"So you're telling me you made a porno where the plot is the point?"
Cukup dua alasan mengapa
The Nice Guys tampak sangat
menjanjikan. Pertama, kombinasi Ryan
Gosling dan Russell Crowe? Yeah,
sold. Kedua, sebuah buddy film dengan rasa neo-noir yang dibentuk oleh penulis Lethal Weapon? Yeah, sold. Dikenal
dengan kemampuannya dalam membentuk komedi yang tajam dan cerdas, Shane Black kembali ke bangku sutradara
dengan kombinasi andalannya: neo-noir,
black comedy, dan detektif. From the
director of Kiss Kiss Bang Bang and Iron Man 3, here comes The Nice Guys, a
nice comedy.
Los Angeles, tahun
1977, bintang porno bernama Misty
Mountains (Murielle Telio) dibunuh dan penyebab kematiannya yang
menggemparkan seluruh kota masih menjadi misteri. Karena percaya memiliki
keterkaitan dengan Amelia Kutner
(Margaret Qualley) yang sedang ia cari detektif swasta Holland March (Ryan Gosling) menerima permintaan tante Misty yang
masih percaya bahwa keponakannya itu masih hidup. Di sisi lain Amelia tidak
ingin ditemukan lalu menyewa bantuan dari Jackson
Healy (Russell Crowe). Celakanya setelah diserang oleh dua preman bernama Blue Face (Beau Knapp) dan Older Guy (Keith David) Healy putus
kontak dengan Amelia yang memaksanya untuk bergabung dengan Holland, plus putri
Holland, Holly (Angourie Beras).
Dalam konteks cerita
sebenarnya tidak ada yang istimewa dari The
Nice Guys, bukan hanya sekedar kurang nendang atau perumpamaan sejenisnya
tapi cerita yang ditulis oleh Shane Black
bersama dengan Anthony Bagarozzi itu
dalam Bahasa sederhananya terasa cukup berantakan. Untuk ukuran sebuah komedi buddy film The Nice Guys punya momen canggung yang hampir mendekati batas
normal, saya juga kurang klik dengan usaha Shane
Black ketika ia mencoba membuat kita para penontonnya menaruh simpati pada
karakter dan cerita. Tapi yang menarik adalah ketika minus tersebut bisa kamu
temukan dan rasakan dengan sangat mudah uniknya mereka tidak bersifat merusak
kenikmatan film ini secara keseluruhan. Mengapa? Karena konsep awal The Nice Guys sendiri seperti ingin
tampil dengan rasa "parodi" yang kental, dan itu dieksekusi dengan
oke oleh Shane Black.
The
Nice Guys ini seperti keju yang sering kita temukan di
berbagai film kartun, banyak lubang namun tetap terasa enak. Kuncinya ada di
bagian awal karena tipe eksekusi di bagian awal tersebut terus berlanjut hingga
akhir. Ini petualangan yang cacat tapi menyenangkan untuk diikuti hingga akhir,
membawa rasa 1970-an dengan cara yang kadang terasa ceroboh tapi di sisi lain
selalu mampu memberi kejutan yang menyenangkan. Black terampil dalam membentuk kejutan,
ia berhasil menjaga agar kesan lucu selalu hadir di dalam dua pria dengan
karakteristik unik yang dibawa menghadapi berbagai situasi penuh kekerasan.
Misteri memang ada, teka-teki terkait konflik utama juga tidak dilupakan, namun
kemampuan komedi untuk terus menusuk masuk kedalam berbagai situasi menjadi
alasan mengapa The Nice Guys in the
end berhasil menjadi sajian komedi yang nice.
Jika elemen komedi film
ini tidak berfungsi dengan sangat baik maka The
Nice Guys hanya akan berakhir menjadi sebuah komedi kelas medioker, hal
yang sebenarnya terjadi di sektor cerita. Dari sinopsis sebenarnya oke tapi eksposisi film ini sering terasa
melelahkan, dan cerita secara keseluruhan terlalu sering terasa lembab, tidak
pernah terasa panas, tidak pernah pula terasa dingin. Struktur cerita tidak
buruk tapi Shane Black sering berusaha mendorong terlalu keras materi, ia ingin
agar itu terasa cerdas tapi justru berakhir canggung, ambil contoh ketika ia
ingin agar moralitas di dalam cerita tetap terjaga ketika kamu mundur dan
melihat bagaimana karakteristik dua tokoh utama usaha tersebut terasa sia-sia.
Hal tersebut sebenarnya terasa unik karena di awal The Nice Guys seperti tidak ingin mengambil semuanya terlalu serius
tapi perlahan mulai muncul beberapa usaha “menyeimbangkan” yang tidak
sepenuhnya bekerja.
Walaupun demikian
seperti yang disinggung di awal tadi bahwa minus di cerita tidak berdampak
merusak. Kelemahan editing juga mampu ditutup oleh berbagai lelucon yang sangat
menyenangkan meskipun harus diakui terasa di kelas yang segmented. Alasan lain
mengapa dengan script yang jelek The Nice
Guys tetap berakhir sebagai komedi yang menghibur adalah dinamika dari
cast. Sulit untuk percaya dengan naskah yang sangat biasa tadi tik-tok komedi
yang dihasilkan film ini terasa cerdas. Ryan
Gosling dan Russell Crowe
memberikan kombinasi pertunjukkan yang kontras, mereka saling mengisi satu sama
lain, Crowe sebagai sisi tenang dan Gosling tampil manic. Memang tidak
top-notch tapi kinerja mereka baik secara individu maupun sebagai tim berada di
level atas. Saya juga suka dengan peran Angourie
Beras di sini, ia menjadi jangkar moral yang terkadan mampu mencuri atensi
dari dominasi dua pemeran utama.
Tidak ada hal yang
berakhir di level istimewa di dalam The
Nice Guys, namun seperti hadir sebuah magic yang membuat penontonnya merasa
puas ketika ia telah berakhir. Dari segi cerita ini standar buddy film di mana dua pria dipaksa
bekerja sama untuk memecahkan suatu kasus, tapi dari segi komedi eksekusi yang
dihadirkan oleh Shane Black sangat
mumpuni terlebih dengan kemampuannya menjaga kesan lucu agar konsisten hadir
hingga akhir dan juga keterampilannya dalam memberikan berbagai kejutan. The Nice Guys bukan sajian komedi yang
istimewa, namun berkat dinamika dan tik-tok yang ditampilkan oleh cast film ini
mampu menutupi minus di sektor cerita, dan berakhir sebagai komedi yang
menyenangkan dan menghibur. Yeah, the comedy is the point. Sebuah neo-noir
comedy yang nice. Segmented.
Thanks to rory pinem
0 komentar :
Post a Comment