Akhirnya mereka tiba,
salah satu dari sekian banyak highly
anticipated film tahun ini, menilik teaser yang ia lempar juga menyandang
status dan hype sebagai film pertama di DC
Extended Universe yang mencoba sedikit menggeser serious stuff dari panggung utama untuk kemudian tampil a la sebuah
pesta berisikan para kriminal “gila”. Lalu di mana pada akhirnya ia berdiri?
Apakah ini tampil lebih baik dari “tawuran” yang inkoheren itu? Apakah ini menjadi
sebuah “kekacauan” yang menghibur? Suicide
Squad: a bumpy but catchy intro for DC anti-hero.
Pejabat Intelijen USA
bernama Amanda Waller (Viola Davis)
menganggap bahwa negaranya kini harus mempersiapkan “tameng” yang lebih kuat
dan lebih mampu untuk menghadang serta melawan jika kelak the “next Superman” muncul kembali. Waller kemudian mengusulkan
agar pemerintah membentuk sebuah satuan tugas namun berisikan anggota yang
tidak “biasa”, sebuah tim berisikan para meta-humans
yang merupakan kriminal dengan berbagai kekuatan super. Ide tersebut dikabulkan
karena dengan menaruh “deadly
detector" di dalam tubuh para kriminal tadi maka setiap anggota tim
yang kemudian bernama ‘Suicide Squad’
itu akan patuh karena status mereka yang nothing
to lose.
Deadshot
(Will Smith), Diablo (Jay Hernandez), Slipknot (Adam Beach), Killer Croc
(Adewale Akinnuoye-Agbaje), Boomerang (Jai Courtney)
dan Harley Quinn (Robbie) “dipaksa”
untuk menjadi sebuah tim di bawah pengawasan Kolonel Rick Flag (Joel Kinnaman) dan Katana (Karen Fukuhara). Misi mereka adalah berusaha untuk
menggagalkan sebuah rencana besar dan berbahaya yang sedang dilakukan oleh Dr. June Moone (Cara Delevingne) yang
tubuhnya digunakan oleh roh penyihir jahat bernama 'Enchantress'. Celakanya itu bukan sebuah tugas yang mudah bagi Suicide
Squad, otak kriminal mereka yang liar masih eksis walaupun berada di bawah
kendali Waller, dan di sisi lain Joker
(Jared Leto) juga punya rencana lain terhadap salah satu anggota Suicide
Squad.
Terasa menggelikan
memang menggunakan kata “dipaksa” pada sinopsis
di atas tadi, tapi begitulah fakta terbentuknya Suicide Squad di sini. Para penonton yang tidak mengenal latar
belakang dari para anti-hero ini lewat
comic dan animasi televisi di film
ini tentu akan berkenalan dengan mayoritas karakter tim untuk pertama kali,
tentu saja tidak termasuk Joker. Butuh proses yang sedikit lebih ekstra untuk
menciptakan pondasi bagi masing-masing karakter, hal yang berhasil dilakukan
dengan baik oleh David Ayer, make spectators “care” about them. Tapi
yang menjadi daya tarik terbesar dari bagian pembuka adalah seperti yang
disebutkan di awal tadi usaha untuk membuat ‘Suicide Squad’ menjadi film pertama di DC Extended Universe yang terasa “ringan” berhasil dilaksanakan
dengan baik, tone down a bit that “dark
thingy” lalu menonjolkan kesan “berpesta” lewat presentasi yang terasa
berayun dan absurd.
Premis dengan ide yang
aneh tadi membantu terbentuknya ruang untuk melakukan “pesta” tadi. Membawa
kriminal untuk bertarung demi tercapainya sebuah kedamaian tentu menarik, layaknya
film dengan karakter anti-hero
penonton terus berayun bersama gesekan antara sisi baik dan sisi buruk
karakter, tapi David Ayer cukup mampu
memoles pesona karakter secara overall.
Yang menjadi masalah adalah meskipun mampu menangani karakter lengkap dengan
elemen teknis seperti action sequences
ternyata David Ayer sedikit kedodoran
ketika berurusan dengan cerita. Ketika tombol “pause” untuk elemen action
ditekan film yang menggunakan sedikit rasa war
movies ini menjadi terasa sedikit lebih longgar ketimbang bagian pembuka
tadi. Ide yang aneh dan beresiko tadi menghasilkan berbagai boomerang bagi ‘Suicide Squad’, ambil
contoh setelah origin stories hal
selanjutnya yang tersaji tidak jauh lebih menarik, dan tentu saja cerita yang
terasa cukup disjointed.
Akibatnya yang
ditemukan oleh penonton setelah itu adalah sebuah formulaic superhero yang terasa setengah matang di sektor cerita.
Memang cukup kentara efek yang dihasilkan rating yang turun dari R menjadi
PG-13 tapi David Ayer (End of Watch,
Sabotage, Fury) tetap mampu menciptakan elemen action yang exciting, meskipun sayangnya tidak
dengan narasi. Seandainya ‘Suicide Squad’
murni tampil sebagai sebuah action movie
mungkin hasilnya akan jauh lebih baik itu karena momen ketika ‘Suicide Squad’ terasa goyah
muncul pada bagian di mana karakter tidak berpesta bersama peluru dan senjata.
Bagian di mana David Ayer mencoba
mendorong maju “isi” dari konflik dan karakter terasa kurang exciting, dari berjalan bersama hingga
berbincang di bar, tidak membosankan namun sedikit mengganggu irama cerita.
Hasilnya motivasi dari misi utama terasa ambigu dengan pressure yang terasa kurang kuat, penyampaian beberapa poin penting
termasuk yang berkaitan dengan DCEU serta proses pengungkapan juga terasa cukup
kasar.
Hal tersebut menjadi
bukti bahwa tim di balik produksi DC
Extended Universe masih belum mampu menyatukan cerita dan teknis dalam
komposisi yang pas bagi superhero
mereka, termasuk menciptakan petualangan yang tampil serius dan santai secara
bersamaan serta seimbang. ‘Suicide Squad’
terasa condong ke arah menjadi sajian yang santai di mana cerita hanya menjadi
jalan bagi proses perkenalan karakter anti-hero.
'DC Extended Universe' masih
mengusung sikap total, totally dark
atau menjadi totally light, ketika sadar
akan hal tersebut saya segera melakukan reset
ekspektasi awal, boom, hasilnya menjadi lebih baik. ‘Suicide Squad’ memiliki presentasi yang bergelombang dengan nada
yang terasa kurang kohesif tapi energi yang karakter tampilkan di layar terasa catchy. Ini memiliki semacam craziness yang nasty tapi catchy, tampil
berani menjadi sajian superhero yang
tampak tidak penting tapi manis ketika menampilkan berbagai slaying, dari pistol, baseball bat, boomerang, hingga api dan samurai, termasuk beberapa tik-tok antar
karakter.
Itu mengapa ‘Suicide Squad’ is a weird movie, cukup
kacau ketika bertugas mendongeng tapi di dalam kekacauan tadi eksis berbagai
fun yang terasa segar. Ya, segar, ini merupakan kombinasi yang aneh antara
cerita, tones, moods, dan pacing yang mampu konsisten membuat
karakter miliknya terasa menarik meskipun mereka terasa kurang memikat sebagai
sebuah tim. ‘Suicide Squad’ tidak
ragu untuk “menghajar” penonton dengan berbagai disjointed moments bersama irama offbeat, terasa semrawut bahkan mungkin membingungkan tapi juga
terasa "oddly humorous"
yang pada akhirnya akan to be loved or
hated by its spectators. Feel
tersebut tadi juga banyak terbantu oleh kinerja elemen teknis seperti score
gubahan Steven Price yang di sini
dipadupadankan bersama soundtrack
yang oke, dari classic rock hingga
modern hip-hop, too many but well chosen
to lighten the load tanpa mengganggu craziness
yang ingin ditampilkan. Dan hal-hal positif tadi menjadi lengkap ketika
ditambah dengan kinerja beberapa cast terhadap karakter mereka masing-masing.
Di sektor ini David
Ayer juga kurang mampu menciptakan keseimbangan, tapi bagi karakter yang
mendapat porsi lebih besar mereka berhasil tampil memikat. Will Smith tampil cukup baik sebagai Deadshot, karakter yang memiliki paling banyak backstory, punya cukup banyak kesempatan yang mampu dimanfaatkan
dengan baik. Yang kedua adalah Harley
Quinn, dibentuk dengan manis oleh Margot
Robbie lewat sexy, crazy, and memorable performance terutama pada
sifat unpredictable yang Harley Quinn miliki. Dan terakhir Joker, yang di sini membawa masalahnya
sendiri. Eksekusi Jared Leto tidak
luar biasa terlebih kehadiran Joker di sini terasa kurang kuat tapi “feel” dari Joker mampu ia tampilkan dengan baik, crazy and scary. Karakter lainnya juga terasa menarik tapi tidak
coba dieksplorasi sedikit lebih dalam sehingga di beberapa moment yang mereka
punya kerap terasa one-dimensional, meskipun peran Cara Delevingne terasa cukup mengecewakan, 'Enchantress' punya potensi untuk menjadi main villain yang menarik
tapi cerita yang ia bawa terasa underwritten.
Overall, ‘Suicide Squad’ adalah film yang cukup
memuaskan. ‘Suicide Squad’ is a weird
movie, a jarring mix of genres
yang terasa bumpy tapi catchy. Tampil menggunakan rasa B-movie David Ayer punya banyak tugas yang tidak semua berhasil ia
laksanakan dengan baik terutama pada sektor cerita yang terasa kurang kohesif.
Tapi David Ayer mampu menggabungkan
elemen action bersama momen individual yang punya hooks oke bersama dengan humor dalam sebuah kombinasi yang
seimbang, and keep it all as straight as
possible. Perlu waktu untuk merasa terikat pada cerita dan karakter
terlebih karena dramatisasi tidak semuanya terasa mumpuni, namun ketika itu
telah tercapai muncul sebuah "pesta" absurd
yang terasa aneh namun menarik. Segmented.
"bumpy tapi catchy" , ini pointnya, coba tak tonton sekali lg..
ReplyDeleteMaaf nih bang, apa gw yang salah, review civil war emng kaga ada ya ?
ReplyDeleteReview film tersebut memang tidak ada. :)
DeleteSalah satu dari sedikit review yang agak positif yg saya baca,
ReplyDeleteAgak kecewa dengan suicide squad ini, plotnya agak keteteran di pertengahan dan banyak karakter terbuang percuma macam boomerang (yang kalo menurut saya ga ada kontribusinya sama sekali 😅) dan juga slipknot yg numpang lewat dan scott eastwood yang hanya jadi a random soldier.
Ada atau tidaknya film suicide squad ini menurut saya sih tidak ada pengaruhnya di timeline dceu. Semoga wonder woman tahun depan bisa lebih baik dari ini
Btw, nice nice review bang!
SS punya “pengaruh” terhadap timeline DCEU, muncul di mid-credits scene. Ya, semoga, semoga dengan terbentuknya DC Films visi DCEU akan semakin matang, pondasi mereka sudah bagus. Masih "salah" wajar, mereka masih belajar. :)
DeleteImo Boomerang punya kontribusi kok. Menggoda Katana. Thanks ya. :)
Penasaran gimana screen junkies (honest trailer) sama HISHE (how it should ended) ngebahas ni film wkwkwk.
ReplyDeletePasti, pasti akan sangat menarik. :)
DeleteUntungnya Margot robbie (Harley queen) yang paling gue tunggu2, masih sangat menarik perhatian 😜
ReplyDeleteBaru nonton ini tadi. Menurut aku oke, memenuhi ekspektasi yg udh di set semenjak selesai nonton BvS. :)
ReplyDeletesetuju ceritanya lebih ringan dan humor nya lebih banyak.usaha ngelawan main villain lumayan. tapi rasanya gak bisa ngilangin pikiran buat gak bandingin ama marvel..hehe
ReplyDeleteEnjoy aja ntnya, terlepas dr banyaknya hal yg membuat boring ketika menntnya. yg jelas, SS ttp jadi awal yg baik bagi JL..
ReplyDelete