Setelah berhasil meraih
atensi penonton luas lewat sebuah kemarahan yang dikemas ramping, Drive, lalu kemudian memperoleh track
sedikit menurun lewat Only God Forgives,
sutradara Nicolas Winding Refn
kembali mencoba bermain nakal dengan sinematik ekstrim di fitur terbarunya ini,
The Neon Demon. Ini seperti usaha
yang "lebih gila" dan sedikit lebih besar, mencoba menampilkan
berbagai ide lewat obsesi seksual dan dunia modelling
dalam sebuah psychological horror yang abstrak. Apakah ini
melanjutkan baton dari Drive, atau baton dari Only God Forgives? Sadistic
"pleasure" under the guise of art, The Neon Demon is an underbaked,
flimsy, but glossy nonsense. It's like "confused Malick" have fun at discotheque.
Jesse
(Elle Fanning) adalah permata baru di dunia modelling,
meskipun dikelilingi competitor yang mencoba memperbaiki diri mereka dengan
operasi plastic Jesse tetap berhasil standout dan meraih perhatian fotografer
serta desaigner. Menjadi pusat perhatian dan sosok favorit berkat kualitasnya
yang alami perlahan tidak hanya memberikan Jesse popularitas namun juga bahaya,
banyak pihak di dalam industri yang “dangkal” itu rela mencoba melakukan
berbagai cara untuk memanfaatkan, mengambil keuntungan, dan merusak karir
Jesse, termasuk dengan melakukan konspirasi hingga tindak kekerasan.
Nicolas
Winding Refn gemar membuat penonton bertanya-tanya
dengan menghadirkan ambiguitas, dan di sini kembali ia tampilkan lewat karakter
Jesse. Kita dibuat mempertanyakan seperti apa Jesse sebenarnya, apakah dia
wanita polos atau justru serigala berbulu domba? Lebih sering tampil pasif dan
seperti tidak memiliki motivasi kita juga tidak tahu latar belakang Jesse, sama
seperti karakter Ryan Gosling di Drive di sini Jesse seperti tidak di set
untuk diamati secara mendalam, dia datang, menjalankan tugas, dan pulang.
Kondisi tersebut meninggalkan keraguan bagi penonton, apa yang coba The Neon Demon capai? Hal tersebut
semakin kacau karena di balik “kesederhanaan” cerita yang tampil sejak sinopsis hingga akhir Nicolas Winding Refn menggoda kita
dengan berbagai hal seperti misteri misalnya, ada pula sedikit rasa satir di
dalam naskah, kemudian cara ia bermain tipis di antara horror dan thriller
dengan menjual absurditas.
Ya, The Neon Demon adalah kemasan absurd
yang bergerak condong kearah gila. Dengan mencampur rasa Antonioni, Stanley Kubrick, David Lynch serta David Cronenberg film ini membawa kita menatap karakter yang senang
menatap sambil ditemani dengan ketegangan. Refn terus mencoba membuat agar The Neon Demon tidak pernah berhenti
berdegup kencang, dari sesi foto berlumuran darah hingga memunculkan singa
secara tiba-tiba, ini penuh dengan WTF moments. Anehnya itu tidak tampil buruk, tidak pula luarbiasa tapi The Neon Demon punya ketegangan
sinematik yang terasa oke dan membantu kecemasan serta bahaya di dalam cerita
tidak sepenuhnya mati. Saya suka cara Refn memanfaatkan elemen teknis, eksekusinya kuat, bukan hanya
setting dengan pencahayaan mewah yang ia gunakan tapi sinematografi dan score dengan rasa electronic mampu mempertahankan kesan menggoda dan
kegelisahan dari cerita yang dangkal dan "menjengkelkan" itu.
Di balik eksekusi
dengan estetika yang mengkilap dipenuhi gambar indah The Neon Demon pada dasarnya merupakan film yang cukup rapuh di
bagian awal dan perlahan runtuh. Niat yang ingin Refn lakukan jelas, unsur
satir di script sudah lebih dari cukup untuk membantu, tapi di sini Refn
tenggelam terlalu jauh di dalam fantasinya. Di Bronson, Drive, hingga Only
God Forgive ia masih mampu menyeimbangkan plot bersama usaha artsy dengan baik, tapi di sini terlalu
eksploitatif sehingga terasa manipulatif. Tidak heran ini terasa gila, mencoba
untuk memberikan pengalaman yang mendebarkan tapi ia tidak mencoba membuat agar
penonton terikat dan berinvestasi pada karakter serta cerita. Di sini
Refn seperti ingin agar kamu membayangkan bagaimana jika karakter merupakan
kamu di kehidupan nyata, tapi dengan pengembangan karakter yang sangat kecil
upaya mengeksplorasi sisi buruk dan indah dari kehidupan itu hanya selalu
bermain di batas antara zona aman dan bahaya.
The
Neon Demon memang merupakan karya yang indah secara visual
tapi ia lebih sering tampak kosong akibat perlahan mulai tampak dirancang
secara sengaja sejak awal. Berbagai gimmicks
sesekali mampu memunculkan ketegangan tapi mereka tidak berlangsung lama
karena rasa peduli pada Jesse sejak awal tidak pernah tumbuh besar. Seandainya
Jesse yang merupakan target dari rasa iri dan nafsu itu dapat dibekali materi
yang lebih “masak” mungkin hasil akhir akan sedikit lebih baik, bukannya justru
sepanjang film tampak seperti boneka bernyawa untuk menampilkan berbagai materi
ofensif dan taboo terhadap
wanita tanpa pesona yang menarik. Refn ingin mengeksplorasi keindahan wanita namun berakhir menjadi wujud
kebencian terhadap wanita. Ya, The Neon
Demon punya alur cerita tapi yang Refn lakukan di sini adalah
mengeksploitasi wanita dalam bentuk kesenangan visual ketimbang membawa cerita
dan karakter bergerak maju untuk menampilkan keindahan dari wanita.
Meskipun punya kinerja
cast yang mumpuni terutama dari Elle
Fanning, Bella Heathcote, dan Abbey
Lee, The Neon Demon tidak pernah mampu mencapai level enganging di elemen cerita, hanya di elemen visual. The Neon Demon menjadi contoh bahwa tetap harus ada substance yang menarik untuk dapat menciptakan sebuah kemasan yang stylish dan artsy. Seandainya Refn memberikan cerita dan karakter busur yang
lebih kuat The Neon Demon dapat
menjadi petualangan menegangkan yang mengeksplorasi "keindahan"
dengan visual yang menawan, namun dengan informasi terbatas dan menggoda
menggunakan ambiguitas yang kemudian dihidangkan setengah masak The Neon Demon berakhir sebagai omong
kosong yang indah di mata namun terasa hampa. Segmented.
Thanks to rory pinem
Mungkin sutradaranya lebih milih visual storytelling sama banyak adegan yang mengandung metafora yang bikin penonton gak ngerti dan gak fokus ke ceritanya apalagi bagian ending nya yang bikin bingung lagi
ReplyDeleteBtw nontonnya dimana?emang di Indonesia tayang?
DeletePenulis review (riringina) tidak berdomisili di Indonesia. :)
Delete