Our
Little Sister banyak mengingatkan saya pada Another Year, sebuah observasi dengan
nada lembut terhadap karakter dalam konsep menyaksikan kehidupan sehari-hari
yang sepintas tampak sepele namun menghasilkan berbagai isu tentang duka dan
suka kehidupan yang dikemas dengan begitu menawan. Seperti itulah film ini,
sebuah “petualangan” yang mungkin akan Studio
Ghibli hasilkan jika mereka membuat film live-action, seperti sebuah pagelaran lukisan yang berisikan
berbagai lukisan tentang hidup yang tidak sekedar memanjakan mata dan pikiran
kamu saja namun juga menyentuh dan mempermainkan hati serta emosi. Hirokazu Koreeda best movie since Still
Walking, Our Little Sister is an art from an artist, an exquisite drama.
Sachi
Kōda (Haruka Ayase), Yoshino Kōda (Masami Nagasawa),
dan Chika Kōda (Kaho) merupakan kakak
beradik yang kini tinggal di sebuah rumah peninggalan nenek mereka di Kamakura. Sachi dan dua adik
perempuannya itu hidup di dalam sistem yang “hangat”, Sachi mengambil peran
sebagai pemimpin dan figure ibu bagi adik-adiknya, Yoshino merupakan wanita
berjiwa bebas yang selalu bermasalah dalam hubungan percintaan, dan Chika
adalah wanita muda yang masih kesulitan mengekspresikan suara hatinya. Suatu
hari ayah yang telah lama meninggalkan mereka meninggal dunia, dan Sachi,
Yoshino, serta Chika diminta untuk menghadiri acara pemakaman. Di sana mereka
bertemu dengan Suzu (Suzu Hirose),
gadis muda pemalu, saudara tiri mereka.
Hirokazu
Koreeda masih bermain di formula andalannya di sini,
kembali bercerita tentang hidup dan manusia lewat sebuah presentasi sederhana
namun meninggalkan penonton dengan dampak yang tidak sederhana. Our Little Sister adalah sebuah media di
mana penonton tidak hanya sekedar mengamati dan memahami isu tentang hubungan
antar manusia saja namun juga ikut merasakan. Seperti yang disebutkan tadi ini
seperti sebuah pagelaran lukisan yang berisikan berbagai lukisan tentang hidup
yang tidak sekedar memanjakan mata dan pikiran kamu saja namun juga menyentuh
dan mempermainkan perasaan serta emosi kamu. Pada awalnya semua tampak biasa
seolah kita hanya diajak untuk menyaksikan tiga saudara kandung mencoba beradaptasi
dengan adik baru mereka, begitu pula sebaliknya, namun perlahan Koreeda bawa
itu maju menuju observasi yang lebih mendalam.
Lebih mendalam di sini
hadir dalam konteks yang halus dan lembut. Premis seperti yang dimiliki Our Little Sister punya potensi untuk
jatuh kedalam presentasi yang mengarahkan penonton pada pandangan yang bersifat
menghakimi tidak peduli seberapa sederhana isu yang ia bawa, namun Our Little Sister tidak pernah sekalipun
bergerak mendekati kondisi tersebut. Ini seperti sebuah undangan kepada
penonton untuk mengamati kehidupan empat saudara yang masing-masing memiliki
masalah sendiri, dan usaha saling membantu di antara mereka membawa keluar
berbagai hal menarik tentang manusia, terutama kasih sayang. Berawal dari
hubungan orangtua, kemudian menyelidiki masalah individu, rasa hangat selalu
hadir di dalam cerita, dan ketika kamera
bergerak mendekati karakter untuk membawa kamu merasakan apa yang mereka
rasakan, boom, sukacita dan dukacita terasa begitu nyata.
Pukulan yang begitu
memikat dari emosi yang terkandung di dalam cerita bukan satu-satunya hal
menarik dari sektor cerita. Jika berbicara secara sepintas
tidak banyak masalah yang terjadi di cerita dan sifat mereka yang tidak saling
menyambung secara “frontal” di dalam alur cerita juga berpotensi menciptakan
kesan “so what?” bagi beberapa penonton. Namun sesungguhnya di situ letak
keindahan Our Little Sister, Koreeda
menangani sebuah perputaran masalah seperti berada di dalam sebuah lingkaran
namun dengan irama yang begitu tenang namun mengikat ia coba bawa kamu untuk
tenggelam lebih jauh di dalam kehidupan Sachi dan adik-adiknya itu. Alasan dari
keputusan tersebut sebenarnya juga mudah, karena masalah yang dialami mereka
berisikan berbagai isu yang begitu mudah kita temukan di kehidupan sehari-hari
sehingga Koreeda dorong agar kamu seolah merasa ikut menjadi anggota kelima di
dalam cerita.
Hal tersebut yang saya
suka dari Our Little Sister,
ketimbang berisikan berbagai konflik dalam benang kusut dengan disertai ledakan
di sana-sini Koreeda bentuk hubungan antara Sachi, Yoshino, Chika, dan Suzu
seperti sebuah puzzle yang semakin
jauh durasi berjalan semakin terbentuk. Secara perlahan mereka bersama-sama
saling membantu, dari frustasi, "self error", hingga berusaha menjalani hidup
tanpa mengulangi kesalahan yang telah dilakukan oleh pendahulu mereka. Dari
awalnya tampak seperti usaha tiga wanita menerima saudara tiri mereka Our Little Sister perlahan berubah
menjadi sebuah kisah tentang hidup dengan sensitifitas yang menawan. Hanya
dengan hubungan antara aksi dan reaksi serta mengamati kelemahan setiap manusia
kita dibawa menyaksikan manusia mencoba memahami ketidaksempurnaan manusia,
mondar-mandir bersama tawa dan tangis tanpa pernah terasa dipaksa dan terlalu
manipulatif.
Aksi Koreeda "melukis" cerita dari sinopsis yang
sederhana juga mendapat bantuan dari para pemeran yang tampil begitu padat,
memberi eksekusi sesuai dengan tugas mereka masing-masing. Memilih aktris
dengan kinerja terbaik dari empat pemeran utama merupakan sesuatu yang sulit,
mereka seperti sebuah tim yang tidak dapat dipisahkan. Haruka Ayase tampil begitu kokoh sebagai pemimpin, kamu dapat
merasakan aura leadership yang ia punya dan gejolak dari kisah asmara yang
memiliki kaitan dengan masa lalu kelam juga ia tampilkan dengan begitu tajam. Kaho mungkin memiliki porsi yang paling
sedikit dari empat pemeran utama namun ia sukses menjadi penyeimbang. Masami Nagasawa diberi beberapa konflik
yang membuat ia sering mondar-mandir untuk “bergesekan” dengan berbagai
karakter, dan itu Masami Nagasawa lakukan dengan baik. Suzu Hirose juga tidak tenggelam di balik tiga pemeran dewasa, ia
dengan baik membentuk Suzu sebagai pembuka jalan bagi tiga karakter lain untuk
berdamai dengan masalah mereka masing-masing.
Tanpa menampilkan
sebuah gejolak besar disertai ledakan yang besar pula Our Little Sister (Umimachi Diary) berhasil meraih apa yang ingin
dicapai oleh film-film dengan misi serupa. Banyak isu yang film ini bawa, dari
pengampunan, pengorbanan, hingga kebahagiaan ditampilkan dengan pertumbuhan
emosi yang lembut dalam bentuk episodik, tanpa mencoba tampil dengan oktan
tinggi mencoba menyorot sebuah proses transformasi jiwa dari empat karakter
termasuk kasih sayang di antara mereka yang membuat penonton tenggelam ke dalam
irama dan kemudian menemukan diri mereka tersenyum bahagia. Tampil dengan
ketenangan penuh harmoni tanpa lupa memancarkan pesona yang ia miliki, Our Little Sister merupakan sebuah
potret serta lukisan tentang hidup yang begitu indah. Yeah, ini seperti
menonton versi live-action dari film
karya Studio Ghibli. Segmented.
Cowritten with rory pinem
0 komentar :
Post a Comment