“Are you ready huntsman?”
Di jaman yang sudah
serba canggih sekarang ini penggunaan visual efek dalam sebuah film sudah
menjadi sesuatu yang “normal”, namun dengan begitu mudahnya menemukan film yang
menggunakan CGI begitu mudah juga menemukan mereka yang berlindung di balik CGI
agar dapat selamat dari berbagai minus besar di bagian inti sebuah film, dari
pengarahan, akting, hingga alur cerita yang tidak menarik. Begitulah The Huntsman: Winter's War, bersembunyi
di balik tampilan visual karena ketidakmampuannya dalam bercerita dengan baik
dan menarik, sebuah perang dingin yang sayangnya tidak disajikan dengan
kehangatan yang menarik. A messy
"Frozen (?)".
Ratu Jahat Ravenna (Charlize Theron) yang memegang
tahta tertinggi pada awalnya memiliki hubungan yang baik dengan adiknya, Freya (Emily Blunt), namun sebuah
peristiwa mengubah semuanya. Perasaan duka yang mendalam menyebabkan Freya yang
tidak tahu bahwa ia memiliki kekuatan sihir memilih pergi menuju puncak gunung
terpencil dengan membawa beberapa anak dari kerajaan. Dibantu oleh Eric (Chris Hemsworth) yang telah ia
latih Freya berniat mengubah anak-anak tadi menjadi prajurit. Tujuannya hanya
satu: mengalahkan Ravenna.
Snow
White and the Huntsman merupakan debut bagi Rupert Sanders sebagai sutradara, dan The Huntsman: Winter's War menjadi debut
bagi Cedric Nicholas-Troyan sebagai
sutradara setelah sebelumnya pernah menjadi second unit director di Maleficent dan memperoleh nominasi Oscars lewat Snow White and the Huntsman. Ya, sama-sama directorial debut film
tapi sayangnya hasil yang mereka berikan tidak sama. Saya suka dengan Snow White and the Huntsman, di balik
presentasi gelap ia masih mampu menampilkan rasa dongeng yang enak. Nah, hal
tersebut celakanya jadi masalah utama film ini. The Huntsman: Winter's War itu seperti Frozen di mana Elsa dan Anna saling bertarung yang coba ditampilkan
dengan presentasi fantasi sinematik layaknya The Lord Of The Rings. Berhasil, di sektor visual itu berhasil,
tapi tidak di cerita.
Dari segi visual film
ini memang oke, beberapa rangkaian visual seperti pertempuran misalnya terasa
cukup baik, tapi hal yang sama tidak terjadi di sektor cerita. Dongeng klasik
itu dibentuk oleh Craig Mazin dan Evan Spiliotopoulos untuk menyampaikan
berbagai ide yang sebenarnya menarik tapi sayangnya skenario yang dihasilkan
tidak bercampur dengan baik. Di sinopsis
The Huntsman: Winter's War masih
aman, masih mudah untuk mengerti apa yang ingin ia sampaikan, tapi setelah itu
skenario yang muncul ternyata canggung dan
seperti bingung ingin menjadi kemasan yang seperti apa. Rasa bingung itu
ternyata bukan cuma dialami cerita tapi juga dimiliki oleh Cedric Nicholas-Troyan, The Huntsman: Winter's War terkadang
terasa seperti mencoba menjadi drama yang gelap namun terlalu sering terasa
kikuk karena usaha menghadirkan komedi yang juga tidak menghasilkan hit yang
oke.
Fokus yang lemah
menyebabkan The Huntsman: Winter's War
lebih sering melayang-layang berusaha keras membentuk pesonanya ketimbang
membawa penonton masuk lebih jauh ke dalam konflik antara Freya dan Ravenna. The Huntsman: Winter's War sebenarnya
bisa terasa lebih menarik jika Cedric
Nicholas-Troyan tidak serakah membuat drama, komedi, dan action tampil
dengan kuantitas yang sama sehingga pergeseran nada dapat dikurangi dan kinerja dari masing-masing bagian bisa menghasilkan hit yang lebih baik. Ambil
contoh aksi olok-olok antar kurcaci yang mungkin di maksudkan untuk sedikit
meringankan cerita namun pada akhirnya tidak bisa klik ke dalam alur cerita
utama. Alur yang mengalir sulit untuk dirasakan dari cerita film ini, setiap
elemen tidak saling membantu namun saling menjepit dan menghalangi satu sama
lain.
Alhasil perang dingin
ini menjadi terlalu dingin, sebuah konsep yang potensial untuk menjadi sajian
petualangan fantasi penuh aksi kejar yang menghibur justru berakhir menjadi
sebuah dongeng yang kusut dengan identitas yang tidak meyakinkan. Kelemahan The Huntsman: Winter's War tidak
berhenti di sana karena motivasi karakter juga sama lemahnya dan tidak
tertolong kinerja cast yang sebenarnya tidak buruk. Charlize Theron menampilkan tekad jahat dari Ravenna tapi sayangnya
terlalu sering terasa satu dimensi. Karakter yang diperankan oleh Jessica Chastain, Sara, juga terasa
tipis sehingga potensi untuk tampil kick ass
sirna. Meskipun menjadi satu-satunya pria di pemeran utama Chris Hemsworth tidak pernah mampu duduk kuat sebagai pusat (He is Thor, right?). Emily Blunt memberikan kinerja terbaik
di antara empat karakter utama, Freya tampil dingin dengan cara yang elegan.
The
Huntsman: Winter's War berusaha menjadi sebuah sajian
fantasi yang kompleks tapi sayangnya tidak ada fluiditas yang oke di antara elemen penunjangnya. Sering terjadi
pergeseran nada yang canggung akibat ketidakmampuan The Huntsman: Winter's War dalam menciptakan "feel"
dongeng serta memutuskan elemen mana yang ingin ia gunakan sebagai senjata
utama: drama, action, atau komedi? Hasilnya ini seperti kombinasi
berbagai ide yang menggunakan presentasi visual untuk bersembunyi dari fakta
bahwa pada dasarnya ia merupakan sebuah “perang” yang tidak hanya dingin namun
juga hambar. Dan yang paling menjengkelkan adalah kita punya tiga wanita hebat
bernama Jessica Chastain, Charlize Theron,
dan Emily Blunt di dalamnya. Ugh. Segmented.
Thanks to: rory pinem
Makasih Kak review-nya.
ReplyDeleteIjin share yaa, semalam adik saya abis nonton ini, jadi kepo juga. Hehhee..