Dengan budget $5 juta
pada tahun 2002 My Big Fat Greek Wedding
berhasil meraih pencapaian box office sebesar $368.7 juta yang kemudian
membuatnya dinobatkan sebagai the
highest-grossing romantic comedy of all time. Ya, menghasilkan uang 73 kali
lipat dari budget tentu bukan sesuatu yang sembarangan sehingga munculnya sekuel
menjadi hal yang wajar. Tapi yang jadi pertanyaan adalah setelah tertidur
selama 14 tahun apakah usaha My Big Fat
Greek Wedding 2 untuk mencoba membawa kembali Toula dan keluarganya
bermain-main di “arena” yang identik itu mampu menghasilkan rasa segar di level
yang sama seperti yang pernah dilakukan oleh pendahulunya?
Toula
Portokalos (Nia Vardalos) sedang dihantui rasa cemas karena
putrinya Paris Miller (Elena Kampouris)
sebentar lagi akan masuk ke perguruan tinggi dan meninggalkan keluarganya yang
usil. Toula juga harus berhadapan dengan fakta lain bahwa hubungan cinta antara
dia dan suaminya Ian Miller (John
Corbett) sudah mulai dingin dan mencoba untuk menghidupkan kembali api
asmara mereka. Dua buah masalah ternyata belum cukup karena ayah Toula, Gus (Michael Constantine), datang dengan
dua masalah lain, yang pertama meminta agar Paris menikah di usia muda, dan
yang kedua sebuah kejutan yang berasal dari pernikahannya dengan Maria Portokalos (Lainie Kazan).
Nia
Vardalos yang berhasil mendapatkan nominasi Oscars sebagai penulis script film
pertama kini kembali memegang kendali penuh di sektor cerita, dan harus diakui
pondasi yang ia berikan di film ini sebenarnya tidak buruk. Saya suka setup
cerita, sinopsis oke, cara ia
mempertemukan kembali penonton dengan karakter juga berjalan dengan baik ketika
mencoba melakukan refresh pada “keunikan” yang dimiliki keluarga Portokalos
sembari mencoba memperkenalkan karakter baru. Toula ternyata belum menjadi
wanita dan ibu yang matang, ia masih berusaha belajar bahkan terhadap bisnis
dan juga pernikahannya dengan Ian. Itu bagus, dengan begitu ada alasan mengapa
Toula masih layak mendapat sorotan di cerita meskipun pada dasarnya fokus My Big Fat Greek Wedding 2 sedikit
bergeser pada Paris dan mungkin Gus.
Namun hal paling
menarik dari My Big Fat Greek Wedding 2
sebenarnya bukan itu melainkan bagaimana Vardalos dan sutradara Kirk Jones di awal membentuk sisi hangat
dari pernikahan kembali jadi duduk masalah utama meskipun kali ini lewat
berbagai jalur. Refleksi pada kehidupan pernikahan, persiapan pernikahan,
hingga merawat pernikahan yang telah lelah, film ini punya banyak tujuan dan
meskipun terasa padat dan tampil seperti tidak menjanjikan ada kejutan besar
namun pesona karakter mampu membuat penonton untuk tidak merasa jengkel. Tapi
dari sana pula sumber masalah muncul, bahwa pesona karakter ternyata tidak lagi
kuat dan seiring berjalannya durasi mereka kehilangan pesona. Hasilnya, My Big Fat Greek Wedding 2 berubah dari
komedi dengan ide klise namun menarik menjadi komedi setengah matang yang
monoton.
My
Big Fat Greek Wedding 2 seperti berniat untuk bercerita
tentang betapa pentingnya keluarga lengkap dengan kerumitan yang ada di
dalamnya, dan untuk mewujudkan itu maka setiap karakter masing-masing seperti
punya tugas yang harus mereka lakukan. Hasilnya tidak ada karakter yang
benar-benar kuat tampil menarik di sini bahkan Toula tidak hanya bergeser
sedikit dari fokus cerita di sini ia terasa seperti karakter sekunder. Hal yang
sama juga terjadi di cerita, mereka terasa gemuk untuk pendekatan yang
sebenarnya sangat sederhana. Dampaknya narasi tidak punya fokus atau kejelasan
kemana ia ingin melangkah meskipun sejak awal kita tahu apa yang ingin ia
capai. Sangat disayangkan karena ide cerita bagus tapi bagus tapi waktu untuk
mengembangkannya minim jadi bukan hanya terkesan setengah matang tapi dinamika baik
cerita dan karakter kurang berhasil konsisten terasa menarik.
Dinamika adalah alasan
mengapa My Big Fat Greek Wedding
terasa menarik, sebuah “dongeng” yang tampil santai namun tajam dan yang
terpenting mereka terasa hidup. My Big
Fat Greek Wedding 2 juga tampil santai namun ia tumpul dan tidak hidup,
komentar tentang isu yang lahir dari ide cerita mayoritas terasa canggung,
punclines tidak kuat, permainan dialog kurang menarik, komedi dan drama
situasional juga terasa setengah matang. Karakter juga demikian, mereka malah
salah satu alasan mengapa film ini gagal bersinar secara kualitas. Pesona
karakter tidak konsisten, di awal oke tapi semakin lama terasa semakin kaku.
Seandainya saja My Big Fat Greek Wedding
2 tidak terlalu overscripted
mungkin usahanya untuk tampil playful
atau impishness bicara menghasilkan
kualitas yang sedikit lebih baik.
Setup memang baik tapi
yang terjadi setelah itu tidak menghormati apa yang telah dilakukan oleh My Big Fat Greek Wedding, kumpulan
lelucon playful dengan pesona dan
emosi yang pas. Di awal ada alasan untuk kembali mencintai Toula dan
keluarganya yang “unik” di sini namun dengan usaha daur ulang yang mengambil
jalan sederhana ternyata My Big Fat Greek Wedding 2 bergerak menjadi romcom yang terasa canggung dan monoton. Tidak perlu menjadi cerdas,
tidak perlu memberikan kejutan, My Big
Fat Greek Wedding 2 sebenarnya hanya perlu menjadi sekuel yang konsisten
terasa hidup dan segar, bukan sebuah komedi yang akhirnya tidak memberikan
alasan kuat dan menarik mengapa ia harus kembali eksis.
0 komentar :
Post a Comment