"Lady Susan Vernon will destroy every comfort of our life."
Sebelum jaman menjadi
modern seperti sekarang ini bumi sebenarnya pernah dipenuhi dengan
manusia-manusia yang berlomba-lomba untuk menjadi yang terhebat dengan cara
yang bermartabat, meskipun sejak dahulu kompetisi telah diisi dengan manipulasi
bersama dua sisi yang juga sama seperti sekarang, ada si baik dan ada si jahat.
Manipulasi bukan sebuah aksi yang menyenangkan namun di tangan Whit Stillman
itu ditampilkan dengan manis kedalam sebuah kisah kejahatan yang lucu, ceria,
dan menyenangkan. Love & Friendship
adalah romantic comedy yang,
istimewa.
Lady
Susan Vernon (Kate Beckinsale) adalah wanita licik
dan manipulatif yang baru saja menjanda dan banyak dipergunjingkan. Agar rumor
yang sedang hangat tentang dirinya dapat mereda, Susan menyusun "rencana" bersama
sahabatnya Alicia Johnson (Chloë Sevigny)
untuk mengunjungi saudara iparnya Charles
Vernon (Justin Edwards), dan istrinya, Catherine
Vernon (Emma Greenwell) yang tahu karakteristik “berbahaya” Susan. Rencana
Susan adalah untuk segera menemukan suami baru agar masa depan keuangannya
dapat kembali aman, dan sasarannya adalah adik laki-laki dari Catherine, Reginald deCourcy (Xavier Samuel),
sementara di sisi lain Susan juga berusaha menjodohkan putrinya Frederica Vernon (Morfydd Clark) dengan
pria kaya namun bodoh bernama Sir James
Martin (Tom Bennett).
Meskipun baru menonton
dua film yang ia sutradarai, Last Days of
Disco dan Damsels in Distress,
satu hal yang mencolok dari Whit Stillman
adalah ia merupakan sosok yang handal dalam membentuk dialog dalam bentuk prosa
yang witty. Di awal sempat muncul sedikit rasa ragu apakah gaya tersebut dapat
klik dan menghasilkan dialog yang menarik dan maksimal mengingat setting cerita
Love & Friendship ada di tahun
1790an, era di mana percakapan masih terasa kaku demi menjunjung martabat.
Boom, sebuah pukulan telak hadir tidak lama setelah film ini mulai berjalan,
kehandalan Whit Stillman klik dengan
sangat manis kedalam kisah yang mengambil dasar dari novel Jane Austen ini. Bukan hanya cocok, kombinasi mereka terasa sangat
sangat manis, sebuah perpaduan antara serius dan santai yang terus membuat
penonton tersenyum sembari terpesona.
Ya, terpesona, Love & Friendship punya pesona yang
sangat sangat besar pula. Ini pada dasarnya merupakan sebuah drama namun cara
film ini bercerita seperti memadukan banyak genre kedalam satu kesatuan, dan di
situ letak keindahannya. Penindasan feminine jadi fokus utama, sebuah usaha
memuaskan nafsu dengan cara yang licik dan manipulatif digunakan sebagai jalan,
dan semua ditampilkan dengan menggabungkan sikap sopan dan sikap terbuka secara
bersama untuk menggambarkan perasaan karakter. Ini cantik, bagaimana sebuah
kisah tentang upaya jahat justru tidak pernah berhenti membuatmu tersenyum
karena ditampilkan dengan penuh rasa ceria dan lelucon kecil yang menggelitik. Love & Friendship seperti sebuah
drama yang mencoba tetap menjunjung tinggi ciri khas klasik namun di mix and match dengan sentuhan visi
modern, menampilkan intrik dan gairah dipenuhi dengan kepekaan yang menawan.
Ya, kembali harus
memulai paragraph ini dengan kata terpesona. Drama tipe seperti ini sering kali
jatuh menjadi presentasi yang kering, ambil contoh Miss Julie, tapi Love &
Friendship sejak awal hingga akhir tidak pernah kering namun justru terasa
nyaman memainkan berbagai materi yang ia punya. Itu unik karena isu yang film
ini bawa mengandung seks dan bahagia di dalamnya tapi ditampilkan terbuka penuh
keterusterangan sehingga berhasil menggambarkan isu provokatif tersebut dengan
penuh semangat dan bergairah. Benar, bergairah, penonton dapat merasakan gairah
yang dimiliki Susan untuk meraih kebahagiaan yang berpadu dengan unsur
persahabatan, tapi hal tersebut tidak tampil sebagai sebuah penggambaran yang
berteriak untuk meraih atensi dari kamu, ia seperti flirting dengan pesona dan
semangat yang konsisten sehingga membuat penonton terus tergoda dan terjebak
semakin dalam bersamanya.
Plot cerita sendiri
tidak luar biasa, sedari sinopsis dapat
dikatakan generik, namun fungsi mereka di sini hanya sebatas menciptakan arena
bermain bagi anti-hero yang penuh pesona itu. Tidak hanya nada yang playful
saja tapi Love & Friendship juga
penuh dengan kejutan. Ketika kamu merasa Susan sudah keterlaluan ia kembali
mendorong limit yang baru saja ia ciptakan, dan selalu menarik karena tidak
pernah muncul kesan murahan pada apa yang Susan lakukan. Unik memang, Whit
Stillman ingin berbicara tentang “equality”
namun dengan cara yang tidak biasa yaitu dengan menggunakan seekor ular yang lovely, seorang wanita penuh nafsu untuk
bahagia yang memiliki tatapan mata memikat dan tutur kata yang menyengat.
Sebuah langkah yang berani, mengadaptasi sastra tanpa memberikan pendekatan
tradisional yang terlalu kental, disokong dengan desain produksi,
sinematografi, dan editing yang mumpuni berusaha mengangkut penonton
menyaksikan “kebanggaan” palsu penuh aksi manipulatif.
Kesuksesan tadi juga
berkat kinerja cast yang begitu menawan. Emma
Greenwell dan Morfydd Clark
berhasil menjadi “pendamping” Susan yang simpatik tanpa terkesan lemah, Xavier Samuel menampilkan sisi positif
si gagah Reginald dengan baik, Chloë
Sevigny membuat Alicia punya kontribusi yang terasa pas di dalam cerita, Tom Bennett menampilkan cluelessness Sir
James menjadi sesuatu yang lucu setiap kali ia hadir. Bintang utamanya adalah Kate Beckinsale. Beckinsale sukses
membuat penonton terpesona dengan kelicikan yang Susan miliki, namun di sisi
lain ia sukses pula memancarkan gairah yang kuat dari niatnya untuk bahagia.
Susan adalah wanita yang menggunakan pesona dan kecantikannya dengan cerdas,
dan itu tampil manis berkat kinerja akting dari Beckinsale di sini penuh perhitungan
yang presisi. Beckinsale menampilkan sisi naif dan sisi nakal karakternya
secara seimbang dan saling mengisi satu sama lain sehingga aksi flirting yang
Susan lakukan tidak pernah terasa monoton.
Love
& Friendship merupakan adaptasi yang berani, mencampur
elemen "klasik" bersama sentuhan modern dengan keterlibatan
unsur-unsur yang lebih provokatif di dalamnya. Dipenuhi dengan dialog yang witty, cerdas, dan menggigit sejak awal
hingga akhir penonton dibawa menyaksikan seorang wanita berusaha untuk meraih
kebahagiaan dengan cara yang nakal, licik, menggoda, dan manipulatif. Whit Stillman sekali lagi berhasil
menggambarkan berbagai isu sosial dari cinta, status, hingga persepsi terhadap
sesama dengan cara yang ceria, sebuah perpaduan drama, romance, dan comedy yang
lucu dan menyenangkan. Ketika ia hadir ia mempesona, ketika ia selesai dan
pergi penonton tetap terpesona. Itu Love
& Friendship, engaged from start
to finish. Segmented.
Thanks to rory pinem
wah, kalo kak rory udah kasih 8, berarti harus ditonton banget....up
ReplyDelete