Cara bermain yang ia
tawarkan tidak begitu spesial namun dengan gameplay yang fun, lucu, dan
adiktif, Angry Birds sukses menjadi
sebuah fenomena tingkat global di tahun 2010, menjadi sahabat dari miliaran
pengguna smartphone yang kemudian membantunya meraih predikat sebagai one of the most mainstream games. Tujuh
tahun berlalu sejak kemunculan pertamanya Rovio
Entertainment mencoba untuk mengangkut konsep dasar yang sederhana tadi
kedalam bentuk film animasi yang diberi judul The Angry Birds Movie, sebuah usaha minimalis yang berakhir manis. It's like bird version of Minions.
Red
(Jason Sudeikis) adalah burung yang tertutup, mudah
sinis serta kehilangan kesabaran, dan akibat sebuah insiden harus mengikuti
anger management class yang dipimpin oleh Matilda
(Maya Rudolph). Suatu ketika saat sedang mengikuti kelas bersama Chuck (Josh Gad), Bomb (Danny McBride), dan
Terence (Sean Penn), Red mendapat
kabar bahwa kapal yang membawa kelompok babi dari Piggy Island di bawah komando
Leonard (Bill Hader) merapat ke Bird Island. Leonard mengatakan bahwa
maksud dari kedatangan mereka adalah untuk menjalin hubungan persahabatan,
namun tidak seperti sambutan hangat dari penduduk Bird Island, Red merasa ada
sebuah "rencana" yang sedang dibangun oleh Leonard di Bird Island.
Harus diakui bagian
awal film ini terasa canggung, meskipun cerita tetap mencoba menyuntikkan
berbagai lelucon yang terhitung oke untuk membuat penonton tertawa tapi yang
hadir hanya sebatas senyuman. Mengapa? Karena fokus utama bagian awal adalah
untuk memperkenalkan tokoh utama The
Angry Birds Movie, yaitu Red. Alhasil kamu akan menemukan berbagai materi
berbau “kekerasan” yang mungkin dapat terasa mengganggu bagi beberapa penonton
dewasa yang membawa penonton muda bersamanya. No, tidak melebihi batas hanya
berpotensi menghasilkan kesan canggung, sulit untuk tertawa lepas di bagian
ini. Namun maksud dan tujuan dari bagian tersebut sebenarnya baik, karena
dengan begitu Clay Kaytis dan Fergal Reilly berhasil membentuk duduk
masalah dengan kuat tanpa harus meninggalkan kesan rumit, kamu tahu bahwa Red
adalah burung yang bermasalah, dan mari memperbaiki hal tersebut.
Dan yang hadir setelah
bagian pembuka yang canggung itu adalah sebuah petualangan bergaya lepas yang
menyenangkan. Hal terbaik dari film ini adalah ia tidak mencoba untuk membuat
kamu menilainya sebagai film animasi yang pintar, berbagai isu yang dibawa juga
ditampilkan secara tersirat. Tim di balik naskah serta dua sutradara seperti
sepakat untuk tidak terlalu berlebihan dalam menerjemahkan burung-burung
pemarah itu ke layar lebar, mereka memilih untuk bermain aman. Terkesan kurang
ambisius? Untuk apa terlalu ambisius jika kamu punya “keuntungan” pada bahan atau materi yang dapat menghasilkan sebuah hiburan menyenangkan ketika ditampilkan
secara minimalis. Dunia Angry Birds
berhasil dibentuk dan diperluas dengan baik oleh film ini, walaupun kerap
terasa episodik namun mampu membentuk unsur-unsur permainan, isu utama, dan
berbagai referensi menyenangkan untuk dapat berjalan bersama.
Tidak heran setelah
bagian pembuka film ini terus melaju dengan cepat karena tiga hal tadi saling
berkombinasi dengan baik, dan masing-masing punya kadar yang oke. Cerita film
ini memang terasa biasa jika menilik sinopsis
tapi ia punya struktur yang baik dan kemudian disambung dengan build up yang
oke. The Angry Birds Movie memang
terasa santai tapi ia tidak pernah kehilangan arah dan tujuan, fokus utamanya
kuat. The Angry Birds Movie juga
sangat sering melempar lelucon baik dalam bentuk tradisional, visual gag,
hingga referensi budaya populer dan pelesetan yang walaupun tidak semuanya
berhasil “meledak” namun tetap menghasilkan sebuah rangkaian yang menyenangkan.
Menarik pula mendapati film ini tidak pernah terasa monoton mengingat naskah
yang ia punya sebenarnya tipis, naskah yang minimalis itu berhasil dimanfaatkan
dengan baik untuk bergerak cepat dengan fluiditas yang berhasil mencampur
berbagai hal menjadi kombinasi yang terasa segar.
Sayangnya The Angry Birds Movie adalah kemasan
animasi yang segmented, karena bermain aman banyak “lubang” yang berpotensi
menghasilkan opini yang beragam. Niat utama film ini dikemas dengan sederhana,
saking sederhananya ketika perlahan mulai tumbuh ia akan sangat mudah tertutupi
oleh “pesta” di bagian akhir yang dapat dinilai anarkis dan pro terhadap
kekerasan (opini yang mungkin muncul dari mereka yang selama tujuh tahun
terakhir tidak pernah bermain Angry Birds).
Dan meskipun banyak yang hit (adegan di danau itu luar biasa lucu) lelucon
sayangnya segmented, meskipun kerap
ditolong oleh pesona karakter yang berkat sokongan suara yang mumpuni
menampilkan masing-masing warna mereka dengan baik. Jason Sudeikis berhasil menampilkan rasa antic bagi Red dengan
baik, dan untuk karakter lainnya Chuck adalah yang paling menonjol berkat
"pesona" yang unik dan menyenangkan hasil bentukan Josh Gad.
Keputusan untuk tidak
ingin mencoba menjadi sajian animasi yang menggebrak dan luar biasa justru
memberikan dampak positif bagi The Angry
Birds Movie, penuh dengan aksi bodoh dan aneh yang terasa menyenangkan
untuk diikuti, berisikan isu, lelucon, referensi, dan unsur-unsur permainan
dari sumber utamanya yang dikombinasikan dengan tepat guna. Cerita yang oke,
karakter yang oke, kinerja suara cast yang oke, kualitas visual yang oke, soundtrack yang oke, dan
lelucon yang juga oke, The Angry Birds
Movie berhasil menampilkan dan mempertahankan kegembiraan sejak awal hingga
akhir dalam kadar yang tepat, sehingga niatnya untuk menjadi sebuah petualangan
bergaya lepas yang mencoba menghibur dengan cara main minimalis mampu
memberikan hasil akhir yang terasa manis. Ain't
great, but The Angry Birds Movie is one of the most entertaining animation in
recent years. Segmented.
Cowritten with rory pinem
selamat sore mas rory, boleh minta kcontac person nya kah, saya mau undang untuk launching trailer dan talk show terimakasih
ReplyDeleteHalo Mas Dwi. Maaf info kontak tidak bisa lagi diberikan di kolom komentar. Silahkan follow twitter kami, akan saya beri via DM. :)
Delete