Beritanya pertama kali
muncul sebagai lelucon April Fools'
tahun 2015 yang lalu namun di akhir tahun kemudian dikonfirmasi sebagai sebuah
proyek nyata. Ya, tidak tahu apakah hal ini pernah terlintas di pikiran
penggemar Japanese Horror namun crossover antara dua karakter atau
"idol" horror ikonik dari negeri sakura Jepang, Sadako dan Kayako, akhirnya tiba. Pertanyaan yang muncul
setelah itu adalah apa yang Sadako vs.
Kayako ingin hadirkan di sini, dan apa yang akan terjadi ketika dua
karakter menyeramkan yang mampu menakut-nakuti penontonnya ketika berdiri
sendiri itu bergabung dalam bentuk sebuah pertarungan. The creepiest battle of the decade?
Yuri Kurahashi (Mizuki Yamamoto)
dan Natsumi
Ueno (Aimi Satsukawa) membeli sebuah videocassette
recorder tapi menemukan di dalamnya terdapat videotape dengan kutukan Sadako. Mereka kemudian menyadari akibat
setelah menonton videotape tersebut
ketika mendapat info bahwa pemilik VCR
sebelumnya mati dua hari setelah menyaksikan videotape tersebut. Di sisi lain Suzuka Takagi (Tina Tamashiro) mendapat
kutukan Kayako ketika mencoba masuk ke dalam rumah Saeki yang diyakini memiliki kutukan. Exorcist Keizō Tokiwa (Masanobu Ando) dan cenayang muda bernama Tamao (Mai Kikuchi) mendengar kabar yang
menimpa Yuri dan Suzuka, yakin bahwa cara terbaik untuk melepaskan kutukan
tersebut adalah dengan membuat Sadako dan Kayako saling beradu satu sama lain.
Mengambil setting waktu
satu dekade setelah peristiwa di dua film pertama Sadako vs. Kayako berhasil menjadi sebuah pertarungan yang menarik
antara dua “idol” di J-Horror. Hal
terpenting yang harus dicapai berhasil dilakukan dengan baik oleh film ini,
sutradara Kōji Shiraishi berhasil
membuat premis dan sinopsis yang
terasa forced dan ditulis oleh
Takashi Shimizu dan Kôji Suzuki itu untuk menjadi sajian horror yang tidak menjengkelkan hingga
akhir. Dan yang terpenting dua karakter utama berhasil langsung meraih
perhatian penontonnya. Sadako dengan rambut hitamnya yang memikat itu, Kayako
dengan pesona dingin andalannya, dibantu dengan Toshio Saeki (Rintaro Shibamoto) dua karakter utama berhasil
membuat penonton merasa waspada pada kemunculan mereka, sebuah mash-up yang
baik pula yang kemudian bermain dengan cara klasik mereka: hold, blink, and flash.
Sadako
vs. Kayako lebih terasa seperti sebuah homages kepada film-film Ju-On
dan The Ring, dari segi visual
hingga cara film-film sebelumnya di franchise Ju-On dan The Ring bermain.
Tidak heran kamu akan menemukan banyak momen klasik dari film-film sebelumnya,
seperti ketika Sadako merangkak keluar dari televisi misalnya. Namun kondisi
tersebut tidak datang secara total sama, ada memberikan beberapa modifikasi yang cukup
oke yang tetap mempertahankan ciri khas cerita
namun membuat pendekatan terasa lebih segar jika dibandingkan dengan beberapa
entri terakhir dari masing-masing franchise
yang sudah terasa lesu. Alhasil selain cerita punya koherensi yang oke ia juga terasa cukup padat jika mengingat
kembali ini merupakan kombinasi dua menjadi satu. Ya, ini memang predictable tapi “tekanan” yang
dihasilkan crossover ini konsisten
terasa menarik, penonton terus waspada meskipun tidak pernah sepenuhnya merasa
cemas luar biasa.
Sebuah rollercoaster yang tidak memiliki track yang "menakutkan,"
seperti itu kira-kira Sadako vs. Kayako.
Penonton diberi grafik naik dan turun tapi intervalnya tidak besar, momen
menakutkan tidak pernah terasa tinggi tapi rasa monoton dan datar yang
mengganggu juga tidak ada. Premis film ini sebenarnya terasa menjanjikan tapi
ternyata Sadako vs. Kayako tidak mencoba
untuk tampil terlalu “serius” dalam hal menakut-nakuti penontonnya. Langsung
lurus, tidak mencoba meyakinkan kamu ada sesuatu yang besar dan menakutkan
setelah setup selesai fokus dari penonton dibawa ke tujuan utama, Sadako melawan Kayako.
Memang ada “tekanan” di elemen horror
tapi secara overall ini lebih terasa
sebuah horror yang dicampur dengan elemen
"komedi," memiliki chilling moment yang oke tapi ketika "humor" implisit hadir mereka
anehnya juga bekerja dengan cukup baik. Tersenyum lucu, boom hadir kejutan,
tersenyum lagi, boom kejutan hadir
lagi, begitu seterusnya.
Hasilnya ini bukan the creepiest battle of the decade, seperti
baseball duel yang Sadako dan Kayako
lakukan ini kombinasi horror dan "humor" yang menyenangkan, hal yang
tentu saja tidak semua penonton bersedia untuk terima. Koji Shiraishi cukup oke dalam menyeimbangkan horror dan
"humor," keduanya punya kesempatan yang sama baik tapi tidak saling
merusak dan juga merusak pesona dari Sadako
dan Kayako. Settting yang seolah
menunjukkan ini akan menjadi horror
comedy juga membuat beberapa momen konyol yang muncul ketika cerita
mondar-mandir di durasi 98 menit itu
tidak terasa menjengkelkan. Sadako vs.
Kayako punya kegembiraan oke, kesan “mentah” di beberapa bagian juga mampu
menjaga kesan liar di balik cerita yang standar itu. Disokong dengan performa cast yang lumayan oke Sadako vs. Kayako mampu mempertahankan
agar pertarungan utama dan hal-hal lain di sekitarnya terasa menarik hingga
akhir meskipun tidak pernah mencapai tingkat menakutkan yang tinggi dan kuat.
Dengan memiliki dua
ikon horror terkenal di dalam satu kemasan cukup mengejutkan mendapati Sadako vs. Kayako ternyata mencoba untuk
menjadi sebuah horror yang tetap
meneror tapi juga mencampurnya dengan "humor."
Ini bukan horror yang mencoba mengguncang paranoia
dan emosi penontonnya, hanya mencoba membuat kamu di mode waspada.
Terkadang pertarungan hantu atau setan terasa sedikit konyol dan over-the-top tapi kesan “ringan” yang
muncul justru membuat ini menarik untuk diikuti terlepas dari berbagai minus
seperti kesan menakutkan yang tidak maksimal. Memang sedikit kecewa pertarungan
Sadako dan Kayako tidak seheboh seperti yang diharapkan tapi pendekatan yang
berani ini mampu menyajikan sebuah hiburan yang menghibur dan cukup
menyenangkan. As a horror not good
enough, as a horror comedy surprisingly good enough. Yup, it’s a good enough "The Cabin in the Woods" with Japanese taste. Sequel? Hmmm. Segmented.
dua ikon yg selalu wajib utk di tonton. tp yg jelas karakter cewek nya itu, bumbu menarik lain nya
ReplyDelete