"Don't piss off the ghost."
Rasa kaget yang begitu
besar muncul ketika melihat gelombang “menolak” yang hadir di trailer reboot Ghostbusters empat bulan
yang lalu, hingga review ini dirilis telah mendapat 930.000+ dislike. Kita tahu betapa besar cinta
yang diperoleh versi original
Ghostbusters tapi apakah menolak secara frontal untuk sebuah “pembaharuan”
yang bahkan kita belum tahu baik dan buruknya merupakan sebuah tindakan yang
sehat? Memberikan kegembiraan yang jauh lebih besar dari sekuel versi original,
‘Ghostbusters (2016)’ berhasil memberikan punch
begitu kuat untuk kaum pesimistis tadi, a
bigger and bustier re-imagining to the classic film. Not super legit but
pleasantly solid.
Berawal dari usaha
untuk menarik buku terkait fenomena paranormal yang pernah ia
publikasikan dan kini mengancam reputasinya, Erin Gilbert (Kristen Wiig) bersedia untuk membantu sahabat lamanya
Abby Yates (Melissa McCarthy) yang
kini sedang melakukan investigasi paranormal bersama Jillian Holtzmann (Kate McKinnon). Investigasi tersebut ternyata
membawa Erin Gilbert kembali tertarik pada dunia paranormal dan untuk
melanjutkan penelitian bersama Abby dan Jillian mendirikan "Department of the Metaphysical Examination." Berawal
dari pekerja subway Patty Tolan (Leslie
Jones) yang melihat hantu di jalur kereta pertempuran di antara girls versus ghosts dimulai.
Kota New York sedang berada di bawah serangan
para mayat hidup. Who you gonna call?
Yeah, Ghostbusters! Menjadi target cemoohan lengkap dengan berbagai argumen
hingga komentar miring dengan sikap politik dan membawa isu feminisme, Ghostbusters berhasil
menjawab mereka semua dengan menyajikan sebuah supernatural comedy yang
menyenangkan. Paul Feig (Bridesmaids, The
Heat, Spy) cermat dan cerdik dalam meramu kembali cerita bersama Katie Dippold, semua rasa cemas calon
penonton setelah menyaksikan trailer hilang ketika Abby dan tiga sahabatnya itu
mulai beraksi. Mengapa? Karena ‘Ghostbusters’
tidak hanya terasa seperti sekedar reboot
belaka, sebuah komedi yang berhasil tampil lucu dalam gerak cepat namun
memiliki hati yang menarik terkait beberapa topik menarik seperti persahabatan,
namun ini juga terasa seperti sebuah re-imagining
dengan sentuhan modifikasi yang manis dan tepat guna.
Sekali lagi, versi original Ghostbusters
merupakan sebuah film klasik yang “manis” tapi ketika menyaksikan film ini
versi original tersebut jarang tampil "mencuri" atensi di pikiran penonton secara
berlebihan. Bagaimana bisa? Karena film
ini tidak mencoba menyaingi bahkan mengalahkan versi originalnya. Ini seperti
sebuah penghormatan kepada versi original dengan menggunakan empat karakter wanita.
Sejak berkembang dari sinopsis kita masuk kedalam sebuah “dunia” baru
pertempuran manusia melawan hantu, banyak menghadirkan referensi namun Paul Feig membawa ini untuk berjalan di
petualangan mereka sendiri, menghadapi ancaman supranatural dengan carefree manner yang menarik untuk
diikuti. Komedi memang terhitung sering mencuri posisi terdepan dari
elemen supranatural tapi dinamika dan pesona cerita
serta karakter terasa stabil, banter mereka cukup asyik dan kamu seolah menjadi
anggota kelima di dalam tim.
Hasilnya topik utama terkait persahabatan jadi terasa impresif. Tentu saja
banyak hantu di sana sini tapi fokus penonton terus terpaku pada persahabatan
empat karakter utama yang terasa memikat, tanpa drama berlebihan dan
lebih mengandalkan humor. Para hantu
juga tidak kalah oke dibandingkan karakter manusia, itu mengapa pertempuran ini
terasa seimbang. Visual efek berhasil
menciptakan fantasi yang manis, para hantu tampil dengan esensi yang pas dengan
tujuan yang ingin dicapai film ini, mampu mengintimidasi tapi tidak merusak usaha dari komedi. Special note juga
berasal dari visual. Secara mengejutkan Ghostbusters
ternyata juga merupakan sajian visual
experience, kesan “kaya” yang dimiliki visual Ghostbusters terasa cool dan menyenangkan, visual juga digunakan
oleh Paul Feig untuk menambah kedalaman nada cerita serta membantu narasi
bercerita. Disarankan untuk menonton film ini di format 3D atau versi IMAX 3D, it’s one of the best 3D film.
Lalu apa kekurangan Ghostbusters? Film ini terasa begitu
mengikat sejak awal hingga akhir tapi ia juga tidak luput dari beberapa minus
yang sebenarnya tidak semua dari mereka mampu merusak kenikmatan yang ia
tampilkan. Energi Ghostbusters terasa
oke tapi sebelum masuk ke paruh kedua durasi
harus diakui naskah di beberapa bagian terasa goyah. Dengan begitu mengandalkan
karakter untuk meraih atensi penonton penting pula bagi penonton untuk merasa
“dekat” dengan karakter, jika tidak maka cengkeraman dari petualangan mereka
akan terasa biasa bahkan terasa lemah. Karakter hantu terasa memikat tapi
karakter antagonis manusia terasa, well, kurang menggigit. Dampaknya cukup
signifikan karena taruhan dari pertempuran antara girls versus ghosts ini tidak pernah mencapai titik maksimal
meskipun hal tersebut tertutupi dengan cukup rapi oleh energi komik dari empat
karakter utama.
Dasar dari karakter
masih bersandar pada versi originalnya namun ditampilkan dengan pendekatan
yang tidak sepenuhnya “manja.” Kristen Wiig berhasil menampilkan "kejengkelan" yang dimiliki Erin Gilbert
dengan baik, Melissa McCarthy mampu
membentuk Abby Yates menjadi karakter
agresif yang menarik, sedangkan Leslie
Jones terasa seperti karakter Anger di Inside
Out. Sebagai sebuah tim ensemble mereka terasa tangguh tapi ada satu
karakter yang berhasil tampil sedikit lebih menonjol. Dia adalah Jillian Holtzmann, diperankan dengan
sangat baik oleh Kate McKinnon.
Jillian Holtzmann merupakan karakter yang unik dan mampu konsisten mencuri
perhatian, ia seperti punya energi nakal dan liar yang membuat penonton merasa
apa yang ia lakukan tidak hanya lucu tapi juga keren. Oh, Chris Hemsworth! Memberikan kinerja yang terasa santai Thor punya momen yang mampu ia
manfaatkan dengan baik.
Sejak awal Ghostbusters tidak mencoba menyaingi
versi original, dengan hormat meminjam format untuk membangun “dunia” baru bagi
pertempuran wanita melawan hantu. Paul
Feig membentuk spirit dan formula lengkap dengan “kebisingan” dari versi
original menjadi sebuah petualangan lucu yang tidak lupa
untuk tampil mengintimidasi. Berayun penuh variasi dengan percaya diri tinggi,
Ghostbusters memang tidak superb namun dengan visual yang memikat serta
cerita dan karakter yang konsisten terasa menarik ini berhasil menjadi
kombinasi komedi dan fantasi yang menyenangkan. A pleasantly solid fantasy comedy, it’s a pleasure hanging out with
these characters.
0 komentar :
Post a Comment