan pendakian gunung belakangan ini terasa berwarna, seperti 'Meru' misalnya, tahun lalu juga ada 'Everest', dan Korea menciptakan versi
mereka lewat 'The Himalayas'. Tapi
bicara tentang film Korea kamu bisa taruh ekspektasi yang sedikit lebih besar
pada mereka mengolah materi familiar dan menampilkannya dengan balutan drama
yang manis. Pertanyaannya adalah apakah sebuah usaha penyelamatan di tengah
medan yang begitu menantang akan terasa manis jika disandingkan dengan
melodrama khas Korea? The Himalayas (Himallaya), an okay
expedition melodrama.
Pendaki gunung veteran
dan seorang ahli yang sangat dihormati bernama Um Hong-gil (Hwang Jung-min), tahun 1992 pernah menyelamatkan dua
pria muda asal Korea bernama Park
Moo-taek (Jung Woo) dan Park Jung-bok
(Kim In-kwon) ketika mereka mendaki Gunung Everest. Namun meskipun dahulu
telah menyarankan Moo-taek untuk tidak lagi melakukan pendakian Um Hong-gil
mendapati bahwa Park Moo-taek dan Park Jung-bok kembali mencoba mendaki tujuh
tahun kemudian bersama ekspedisi Kangchenjunga
yang ia pimpin. Tahun 2004 sebuah kejutan menghampiri Hong-gil, sebuah
ekspedisi berakhir buruk dan salah korban dari ekspedisi tersebut yang masih tertinggal
adalah Park Moo-taek.
Bagian pembuka film ini
terasa sangat menarik, kesan menakutkan dan mengancam dari kegiatan pendakian gunung
berhasil divisualisasikan dengan baik oleh sutradara Lee Seok-hoon (The Pirates), ia terasa oke dalam menggunakan elemen
teknis seperti editing dan visual effects serta yang terpenting
kita sebagai penonton langsung masuk ke dalam setting cerita dengan tekanan
yang oke. Tapi untuk membahas tentang pendakian gunung dari film terasa sulit
sebenarnya, di layar mereka muncul tapi ketimbang jadi jualan utama bersama
berbagai bahaya yang mengancam mereka terasa seperti pendamping di sini. Jualan
utama The Himalayas ternyata adalah
sebuah melodrama dengan pendakian
gunung sebagai jalan untuk bercerita, mencoba menyampaikan kisah persahabatan
lengkap dengan tantangan fisik dan emosi.
Itu memang tidak salah
tapi yang jadi masalah seperti pertanyaan saya di awal tadi, apakah tema
pendakian gunung dan melodrama dapat
klik dengan baik di film ini? Jawabannya adalah cukup baik tapi terlalu biasa.
Film ini menggunakan cukup banyak waktu untuk menampilkan hubungan antara
Moo-taek, Jung-bok, dan Hong-gil, dari “kesulitan” yang berasal dari Hong-gil
seperti lewat beberapa tawa di sana-sini. Bagian ini terasa cukup oke, saya
merasa dekat dengan karakter-karakter tadi walaupun tidak merasakan koneksi
emosi yang luar biasa ketika mereka menghadapi tantangan. Dan ketika bagian
tersebut telah terbentuk cerita mulai mencoba mengkombinasi genre, adventure dengan dramatisasi. Sebenarnya
berbagai subplot film ini cukup oke tapi di sini pula sumber minus terbesar
dari The Himalayas: yang ia coba
lakukan kerap terasa “cheap”.
Manipulasi emosi di dalam script yang cheesy tidak menjadi masalah jika ditampilkan dengan
kesan yang konsisten tidak terasa murahan. Tidak semuanya tapi mayoritas
dramatisasi The Himalayas terasa kurang
memikat, seperti melayang-layang, ibarat sebuah sup ini terasa terlalu polos.
Fokus utama Lee Seok-hoon di sini
seperti bagaimana mempermainkan emosi penonton tanpa membuat tone cerita terasa berat. Apakah
strategi semacam itu mungkin? Ya, mungkin, tapi tanpa detail yang oke daya
tarik dari drama terus naik dan turun, tidak terasa stabil. Pusat utama 'The Himalayas' adalah emosi karakter,
fokus pada koneksi antar karakter dan ekspresi wajah mereka. Seperti disebutkan
tadi ikatan antar karakter ada yang menarik tapi karena terlalu bertumpu pada
relationship membuat cerita tidak punya urgensi yang menarik.
Untung saja The Himalayas punya cast dengan kinerja
yang oke. Posisi naik di grafik daya tarik tadi mayoritas berasal dari kinerja
akting, menggambarkannya secara sederhana mereka terasa entertaining baik
sebagai individu maupun tim. Hwang
Jung-min tentu saja bintang yang paling bersinar di sini, ia berhasil
menampilkan obsesi Hong-gil pada kegiatan mendaki gunung tapi juga
menggabungkan dengan baik kesan “keras” bersama kesan lembut yang dimiliki karakternya
itu. Jung Woo juga tampil oke, pria
berjiwa muda yang lucu dan humble merupakan daya tarik terbesar dari Park
Moo-taek dan itu berhasil ditampilkan dengan baik oleh Jung Woo. Sementara itu Jung Yu-mi dan Ra Mi-Ran merupakan karakter sekunder lain yang sukses mencuri
perhatian.
Meskipun menggunakan
judul ‘The Himalayas’ serta kegiatan
pendakian gunung sebagai basis ternyata film ini merupakan sebuah melodrama berisikan kisah brotherhood, persahabatan, dan keluarga.
Memiliki visual yang oke sutradara Lee Seok-hoon kurang berhasil membangun
koneksi yang benar-benar kuat antara elemen drama dan elemen action untuk dapat
bersanding sejajar, menjadi petualangan penuh bahaya yang meraih simpati penontonnya
tidak berhasil dilakukan dengan maksimal olehnya. Alhasil meskipun memiliki
beberapa momen yang menghibur ‘The
Himalayas’ kurang berhasil dalam upayanya menjadi an expedition melodrama dengan emosi yang luar biasa. Terkadang hit, terkadang miss, untungnya di dua jam durasinya tidak pernah terasa
menjengkelkan terlebih berkat kinerja akting yang terasa mumpuni. Not bad.
0 komentar :
Post a Comment