Sebenarnya apa hal
paling penting dari kebahagiaan yang dimiliki setiap manusia? Apakah kamu
memiliki kewajiban membuat orang yang kamu sayangi merasa bahagia? Atau apakah
tugas paling penting yang harus kamu lakukan adalah hanya untuk hidup bahagia
sesuai dengan yang kamu inginkan? Lalu bagaimana jika kamu hidup bahagia tapi
kebahagiaan kamu justru membuat orang yang kamu sayangi tidak bahagia?
Bagaimana jika menciptakan keseimbangan, kamu bahagia dan orang yang kamu
sayangi juga bahagia? Itu isi film terbaru dari Hirokazu Kore-eda ini, After
the Storm (Umi yori mo Mada Fukaku), observasi lembut pada interaksi
manusia berisikan sebuah refleksi tentang kebahagiaan. Sweet and sensitive, it’s a heartbreaking and heartwarming drama.
Novelist Ryota Shinoda (Hiroshi Abe) sebenarnya
punya potensi besar ketika ia debut dulu tapi prize-winning author satu ini
kemudian masuk ke dalam kehidupan yang tidak terkendali. Setelah kematian sang
ayah, Ryota menghabiskan uangnya dengan berjudi, bercerai dengan Kyoko Shiraishi (Yōko Maki) dan
kesulitan membayar biaya tunjangan sang anak Shingo Shiraishi (Taiyô Yoshizawa). Keluarga Ryota termasuk ibunya
yang bernama Yoshiko Shinoda (Kirin Kiki)
telah move on dari kehidupan Ryota
namun suatu ketika sebuah angin topan memaksa pria yang kini bekerja sebagai
private detective itu untuk menetap sementara dan berkumpul bersama Kyoko,
Shingo, serta Yoshiko.
Di karyanya sebelumnya,
Our Little Sister, Hirokazu Koreeda
mengajak penontonnya untuk mengamati kehidupan empat kakak beradik pasca
kematian ayah mereka, dan ia kembali dengan family
story lainnya yang tidak kalah menarik. Dari sinopsis dapat dilihat bahwa
konsepnya masih sama, sebuah observasi pada kisah yang tidak pernah mencoba
terasa spektakuler dengan menghadirkan dramatisasi penuh ledakan, hanya sebuah
sungai yang mengalir lembut di bawah pepohonan rindang dan dikelilingi udara
sejuk. Di sini Koreeda mencoba membawa kamu mengamati berbagai hubungan sulit
yang berpusat pada Ryota, dari ayah dan anak, ibu dan anak, serta suami dan
istrinya. Meskipun kontennya tentang relationship yang difficult tapi tidak
sulit untuk jatuh hati pada Ryota dan karakter lainnya, termasuk dengan masalah
mereka, itu karena seperti film Koreeda lainnya ‘After the Storm’ punya sensitifitas yang jelas dan lembut dan
membawa penontonnya “hanyut” bersama karakter dan cerita.
Tentu saja ada konflik
di dalam cerita tapi dramatisasi tidak kontras, terasa tenang dan statis tapi
mampu membuat saya tertarik mengamati karakter dan konflik. Ryota merupakan
karakter yang belum mampu mengalahkan ego yang ia miliki sehingga ia gagal
meraih potensi tertinggi dalam kehidupannya, ia writer yang pathetic,
suami yang pathetic, ayah yang pathetic, dan sebagai seorang anak ia
dapat pula dikategorikan pathetic.
Kondisi tersebut adalah jangkar untuk proses mengamati terhadap karakter secara
bertahap, saya perlahan mengerti dan merasakan derita dan problema yang
masing-masing karakter hadapi yang tampil dengan ciri khas film Koreeda. ‘After the Storm’ mengedepankan truths yang simple sehingga mudah membangun koneksi
dengan penonton lalu beri berbagai pemanis yang membuat penggambaran masalah
berisikan emosi yang smooth,
menyaksikan berbagai kekecewaan yang dialami oleh Ryota tumbuh perlahan bersama dengan emosi yang halus serta touching moments dan komedi yang menyegarkan.
Hal paling menarik
ketika menyaksikan ‘After the Storm’
adalah family drama ini juga terasa humorous jadi rasanya tidak hanya bitter
saja melainkan bittersweet. Emosi
yang dihasilkan memang tidak sekuat ‘Our
Little Sister’ misalnya sebagai contoh tapi After the Storm konsisten terasa charming karena drama tadi
ditemani dengan komedi dalam komposisi yang pas, humor sering datang secara
mengejutkan. Ya, Koreeda melakukan pekerjaan yang memikat dalam menyeimbangkan
materi, protagonis yang dipaksa “maju” dari masa lalu kelamnya itu menciptakan
penggambaran suka dan duka yang oke, terasa melankolis tapi ringan, lembut tapi
juga fun tanpa mencoba menampilkan konfrontasi berlebihan. Itu keren karena sejak
awal ‘After the Storm’ pada dasarnya
berisikan sebuah cermin di mana karakter melakukan refleksi pada hidupnya,
berusaha memperbaiki cara ia berpikir dan memberikan tanggapan emosi, karakter
“menemukan” apa yang selama ini hilang dari hidupnya dengan cara serius,
natural, dan fun.
Ditunjang dengan elemen
teknis seperti cinematography dengan
feel yang banyak mengingatkan saya pada ‘Still
Walking’ dan juga ‘I Wish’
performa para aktor dan aktris juga memiliki peran penting membuat ‘After the Storm’ terasa charming. Sering tampak letih dan kecewa
Hiroshi Abe berhasil membuat Ryota
menjadi pria dengan sikap tidak menarik tapi juga mampu menarik simpati dan
empati, kekurangannya terasa manusiawi dan membuat penonton menginginkan agar
ia berubah menjadi pribadi yang lebih baik lagi. Yôko Maki membuat Kyoko sebagai wanita dengan sikap realistis yang menarik, chemistry yang ia ciptakan bersama Hiroshi Abe juga oke. Sementara Lily Frankie, Taiyô Yoshizawa, dan
pemeran lain tampil understated di peran mereka masing-masing Kirin Kiki berhasil berada sedikit di
atas mereka. She's hilarious, cara ia menghantarkan lelucon terasa memikat dan
tepat sasaran. Kesamaan yang dimiliki para aktor dan aktris di ‘After the Storm’ adalah mereka mampu
membuat karakter mereka seperti manusia di dalam sebuah cerita sehingga koneksi
antara karakter dan penonton terasa mudah dan stabil hingga akhir.
Hirokazu
Koreeda kembali dengan menggunakan formula miliknya, dan
hasilnya kembali sama, sebuah family drama yang mempesona. Tidak ada “ledakan”
di dalam cerita, mengalir lembut dengan kesan natural, meskipun kali ini terasa
kurang puitis serta emosi tidak menggelegar tapi drama ‘After the Storm’ tidak pernah kehilangan atensi penonton karena
selain tampil serius ia juga tampil santai dan fun ditemani dengan unsur komedi
yang pas sehingga terasa bittersweet.
Suka dan duka dari realita dan insecurities dari kehidupan modern, sebuah hubungan keluarga penuh
problema, tanpa mencoba terasa flashy ‘After
the Storm’ berhasil menjadi sebuah kisah yang heartbreaking dan heartwarming
tentang kebahagiaan, bagaimana sebuah kehidupan yang bahagia adalah sebuah
keseimbangan di mana kamu merasa bahagia dan orang di sekelilingmu juga merasa
bahagia, jika kamu masih gagal segera move on, segera melangkah maju. Segmented.
0 komentar :
Post a Comment