Terdapat kalimat yang
mungkin telah sering kita temukan, bahwa “yesterday
is history, tomorrow is a mystery, and today is a gift”. Semuanya telah
punya siklus yang “tetap” di kehidupan normal oleh sebab itu kita manusia harus
bertindak dengan “baik dan benar” untuk dapat menghasilkan situasi yang manis
di tiga bagian tadi. So, bagaimana jika history
tadi dapat “dimodifikasi” untuk menghasilkan gift yang lebih baik dari sebelumnya? Sutradara ‘My Sassy Girl’ dan ‘The Classic’ menggunakan pertanyaan tadi untuk mengajak
penontonnya masuk ke dalam sebuah fantasi berisikan misteri, suka dan duka, dan
tentu saja seperti film Korea pada umumnya, emosi dan cinta. Time Renegades (Siganitalja): an understated
melo-thriller.
Ji-Hwan
(Cho Jung-suk) yang merupakan seorang guru musik
dan akan segera menikahi pacarnya Yoon-Jung (Lim Soo-jung), mencoba
melindungi Yoon-Jung yang sedang terlibat dalam sebuah kasus. Usaha tersebut
celakanya berakhir buruk, Ji-Hwan menderita luka dan tak sadarkan diri di ruang
gawat darurat. Hal yang sama juga dialami oleh rookie detektif bernama Gun-Woo
(Lee Jin-wook) yang terluka ketika bertugas di perayaan malam pergantian
tahun dan kini dalam kondisi tak sadarkan diri. Untung saja sebuah “kejutan” defibrillator berhasil membangunkan dua
pria tersebut.
Tapi kejadian tersebut
membawa Ji-Hwan dan Gun-Woo ke dalam situasi yang rumit.
Ji-Hwan kini dapat melihat kehidupan sehari-hari dari Gun-Woo melalui mimpinya,
begitupula sebaliknya. Gun-Woo yang bertemu dengan So-Eun (Lim Soo-Jung), wanita yang mirip dengan Yoon-Jung, pada
akhirnya mempelajari tentang kasus yang menimpa Ji-Hwan lewat koneksi dan
visibilitas yang mereka miliki kini. Misi dua pria itu adalah untuk
menyelamatkan So-Eun yang ternyata kini berada dalam kondisi berbahaya. Yang
menjadi masalah adalah Ji-Hwan dan Gun-Woo hidup di dua era yang berbeda,
Ji-Hwan di tahun 1983, Gun-Woo di tahun 2015.
Ya, terlepas dari
potensi untuk meninggalkan “lubang” yang begitu tinggi kisah yang mengusung “time travel” dalam bentuk apapun selalu
terasa menarik, at least dia punya premis yang menantang untuk diikuti. ‘Time Renegades’ memiliki konsep klasik yang
dimodifikasi dengan cara yang menarik, menyajikan plot yang berpusat pada dua
alur cerita ini terjalin dengan menggunakan cerita tentang pembunuhan, cinta,
dan nasib di dalamnya. Pertanyaannya adalah apakah konsep tersebut berhasil
diterjemahkan ke dalam presentasi yang menantang dan juga menarik? Cerita
terasa cukup baik dalam menciptakan lingkaran masalah dan itu dimanfaatkan
dengan cukup baik oleh sutradara Kwak
Jae-yong (The Classic, My Sassy Girl) ketika membentuk kisah time travel
menjadi sebuah petualangan dengan thrill yang menarik namun tetap memiliki
pendekatan mellow andalannya.
‘Time Renegades’ terasa "liar" tapi memiliki keseimbangan
yang terasa cukup manis antara konsep time
travel, nafas thriller serta
unsur drama dengan bumbu romance di
dalamnya. Dari wanita yang karakter cintai hingga berbagai kenangan di dalamnya fokus ‘Time Renegades’ terasa cukup stabil
hingga akhir, semacam mendorong isu sederhana dan klasik tentang seberapa jauh
anda akan berusaha untuk menyelamatkan orang yang anda cintai dalam sebuah
perjuangan hidup atau mati. Kita dibawa untuk menyaksikan hubungan antara dua
orang asing dengan banyak ketegangan di sana-sini tapi ketika terus bolak-balik
antar “zona” waktu itu konsep yang
merupakan sebuah fantasi itu tetap terasa natural, masih memiliki “emosi” yang
mumpuni sehingga tidak sepenuhnya terasa inhuman.
Meskipun merupakan film
dengan basis utama thriller tapi ‘Time
Renegades’ tidak sepenuhnya thriller, ia lebih terasa seperti melo-thriller. Mellow di sini tidak
membuat ‘Time Renegades’ terasa
“rapuh” seperti melodrama pada umumnya yang mengandalkan air mata untuk
menyokong unsur drama, penonton "diikat" dengan thrill yang cukup oke tapi di sisi lain kita dapat merasakan
gejolak emosi dan asmara dengan bobot yang manis di dalamnya. Sebuah kisah
tentang bagaimana karakter mendapatkan kembali kebahagiaannya dengan cara
mengubah resolusi akibat pengaruh lingkungan di sekitarnya, itu dipresentasikan
dengan manis di sini. Walaupun plot bergerak sebagai sebuah thriller kita tetap tidak kehilangan “grip” atau panas dari unsur romance dan
drama, tidak memiliki “ledakan” yang luar biasa tapi semua elemen berhasil
diorganisir dengan cukup baik sehingga tercipta sebuah konvergensi yang manis.
Ya, selain disebabkan script yang cukup oke pencapaian tadi
juga berkat pendekatan yang diterapkan Kwak
Jae-yong pada materi yang ia punya, menggunakan mereka untuk menciptakan
petualangan dengan banyak warna namun memiliki beat atau irama yang padat. Meskipun bukan merupakan sebuah
time-slip melempar penonton masuk ke kombinasi masalah di dalam dua buah waktu
dan ruang yang berbeda menciptakan rasa bingung di bagian awal, tapi cara Kwak Jae-yong membangun ruang dan
mempermainkan perspektif karakter serta konflik membuat apa yang terjadi
setelah bagian pembuka tadi perlahan berubah menjadi sebuah jalan yang tidak
terasa "kasar". Kwak Jae-yong
mampu mempertahankan fokus utama dari visi yang ia bawa, seperti judul yang
digunakan kita dibawa kedalam petualangan rumit namun sederhana dengan
menyaksikan karakter mencoba “melawan” waktu.
Walaupun kerap terasa
“terlalu aman” at least pada akhirnya
film ini mampu mencapai berbagai tujuan yang ia bawa sejak awal, seperti
menjadi thriller dengan thrill yang
cukup oke serta menjadi melodrama dengan
isu tentang kehidupan yang umum, sederhana dan ringan di dalamnya. Kwak Jae-yong mampu membuat pondasi yang
baik pada konflik dan karakter, berhasil meminimalisir dampak “merugikan”
terhadap film secara keseluruhan dari konsekuensi mengubah masa lalu yang
dilakukan karakter, menciptakan rintangan yang oke termasuk karakter lain yang
juga tampak seperti memiliki potensi menjadi troublemaker mematikan, dan
bungkus mereka dengan melodrama yang
tampil sentimental tapi tidak berlebihan. Memang terdapat beberapa bagian yang
terasa kasar seperti subplot terkait balas dendam itu misalnya tapi itu tidak
membawa ‘Time Renegades’ jatuh
terlalu jauh dari jalur yang ia punya.
‘Time Renegades’ juga punya elemen teknis dan kinerja akting yang
mumpuni. Perbedaan dua era terasa kontras secara visual, elemen action tersusun
manis sehingga terasa enak diikuti, score
rasa orchestra mampu menyokong
tensi dan emosi, serta editing mampu menyatukan itu semua menjadi sebuah
presentasi yang terasa padat. Kinerja akting juga sama baiknya, tidak luar
biasa tapi understated. Chemistry di
antara para pemain terasa oke, Lee
Jin-wook (Nine: Nine Times Time Travel) berhasil menampilkan “lapisan” yang
menarik ketika Gun-Woo belajar tentang apa yang terjadi di masa lalu, sementara
Cho Jung-suk berhasil mempermainkan
emosi karakternya lewat ekspresi yang oke setiap kali ia muncul di layar. Lim Soo-Jung tampil baik dalam
menampilkan kepribadian dua karakter meskipun sayangnya sedikit tenggelam di
balik dua karakter utama pria. Beberapa pemeran karakter sekunder juga menampilkan
kinerja yang menarik.
Overall, Time Renegades (Siganitalja) adalah film
yang cukup memuaskan. Tampil sebagai sebuah melo-thriller ‘Time Renegades’ berhasil memanfaatkan 107 menit durasi yang ia miliki untuk menyajikan
sebuah petualangan fantasy dan romance yang menghibur. Tidak pernah
mencapai posisi yang begitu tinggi memang namun perpaduan past and present
dengan menggunakan misteri ini berhasil membuat penonton berinvestasi pada
konflik dan karakter, liar dan penuh liku namun kisah tentang bagaimana
tindakan di masa lalu memberi pengaruh pada masa depan ini meskipun tidak
mencengkeram namun mampu mengikat penonton untuk merasa ikut terlibat di
dalamnya. Dibantu pula oleh elemen teknis dan kinerja akting yang mumpuni Kwak Jae-yong berhasil menyampaikan
kisah tentang suka dan duka kehidupan dalam bentuk sebuah melo-thriller yang understated. Segmented.
0 komentar :
Post a Comment