"They stuck your husband in my head."
Jika kesuksesan sebuah
film hanya ditentukan dari seberapa menarik dan kuat ide cerita maka Criminal akan berada di baris terdepan
dan bertarung menjadi yang terbaik. Sayangnya faktor yang menentukan kesuksesan
sebuah film ini tidak sesederhana itu, ide menarik harus mampu dieksekusi
dengan menarik, jika ia merupakan sebuah film action thriller maka harus mampu menggoda penonton dengan berbagai
pukulan yang energik serta menghasilkan sensasi yang "meledak" dan
tidak generik. Memiliki banyak pemeran berbakat film ini coba melakukan
eksekusi pada ide menarik yang ia miliki, Criminal, when Green Lantern marries Wonder Woman, seperti Face/Off bertemu Bourne dan berisikan lebih dari
satu “Nicolas Cage”.
Agent CIA bernama Bill Paus (Ryan Reynolds) sedang menjadi
target dari utusan seorang pria bernama Xavier
Heimbahl (Jordi Mollà). Bill tahu keberadaan hacker komputer bernama Jan “the Dutchman” Stroop (Michael Pitt),
pria yang mengetahui kontrol sistem pertahanan gudang militer USA. Sebagai
usaha pertahanan boss CIA, Quaker Wells
(Gary Oldman) dengan bantuan Dr.
Frank (Tommy Lee Jones) memilih untuk mentransfer memori Bill dan pria
bernama Jericho (Kevin Costner)
dipilih sebagai kelinci percobaan. Celakanya Jericho merupakan pria sosiopat
dan eksperimen tersebut menciptakan masalah baru, salah satunya bagi mantan
istri Bill, Jill Pope (Gal Gadot).
Dari sinopsis sudah tampak menjanjikan Criminal seperti tidak puas untuk
membuat penontonnya terus penasaran. Criminal
dibuka dengan memberikan impresi bahwa ada sebuah kekacauan yang sedang
terjadi di dalam otak karakter utama, ia merasa bingung dan tidak tahu apa yang
akan ia lakukan selanjutnya. Hal tersebut secara tidak langsung berhasil
menarik penonton untuk mencoba mencari tahu dan mencoba memahami petunjuk
hingga emosi yang ada di kepala Jericho. Berhasil, sampai di sini Ariel Vromen (The Iceman) berhasil
menjalankan tugasnya, kesan awal yang muncul seperti ingin membuat Criminal menjadi action thriller yang
bergerak cepat seperti Bourne. Tapi yang terjadi setelah itu adalah sebuah
action thriller yang canggung.
Alih-alih memberikan
thrill yang oke Criminal justru
menjadi drama yang kebingungan dan kaku. Jika Criminal tidak mencoba menggambarkan cerita dengan cara yang
“serius” mungkin apa yang hadir di sini dapat sedikit dimaafkan, tapi setelah
mencoba tampak serius Criminal jatuh
menjadi campur aduk yang kaku dan kikuk. Ini adalah kekacauan yang besar dari
ide-ide yang besar, Ariel Vromen sepertinya
bingung pada cara agar template yang klise, materi, dan elemen pendukung dapat
bersatu, bagaimana agar setiap masalah di dalam cerita berada di satu garis. Criminal mencoba tampak seperti
blockbuster besar tapi eksekusi yang ia tampilkan tidak semuanya ada di level
yang benar. Menyaksikan karakter bermain dengan emosi untuk kemudian “meledak”
seharusnya menyenangkan, tapi di sini hadir tanpa ketegangan yang menyenangkan.
Jika bicara satu atau
dua pukulan dari elemen action dan thriller memang Criminal punya tapi selebihnya tidak memiliki sensasi. Ketegangan
yang dimiliki Criminal tidak
terbangun dengan baik, cerita dan karakter juga terasa biasa karena dimensi
mereka kurang dan pengembangan tidak menarik. Datar, bukan hanya dialog saja
yang datar tapi irama cerita juga datar. Sama seperti karakternya yang dipenuhi
rasa bingung film ini juga seperti mengalami krisis identitas, kesan horror
yang kuat di awal menghilang dan digantikan dengan drama serta aksi kekerasan
yang terlalu generik. Lebih menariknya lagi drama sendiri tidak memiliki
senjata mematikan untuk membuat penonton menaruh simpati pada
karakter. Hal terakhir tadi sangat mengejutkan karena Criminal diisi dengan aktor dan aktris yang punya kemampuan akting
yang tidak sembarangan.
Performa cast tidak
mampu membantu berbagai kelemahan dari cerita hingga pengarahan. Gary Oldman dan Tommy Lee Jones seperti kesulitan menemukan pijakan yang tepat
untuk karakter mereka, sementara peran Ryan
Reynolds di sini cukup terbatas meskipun sebuah adegan bersama Gal Gadot membuat saya mengerti mengapa
ia mau bergabung. Gal Gadot sendiri
kembali berhasil menunjukkan imej femme
fatale meskipun usaha mengeksplorasi karakter Jill sayangnya buntu, dan
chemistry bersama Costner terasa palsu. Kevin
Costner harus berjuang keras untuk dapat membuat Jericho sebagai pria
mengerikan di balik kesan lucu yang sesekali ia tampilkan. Tapi karena dualitas
hingga akhir saya tidak yakin memperlakukan karakter Jericho seperti apa,
apakah ia tokoh yang "berbahaya" atau justru menaruh simpati karena
ia pria yang sedang berduka.
Pada akhirnya Criminal layak diberikan label sebagai
film action thriller yang berhasil
membuat penonton frustasi. Bukan karena misteri karena sekuat apapun performa
cast hingga hit yang sesekali muncul dari elemen action dan thriller Criminal terus bergerak turun ketika
menuju garis finish. Mengalami krisis identitas, bobot karakter dan cerita yang
tidak oke, tidak memanfaatkan dengan baik cast berkualitas, Criminal punya potensi untuk menjadi
sajian action thriller menegangkan yang mengganggu penontonnya namun sayangnya
ide besar yang diusung justru "mengganggu" Criminal
sehingga tidak hanya terkesan manipulatif secara berlebihan saja tapi sebagai
sajian action thriller ini juga
terasa terlalu biasa. Segmented.
0 komentar :
Post a Comment