Di fitur layar lebar
ketika tampil sebagai seorang aktris di depan kamera Jodie Foster merupakan salah satu ahli dalam hal berbicara kepada
penonton melalui karakternya, namun ketika ia mencoba duduk di depan layar
monitor sebagai sutradara fitur yang ia hasilkan biasa-biasa saja. Home for the Holidays, The Beaver,
mereka tidak buruk namun sulit pula untuk dikatakan sebagai kemasan yang
benar-benar kuat. Mampir sejenak ke layar televisi dengan menyutradarai Orange Is the New Black serta House of Cards kini Jodie Foster kembali mencoba untuk berbicara sebagai sutradara
lewat Money Monster, berkisah tentang
praktek bisnis di Wall Street yang ternyata bukan merupakan kemasan drama thriller kelas monster.
Lee
Gates (George Clooney) adalah host “Money Monster”, sebuah program televisi yang mencoba memandu
penontonnya mengamati dunia perdagangan saham yang berada di bawah kontrol
direktur bernama Patty Fenn (Julia
Roberts). Suatu ketika seorang pemuda bernama Kyle Budwell (Jack O'Connell) menginvasi Money Monster, membawa pistol dan
memaksa Lee Gates untuk mengenakan rompi yang telah berisikan bahan peledak.
Kyle kehilangan $ 60.000 pada saham IBIS Clear Capital yang telah disahkan oleh
Lee Gates dan dicurigai terjadi akibat kesalahan sistem komputer. Kyle hanya
ingin penjelasan tentang uangnya yang hilang tersebut, menghasilkan proses yang
ikut melibatkan aparat penegak hukum serta Diane
Lester (Caitriona Balfe), IBIS chief communications officer.
Bukankah ketika membaca
sinopsis di atas tadi akan
mengingatkan kamu pada beberapa film dengan konflik atau isu utama yang sama
dan serupa? Ya, bahan materi Money
Monster memang sangat familiar, ada dari mereka yang berhasil diolah jadi
kemasan menarik tapi tidak sedikit pula yang berakhir buruk. Kombinasi yang Jodie Foster hasilkan di sini tidak
buruk terutama pada sisi teknis di mana Jodie
Foster tampak mulai lebih terampil dalam memainkan elemen teknis. Banyak
gambar dan audio yang digunakan berhasil dikemas dengan efektif oleh Foster,
dan di awal hal tersebut ikut mempengaruhi ekspektasi karena meskipun familiar
namun bahan cerita film ini punya potensi yang besar untuk menjadi sebuah
panggung drama thriller yang menyenangkan, ia bisa menjadi sebuah sindiran pada
sisi gelap dunia usaha dan media korporasi. Sayangnya Money Monster tidak menampilkan modus utama yang jelas sehingga skenario
jatuh di zona abu-abu.
Jodie
Foster tampak berusaha keras untuk membuat agar pesan yang
film ini bawa tampak penting, namun cara ia membentuk plot yang semakin jauh
kamu melangkah tampak semakin menggelikan menyebabkan misi tersebut gagal
dicapai. Cara Money Monster bermain
memang selalu menarik hingga akhir tapi cara ia mencoba menjual beberapa isu
seperti keserakahan, korupsi, hingga sikap apatis publik dan tanggung jawab
media tidak pernah mampu mencapai level believable
yang membuat penonton merasa karakter dan cerita di dalam film merupakan
sesuatu yang nyata, kemudian merasa peduli pada eksistensi mereka di dalam
cerita. Lee Gates, Patty Fenn, Kyle, dan karakter lainnya terasa seperti boneka
yang bernyawa di sini, bukan manusia. Pada akhirnya sulit untuk merasa terlibat
di dalam “pesta” tentang sisi jahat dari dunia keuangan ini tidak peduli
seberapa sering Foster mencoba menghadirkan kejutan yang terasa oke.
Nah, itu alasan mengapa
meskipun perlahan mulai menurun daya tariknya dan thrill yang ia berikan tidak
pernah terasa maksimal di sisi lain Money
Monster juga tidak pernah terasa membosankan, cara ia bermain terasa
menarik berkat berbagai kejutan di dalam cerita. Memang tidak semuanya terasa
oke namun hal tersebut at least mampu membuat penonton penasaran bagaimana
semua masalah itu akan diselesaikan. Seandainya Jodie Foster mampu menjaga fokus cerita menjadi lebih kuat dari
yang ia tampilkan di sini bukan tidak mungkin dua minus tadi dapat teratasi
dengan mudah. Ya, pergeseran nada cerita yang berat bukan menjadi masalah tapi
fokus utama yang tidak kuat selalu berhasil mengganggu. Money Monster kehilangan fokus dengan sangat cepat, alih-alih
mengeksplorasi potensi terkait dunia keuangan yang ia punya film ini justru
terperangkap dalam rencana sandera Kyle, dan perlahan tampak seperti khotbah
tentang bagaimana sengsaranya rakyat kecil akibat pihak-pihak yang memiliki
kuasa lebih besar.
Bagaimana dengan kinerja cast? Mereka tampil oke tapi berada di bawah standar yang masing-masing mereka miliki. George Clooney berhasil membuat Lee Gates tampil sebagai pria bergaya sombong namun kurang mampu menarik penonton untuk merasa relatable dengannya. Julia Roberts berhasil menampilkan Patty Fenn sebagai wanita yang tenang dan gigih namun peran dan daya tarik Patty di dalam cerita kurang mampu tampil menggigit. Kyle sebenarnya punya karakteristik yang dapat dilahap Jack O'Connell dengan sangat mudah, namun sebagai korban di dalam cerita ia kurang mampu menarik simpati penonton terhadap permasalahannya. Caitriona Balfe berhasil mencuri perhatian, bintang Outlander ini berhasil menjadi bagian dari “proses” di konflik utama dalam kapasitas yang terasa pas. Menariknya meskipun membawa konflik yang serius Money Monster kerap berusaha menyisipkan komedi, dan itu kurang klik karena sejak awal tujuannya bukan untuk menjadi sebuah drama thriller dengan komedi satir.
Datang dengan misi
menjadi sebuah crime thriller tentang sisi gelap praktek bisnis di Wall Street, Money Monster jatuh menjadi sebuah drama dengan rasa dongeng, tidak
mampu mengindentifikasi korupsi di dunia keuangan dengan impresi yang
"nyata". Sejak awal hingga akhir Jodie
Foster memang mampu menampilkan cara bermain yang menarik sehingga Money Monster tidak pernah terasa
monoton, namun sebagai sebuah perpaduan thriller dan crime film ini miskin
thrill dan sensasi, menggunakan pendekatan langsung yang sayangnya tampil goyah
dengan fokus yang lemah sehingga mengakibatkan segala upaya yang ia lakukan
terasa seperti sebuah panggung sandiwara di dunia fantasi. Segmented.
Cowritten with rory pinem
0 komentar :
Post a Comment