"Tell me. Do you bleed?"
Warner
Bros. (akhirnya) memulai shared fictional universe DC Extended Universe di tahun 2013 lewat
film Superman dengan judul Man of Steel,
sedangkan kompetitor mereka, You-Know-Who, memulai “dunia” milik mereka di
tahun 2008 dan tahun ini akan merilis film yang ke-14. DC mencoba mengejar
dengan menjadikan film ini sebagai reboot
Batman, sekuel Superman,
perkenalan musuh besar, dan perkenalan superhero baru. Usaha yang ingin “cepat”
tadi memang menghasilkan presentasi yang terasa jam-packed namun di sisi lain Batman v Superman: Dawn of Justice
berhasil mencapai tujuan utama mereka: menjadi sebuah kata pengantar yang oke bagi DC Extended Universe. The greatest gladiator match in the history
of the world?
Pertarungan destruktif
antara dirinya dengan General Zod
(Michael Shannon) menyebabkan Superman
(Henry Cavill) kini harus menyandang status sebagai tokoh kontroversial di
Metropolis. Tidak hanya masyarakat Metropolis yang marah pada Superman namun
juga Bruce Wayne (Ben Affleck) mulai
berusaha menemukan kelemahan Superman ketika ia beroperasi sebagai pahlawan
kegelapan di Gotham City sebagai Batman. Bruce Wayne menilai bahwa Superman
harus dihukum akibat pertarungannya dengan General Zod memakan banyak korban
jiwa. Lex Luthor (Jesse Eisenberg),
seorang pengusaha kaya ini juga berpikiran serupa dan tidak hanya sekedar
mencoba untuk “menekan” Senator June
Finch (Holly Hunter) namun sembari mendorong rencana lain miliknya yang
lebih mematikan terkait kryptonite dan Zod.
Sejak pertama kali
memperkenalkan dirinya film Batman v
Superman sudah harus menghadapi track yang begitu mendaki, dari berbagai
“lelucon” hingga sikap pesimis dari calon penontonnya. Memang Man of Steel menciptakan
"dampak" yang cukup kuat sebagai pembuka DC Extended Universe namun satu hal yang harus diingat seperti yang
disinggung di awal tadi bahwa DC Extended
Universe baru memulai dunia mereka, ini adalah film kedua mereka. Yang
menjadi masalah adalah di balik potensi dari karakter-karakter besar yang
mereka punya DC tampak masih bingung pada cara memulai “kerajaan” mereka,
ibarat konstruksi mereka belum menemukan pondasi yang bukan hanya kuat namun
juga “tepat” untuk membangun konstruksi di atasnya. Alhasil dengan memiliki
Batman dan Superman dalam satu film sebuah pertarungan gladiator terbesar dalam
sejarah justru berakhir kurang maksimal.
Batman
v Superman: Dawn of Justice seperti dipaksa untuk berlari
kencang demi mengejar rival yang sudah berada jauh di depan. Won’t say ini
sebuah sajian yang super buruk namun dengan segala macam kompleksitas yang ia
punya dilengkapi pertarungan intens di bagian akhir film ini meninggalkan rasa
yang sedikit unik, sebuah rasa ketika manis, pahit, hingga asam saling
bercampur dan tidak ada satupun dari mereka yang terasa tajam. Jika Batman v Superman: Dawn of Justice ingin
menghadirkan pendekatan yang lebih gelap dari apa yang dilakukan You-Know-Who
seharusnya penonton bukan sekedar dicengkeram saja tapi diberi ketukan yang
tepat, dari segi cerita dan daya tarik. Semangat film ini tinggi tapi daya
tarik dan pesona cerita tidak stabil, bicara motivasi karakter ia minim sisi
ketegangan dramatis juga terasa kurang nendang, dan itu hal yang salah karena
sesungguhnya DC juga punya tugas lain yang tidak kalah pentingnya: mendapatkan
penggemar baru.
Pendekatan “gelap” yang
DC coba lakukan bukan sesuatu yang salah tapi mengapa mereka berakhir tidak
maksimal karena tidak ada eksekusi yang tegas di dalamnya. Batman, Superman, hingga Wonder
Woman, mereka tenggelam di dalam skenario yang terlalu sibuk membangun
benang merah masalah karena tugas yang sejak awal memang sudah begitu banyak,
usaha membedah superhero dengan menggunakan latar belakang yang suram sembari
menampilkan misteri dari penjahat utama yang telah menanti di depan. Pada
akhirnya memang berbagai masalah beserta keterkaitannya satu sama lain menjadi
clear tapi ada rasa inkoherensi di dalamnya, disjointed dan meninggalkan
makna yang kurang menarik. Bukan, bukan pada bagaimana hal super rumit diselesaikan
dengan satu nama namun akibat Zack Snyder
yang tidak mampu menciptakan rasa peduli yang kuat dari penonton terhadap
karakter utama, sudah begitu di awal penonton disuruh memilih pula.
Di tangan Zack Snyder film ini tampil seperti
sebuah presentasi bisnis, penonton hanya menyaksikan penggambaran tentang sebab
dan akibat tanpa dirangkul untuk seolah ikut terlibat di dalam kepentingan yang
dibawa oleh cerita. Script yang ditulis oleh Chris Terrio dan David S.
Goyer memang tidak dapat dikatakan kuat pula, cerita tidak pernah mampu
menjelaskan mengapa pertikaian antara Batman dan Superman tampak seperti sebuah
masalah yang besar, perlahan hanya terasa seperti adu domba dari Lex Luthor. Cara Zack Snyder mengolah materi yang jadi kendala utama bagi Batman v Superman: Dawn of Justice untuk
bersinar terang. Dari sinopsis yang menarik
Snyder tidak menunggu lama, dengan cepat membangun motivasi lalu mengutak-atik
cerita untuk menciptakan panggung perebutan gelar terbaik antara Batman dan Superman.
Celakanya arah masalah tidak hanya dua, ada empat malah mungkin lebih, dan dari
sana Snyder mulai tenggelam dalam ambisinya.
Ketika konflik mulai
terasa kusut akibat editing yang lemah Snyder kembali gunakan kegemarannya pada
kebisingan dan menghancurkan hal-hal untuk menyelesaikan masalah. Zack Snyder memang punya visi yang bagus
dalam hal teknis dan harus diakui Batman
v Superman: Dawn of Justice punya beberapa action sequence yang menonjol,
pertarungan di bagian akhir itu luarbiasa. Nah, yang menjadi masalah adalah
Snyder belum mampu menyuntikkan kegembiraan kedalam berbagai ledakan yang ia
hasilkan, ia belum mampu menampilkan action
sequence yang bukan sekedar “wow” saja tapi juga fun. Tidak heran Batman v Superman: Dawn of Justice terasa biasa karena ia lebih tertarik berusaha membuat penonton terpukau dengan
mencengkeram dan kemudian memekakkan telinga mereka ketimbang mencoba
menciptakan presentasi yang mampu menggetarkan hati dan emosi, sesuatu yang
sesungguhnya di awal memiliki potensi sangat besar.
Lalu apa keunggulan Batman v Superman: Dawn of Justice? Ini
berhasil menjadi sebuah kata pengantar yang oke, berhasil merangsang penonton
untuk at least tertarik fase awal pada apa yang akan DC Extended Universe berikan di masa depan terutama dari film
standalone Wonder Woman, The Flash, film
berikutnya dari Batman dan juga Superman, dan tentu saja target terbesar mereka
yang paling dekat, Justice League.
Cerita menarik dalam presentasi kusut anehnya sulit pula untuk menolak terpukau
dengan berbagai karakter di dalam cerita. Motivasi mereka memang kurang
menarik, but heck yes Batman, Superman,
Wonder Woman, Lex Luthor hingga Lois
Lane (Amy Adams) berhasil mengikat atensi hingga akhir. Di sini Snyder
sukses, sisi ikonik mereka ditampilkan dengan begitu electrifying meskipun seperti disebutkan sebelumnya rasa peduli
pada eksistensi mereka minim.
Dan kesuksesan tersebut
tidak lepas pula dari kinerja cast, banyak hal yang sangat baik muncul dari
sektor ini. Henry Cavill berhasil membawa pesona Superman naik satu level, dan
chemistry Cavill dengan Amy Adams
juga baik, sama seperti koneksinya dengan Ben Affleck. Ben Affleck berhasil memukul banyak persepsi miring ketika dahulu
ia dipilih untuk memerankan Bruce Wayne, ia berhasil menjadi miliarder playboy yang memiliki kedalaman yang
kuat ketika menjadi The Dark Knight
meskipun ia harus puas berada di posisi kedua ketika bersanding dengan Jeremy Irons. Pandangan skeptis dulu
juga diperoleh Gal Gadot ketika
dipilih sebagai Diana Prince/Wonder Woman,
tapi di sini ia membuat Wonder Woman tampak luar biasa. Highlight dari bagian
cast adalah Jesse Eisenberg,
menampilkan Lex Luthor sebagai pria megalomania dengan kesan sosiopat yang
terus menebar ancaman yang menarik.
Minim humor, terasa
sesak, dan tampak terlalu serius bukan sesuatu yang salah dilakukan oleh Batman v Superman: Dawn of Justice
melainkan cara mengolah pendekatan tadi yang kurang dipoles dengan tepat
sehingga ini akan terkesan seperti presentasi bisnis untuk "menjual" action figure. Memiliki karakter dengan
pondasi yang menarik serta sebuah pertempuran yang epic, Batman v Superman: Dawn of Justice merupakan sebuah kata pengantar
yang oke namun berakhir sebagai “tawuran” yang incoherence akibat pengarahan dan skenario yang kurang mampu
menggabungkan action dan cerita menjadi kombinasi yang tidak hanya menyengat
penonton namun juga memberikan mereka petualangan dengan irama yang menarik.
Terlalu dipaksa untuk berlari super kencang Warner
Bros. harus menemukan “cara” baru agar di film-film DC Extended Universe selanjutnya pendekatan yang mereka coba
gunakan bekerja dengan maksimal. This is
a competition DC! Perbaiki!
Zack Snyder memang bukan pencerita yang baik
ReplyDeleteand now here we come, the-super-awesome-captain-america-civil-war!
ReplyDelete