"We're all obscene. Everyone's obscene. That's the whole point."
Konsep koleksi,
seleksi, dan resepsi dalam hubungan asmara mungkin memang sulit untuk diterima
oleh banyak orang tapi sesungguhnya itu merupakan sesuatu yang baik. Ya, selalu
akan ada rumput tetangga yang lebih “hijau” dari rumput milikmu, dan tugas kamu
adalah tetap teguh untuk yakin bahwa rumput yang kamu punya adalah yang terbaik
untukmu. Dasar dari sistem rumput yang lebih hijau tadi digunakan oleh A Bigger Splash, di bawah kendali
sutradara I Am Love (io sono l'amore)
menggambarkan persaingan cinta yang dingin dan hangat, lucu dan sensual. Lord Voldemort tampil rock 'n' roll di sini.
Bintang musik rock
bernama Marianne Lane (Tilda Swinton)
memilih mundur dari industri musik karena operasi tenggorokan. Berusaha pulih
Marianne memilih untuk berlibur bersama pacarnya Paul De Smedt (Matthias Schoenaerts), seorang filmmaker, di pulau Pantelleria, Italia. Liburan sekaligus
kencan itu sayangnya tidak berakhir “nyaman” bagi Marianne dan Paul. Harry
Hawkes (Ralph Fiennes), mantan produser yang juga mantan pacar Marianne
tiba-tiba muncul di Pantelleria, dan pria dengan tingkah badass itu tidak sendiri
karena di belakangnya kemudian menyusul Penelope
Lanier (Dakota Johnson), wanita muda kini berada di usia yang telah cukup untuk menikah.
A
Bigger Splash adalah penggambaran dari kebahagiaan
yang rapuh, berjalan seolah tidak ada sesuatu yang berbahaya tapi perlahan
retak itu mulai muncul dan mengancam. Pada awalnya semua tampak biasa, sebuah
resort liburan bagi orang-orang kaya di mana mereka tampak berusaha melepas
rasa bosan di dalam kehidupan mereka. Di babak awal seperti ada sebuah
lingkaran bagi empat karakter, dari titik start berputar untuk kembali sampai
di titik start, di sini potensi membosankan bisa lahir karena kesan yang
tercipta seperti tidak ada terjadi apa-apa. Ya, kamu memang akan diberikan
kilas balik, kamu juga akan mengerti bahwa bukan hanya Marianne yang sedang
tertekan karena Paul juga merasakan hal serupa, dan kamu bisa tangkap bahwa
Harry ingin memiliki Marianne, tapi di awal semua tampak seperti liburan
semata.
Tapi di sini letak
sentuhan manis dari sutradara Luca
Guadagnino, ia memang seperti terkesan menahan hal-hal besar untuk tidak
langsung menyilaukan tapi elemen-elemen cerita meningkat secara perlahan. Di
dalam lingkaran tadi ada dinamika masalah yang perlahan berubah dari dingin
menjadi hangat, lalu panas. Ada gairah cinta yang mengalir di dalam A Bigger Splash yang seolah menanti
waktu untuk meledak, skenario berhasil membuat karakter dengan cepat terasa
padat dan sedikit kesan misterius dan konflik yang bergerak antara dendam serta
cemburu menghasilkan ketegangan (termasuk ketegangan seksual) yang menggoda.
Dan itu semua hadir dalam kecepatan yang terasa santai, seperti yang disebutkan
tadi seperti tidak ada sesuatu yang berbahaya sedang menanti sehingga karakter
bisa saja terasa datar dan narasi terasa hambar.
Satu kata yang tepat
mewakili film ini mungkin adalah proses, proses yang juga menuntut partisipasi
penonton. Latar belakang karakter oke dan walaupun pada awalnya cukup sulit
tapi perlahan karena presentasi yang membuat karakter tampak “friendly” kesan karikatur yang bodoh
dari mereka perlahan sirna, dan penonton ingin agar mereka bahagia. Karakter
tampak menyenangkan walaupun seperti berusaha agar tidak bertemu dengan masalah
karena telah nyaman dengan posisi mereka kini, tapi di sisi lain masalah juga
tidak pernah menyerah untuk bertemu dengan karakter. Hasilnya, dengan dibantu
oleh editing, sinematografi, soundtrack, dan score yang sukses menciptakan kegelisahan,
rasa curiga, hingga rasa panik dari presentasi yang tampak seperti lingkaran
yang tampak santai ini berubah menjadi drama dengan “thrill” yang mengikat semakin kuat penontonnya.
Perbedaan umur Harry
dan Marianne tidak begitu jauh, sementara Paul dan Penelope berada di level yang
tidak terpaut jauh, dari sinopsis
saja kamu akan tahu kemana film ini hendak melangkah. Tapi anehnya kita tidak
hanya diikat kuat pada sisi erotic saja,
semua orang punya potensi berhubungan seks satu sama lain tapi ada juga
kemungkinan mereka untuk saling membunuh satu sama lain, dan trauma dari masa
lalu seperti menjadi gravitasi yang membuat potensi tadi untuk tidak hilang.
Walaupun begitu A Bigger Splash tetap
punya minus yang terletak di babak ketiga. Tidak besar dan mengganggu memang
tapi kesan yang ditampilkan babak ini seperti sebuah perpanjangan yang kurang
nendang, sedikit terasa longgar jika dibandingkan dengan dua babak sebelumnya
terutama jika kamu kurang klik dengan perubahan yang ia lakukan.
Hal menarik lain untuk
dibahas adalah kualitas dari empat pemeran utama. Bintang utamanya Ralph Fiennes tapi tiga pemeran lain
juga tampil sama baiknya. Schoenaerts menampilkan karisma yang oke buat
karakter Paul, ia tampak tabah tapi sisi maskulin Paul membuat penonton ingin
agar ia tidak kalah. Dakota Johnson
juga tampil baik, sosok playful yang datar namun tetap memancarkan pesona
seksual dari Penelope. Sementara itu karakter Marianne Lane adalah makanan
empuk bagi Tilda Swinton, tidak
banyak bicara namun berhasil berkomunikasi dengan penonton lewat ekspresi yang baik dan emosi yang mencolok. Dan Ralph
Fiennes tampil mencengangkan, Harry seperti pria tanpa batas namun menarik,
ia bernyanyi, ia menari, energi yang Fiennes berikan sangat kuat meskipun di
sisi lain ia juga tetap mampu menyimpan misteri yang Harry miliki.
Seperti sebuah
kombinasi banyak rasa yang tetap terasa enak, begitulah A Bigger Splash, walaupun memang tidak semua orang akan merasa ini
enak. A Bigger Splash seperti sebuah
proses yang punya potensi untuk ditinggalkan sebelum ia menyentuh setengah dari
durasinya, namun kemampuan Luca
Guadagnino mengikat semua elemen baik itu dari teknis, cerita, hingga
kinerja cast yang menarik itu berhasil memberikan hiburan yang di sisi lain
membawa kamu bergembira namun di sisi lain juga membuat kamu waspada. Hasil akhir A Bigger Splash memang tidak memberikan emosi yang luar biasa, namun drama yang dicampur dengan crime, misteri,
romance, hingga komedi dan erotic-thriller ini tetap mampu memberikan splash tentang keinginan dan cemburu bersama rasa rock and roll yang oke di akhir cerita, dan konsisten menghibur. Segmented.
Thanks to rory pinem
0 komentar :
Post a Comment