Salah satu tipe
karakter yang menarik adalah karakter anti-hero,
kondisi di mana penonton tahu mereka melakukan hal buruk untuk mencapai sesuatu
yang baik kerap menghasilkan “friction”
ketika menyaksikan mereka beraksi. Namun “friction”
tadi itu merupakan pesona dan alasan mengapa mereka terasa menarik, a not-so-perfect figure yang menunjukkan
bahwa memiliki black and white selalu
lebih “menyenangkan” ketimbang hanya memiliki salah satu di antara mereka.
Karakter seperti itu hadir di film ini, karakter anti-hero dalam sebuah
petualangan investigasi detektif dunia nyata bersama sentuhan cartoonish di
dalamnya. Phantom Detective (Tamjeong
Honggildong: Sarajin Maeul): Robin Hood meets Sherlock Holmes in spooky but
funny “fantasy”.
Hong
Gil-Dong (Lee Je-Hoon) merupakan seorang detektif muda
yang menjalankan bisnis agensi detektif illegal bersama dengan President Hwang (Go Ara). Pekerjaan
mereka adalah memberantas para penjahat yang masih melaksanakan “permintaan”
dari mendiang ayahnya President Hwang. Hong
Gil-Dong sendiri bukan pria biasa, ia memiliki kemampuan “melacak” yang
dapat meruntuhkan sasarannya dalam hitungan jam,kecuali pria bernama Kim Byeong-Duk (Park Geun-Hyung) yang
telah Hong Gil-Dong cari sejak lama. Kim Byeong-Duk merupakan sosok yang
membunuh ibu Hong Gil-Dong ketika Gil-Dong masih remaja.
Suatu ketika Hong
Gil-Dong berhasil memperoleh lokasi Kim Byeong-Duk sedang berada dan memutuskan
untuk segera mendatanginya. Celakanya sebelum ia tiba Kim Byeong-Duk telah
diculik oleh pihak lain yang menginginkan informasi terkait organisasi
underground di Korea. Gagal bertemu dengan targetnya Hong Gil-Dong justru
mendapat “beban” tambahan ketika ia bertemu dengan dua cucu Byeong-Duk, Dong-Yi (Roh Jeong-Eui) dan Mal-Soon (Kim Ha-Na) yang menginginkan
kakek mereka kembali. Berpura-pura menjadi teman sang kakek Hong Gil-Dong
bersama dua anak perempuan itu berusaha menemukan Kim Byeong-Duk meskipun
akhirnya mereka sadar telah masuk ke dalam sebuah plot milik organisasi
kriminal Gwangeunhwe.
Jika menilik sinopsis di atas tadi pada dasarnya Phantom Detective merupakan sebuah
kemasan action noir yang familiar,
dendam masa lalu yang belum terbalaskan namun justru membuka membawa masalah
yang harus diselesaikan semakin bertambah panjang. Namun yang membuat Phantom Detective cukup berhasil
menciptakan impresi yang terasa sedikit berbeda adalah ia mencoba tampil
seperti sebuah fantasi. Contoh sederhananya ini seperti Sin City versi Korea, sebuah crime noir dengan karakter utama
berupa sosok anti-hero, sertting
“dunia” yang rapuh serta karakter antagonis yang “gila”, semua dibungkus dengan
sentuhan style yang memadukan tampilan real
world dengan rasa comic. Jo Sung-hee sudah pernah mengendalikan
sebuah film fantasi sebelumnya, A Werewolf Boy, dan lewat film ini ia berhasil menunjukkan bahwa kemampuannya
berkembang menjadi semakin menarik.
Phantom
Detective punya presentasi yang terasa cukup catchy, ia mampu membawa imajinasi
penonton ikut bermain dengan rasa surealis yang menarik. Gil-dong merupakan karakter dunia nyata namun di sisi lain ia juga
punya sentuhan cartoonish yang
membuat petualangan jadi terasa cukup unik. Hal tersebut membuat Gil-dong
memiliki semacam pesona “cool” yang mumpuni, seperti perpaduan antara sikap anti-hero ala Robin Hood dan proses
investigasi ala Sherlock Holmes. Pada
dasarnya Gil-dong dapat dikategorikan sebagai seorang “hantu” dalam wujud
manusia tadi tapi hal tersebut ternyata tidak melulu digunakan Jo Sung-hee
untuk mengisi panggung utama cerita. Jo
Sung-hee cukup cermat dalam mengatur punch
di dalam cerita, membawa penonton mengikuti Gil-dong
bertemu berbagai fakta menarik yang terkait kehidupannya, dari kebenaran di
balik kematian sang ibu hingga musuh utamanya.
Hasilnya meskipun tidak
luar biasa namun Phantom Detective
berhasil menampilkan koneksi antara karakter, cerita, dan penonton yang terasa
cukup manis. Memiliki “bad side”
penonton tetap “mendukung” Gil-dong sepenuhnya untuk dapat berhasil menjalankan
misinya, tampil serius dan gelap namun dipadupadankan dengan sedikit nada
cerita yang ringan dan playful,
setiap kali ia menunjukkan sisi eksentrik miliknya dia terasa cool. Kondisi “palsu” di mana Gil-dong
tidak sepenuhnya berada di salah satu sisi antara baik atau jahat membuat
berbagai setup yang ditampilkan cerita bekerja dengan cukup baik. Ketika elemen
yang sedikit brutal muncul cengkeraman terasa cukup mumpuni, niat utama
Gil-dong untuk membunuh Kim Byeong-Duk juga tidak pernah terasa dingin. Tapi di
sisi lain Phantom Detective juga
tampil baik ketika berurusan dengan elemen yang sedikit lebih ceria, salah
satunya lewat banter antara Gil-dong, Dong-Yi, dan Mal-soon.
Tidak pernah muncul
impresi “great” atau “level A” dari Phantom
Detective tapi ia mampu untuk stabil bermain-main di level B. Dengan
memanfaatkan berbagai liku-liku irama dan pace bercerita Phantom Detective terasa cukup dinamis meskipun liku-liku tadi juga
punya potensi menjadi sebuah boomerang
yang cukup kuat. Plot dapat terasa membingungkan dan perputaran konflik dapat
menggerus rasa peduli penonton pada karakter dan berbagai “masalah” di dalam
cerita walaupun mereka tetap merasa tertarik untuk terus berjalan bersama
Gil-dong dan dua sidekicks yang oke
itu. Pencapaian tersebut tidak lepas dari nada ceria yang digunakan, Gil-dong
seperti seorang idiosyncratic hero di
mana apa yang ia lakukan mampu menggabungkan kesan sosok yang brutal dan sosok
yang lembut. Itu dimanfaatkan dengan baik pula oleh Jo Sung-hee, dia bentuk action dengan thrill yang baik tapi juga ia kombinasikan bersama dengan “heart” yang mumpuni di sisi lainnya.
Itu mengapa meskipun
terasa familiar Phantom Detective tidak
pernah mendekati zona menjemukan, petualangan Gil-dong punya energi yang cukup baik serta variasi dengan manner yang oke, action sequences menghasilkan excitement
yang tidak buruk dengan drama yang oke di panggung utama cerita. Kesan hangat
yang dimiliki cerita dan karakter juga berkat presentasi dengan visual yang
oke, setting yang “disengaja” itu dimanfaatkan dengan cukup baik, dari
sinematografi yang picturesque, score yang tidak overdo, hingga production design dengan cita rasa vintage yang oke.
Dan meskipun mengusung action serta thriller dengan rasa noir tapi unsur komedi
Phantom Detective juga terasa oke terutama pada interaksi antara Gil-dong,
Dong-Yi, dan Mal-soon, situasi di mana Gil-dong yang notabene seorang pembohong
kelas kakap namun tidak dapat menutupi kebohongan di depan Dong-Yi dan Mal-soon
terasa lucu.
Kinerja akting cast
juga memiliki kontribusi yang tidak kecil pada pencapaian tadi. Seperti di tiga
film yang pernah ia bintangi: Bleak Night, The Front Line, dan Architecture 101, serta tv-series Signal, Lee Je-hoon berhasil
menampilkan acting performance yang
tepat guna sebagai Hong Gil-dong.
Memang pada awalnya ia terasa terlalu “lembut” tapi setelah itu Lee Je-hoon mampu membentuk kompleksitas
Gil-dong, pria pintar dengan emosi yang rapuh, brutal tapi charming, terus terasa ambigu. Ia juga berhasil membangun koneksi
yang menarik dengan dua pemeran anak perempuan yang juga tampil baik itu, chemistry yang oke dan berhasil
menyuntikkan substance yang oke ke dalam cerita. Sementara itu Kim Sung-kyun tampil cukup baik sebagai
penjahat berdarah dingin sedangkan walaupun perannya kurang besar tapi Go Ara mampu mencuri perhatian setiap
kali ia muncul.
Overall, Phantom Detective (Tamjeong Honggildong:
Sarajin Maeul) adalah film yang cukup memuaskan. Plot penuh liku-liku yang
tidak semuanya terasa kokoh, memiliki thrill ditemani beberapa humor yang cukup
oke, visualisasi real world dengan
sentuhan cartoonish yang cukup baik,
serta kinerja akting yang mumpuni terutama Lee
Je-hoon yang mampu membuat Hong Gil-Dong sebagai karakter ambigu yang ingin
kita telusuri lebih jauh. Not totally intense dengan daya tarik konflik lengkap dengan proses investigasi
yang menemani memang tidak selalu bersinar sejak awal hingga akhir namun
tampilan yang seimbang antara brutal dan fun cukup berhasil mengikat penonton
bersama excitement yang cukup oke
hingga akhir. It’s a capable Korean
action noir. Segmented.
0 komentar :
Post a Comment