"You must find him. You
must kill him."
Apakah sakit hati perlu
dibalaskan? Ada yang mengatakan bahwa balas dendam terbaik adalah menunjukkan
pada orang yang telah menyakitimu bahwa perbuatannya tidak meninggalkan luka
yang bersifat merusak. Tapi tidak semua orang punya konsep yang “dewasa” dan “lembut”
seperti itu, ada yang merasa bahwa luka harus dibalas dengan luka, darah harus
dibalas dengan darah. Remember mencoba
menggunakan pertanyaan tadi untuk menyajikan sebuah “drama” yang tidak biasa,
meminjam elemen thriller kontemporer, meminjam unsur Memento, diisi dengan isu Holocaust
untuk menjadi sebuah aksi mengamati manusia yang intens dan lembut
secara bersamaan.
Korban kamp konsentrasi
Auschwitz bernama Zev Gutman (Christopher Plummer)
terbangun di kamarnya di sebuah panti jompo dengan menyerukan nama istrinya,
Ruth, lalu kemudian perawat datang untuk mengingatkan kembali Zev bahwa
istrinya itu telah meninggal seminggu yang lalu. Zev menderita demensia,
penurunan fungsi otak yang justru menjadi “senjata” berbahaya ketika ia
dimintai tolong oleh Max Rosenbaum
(Martin Landau). Max yang kini mengisi harinya di atas kursi roda memberi
Zev sejumlah uang, tiket kereta api, serta sebuah surat berisi instruksi. Tugas
Zev sederhana, ia harus menemukan seorang blockfuhrer yang telah membunuh
keluarga mereka, Otto Wallisch, yang kini menyamar menjadi Rudy Kurlander, lalu
membunuhnya.
Remember
seperti berusaha menggabungkan thriller rasa dingin dengan isu Holocaust yang
menyeramkan, dan secara garis besar Benjamin
August sebagai penulis dan Atom
Egoyan sebagai sutradara berhasil mengeksekusi ide tadi dengan baik. Saya
lebih suka menyebut ini sebagai sebuah drama yang cerdik memainkan dua elemen
tadi, ia memberikan kita penonton dua fokus yang berhasil tampil menarik untuk
diamati tapi dua sisi itu terus dibuat agar tidak langsung terbakar. Perlahan
adalah pilihan Remember bercerita,
ketegangan secara mengejutkan terasa kokoh tapi mayoritas dari mereka lebih ke
arah membuat kamu resah ketimbang berusaha mencengkeram. Dan ketika hal
tersebut terus stabil sejak awal hingga akhir di sisi lainnya Atom Egoyan coba mengeksplorasi makna
yang tersimpan dari setiap konflik di cerita.
Sebenarnya simple, dari
sinopsis memberikan jalan buat Zev
agar dapat menemukan apa yang ia cari karena sudah terdapat empat calon
sehingga proses menemukan yang jadi pusat skenario tidak sempit. Yang menarik
adalah walaupun tampak tenang Remember terus
bergerak maju secara meyakinkan, sisi menyeramkan dari Holocaust tumbuh untuk membuat penonton merasa resah. Ya, mungkin
untuk ukuran sebuah film yang mencoba bercerita tentang Holocaust film ini
terasa terlalu “mini” di bagian tersebut, Atom
Egoyan lebih condong menggunakan Holocaust
untuk memberikan jangkar pada masalah utama, ia tidak mencoba menelusuri
lebih jauh dan fokus ada usaha membentuk tahapan yang harus dilalui Zev
memberikan berbagai thrill kepada penontonnya.
Interpretasi pada
pilihan yang diambil tadi mungkin akan sulit diterima semua penonton, namun
sebenarnya membatasi unsur Holocaust
justru menjadikan gerak thriller ini terasa segar. Terdapat sebuah kisah masa
lalu yang menyeramkan tapi ia tetap pada batas menjadi sebuah thriller
kontemporer karena sejak awal ia tidak menciptakan kepentingan untuk
menggambarkan Holocaust secara lebih
mendalam, ia menghindar dari potensi menimbulkan argumen. Hasilnya, Remember berhasil menjadi sebuah
thriller Holocaust yang simple tapi
tetap seram, campuran nada terasa nyaman menemani penonton menyaksikan
ketidaknyamanan. Zev berada di dalam misi berbahaya, ada informasi tapi
kehadirannya seperti ditarik ulur oleh Egoyan, uniknya walaupun punya materi
terbatas karakter juga berhasil menciptakan empati dan simpati yang unik, kita
mengerti niat Zev tapi apakah misi tersebut “wajib” ia lakukan?
Itu adalah bagian di
mana Remember coba memprovokasi
penontonnya, sebuah isu tentang manusia dengan menggunakan seorang pria yang
dihantui oleh tragedi masa lalunya. Mengikuti Zev tidak pernah terasa monoton
walaupun cerita menekan dengan cara yang dingin. Pencapaian tersebut berkat
kinerja cast yang sangat kuat, terutama pemeran utamanya, Christopher Plummer, meskipun Martin
Landau juga punya kontribusi yang oke, ia berhasil menjalankan tugasnya
untuk menyuntikkan misteri ke dalam cerita. Kinerja Christopher Plummer di film ini sangat layak untuk
"didorong" ketika Awards Season muncul kembali, ia berhasil
menampilkan rasa bingung dan ambisi besar Zev dengan gaya gravitasi yang begitu
kuat sehingga Zev yang awalnya tampak seperti pria tua yang renta perlahan
justru berubah menjadi pria yang begitu berbahaya.
Remember
memang
tidak luar biasa apalagi setelah melempar beberapa ide yang mungkin muncul
nyatanya perlahan mereka justru tidak klik kuat dengan motivasi karakter. Hal
tersebut punya potensi untuk membuat beberapa penonton merasa seperti telah
dicurangi oleh Remember. Namun selain
bagian akhir yang terlalu cepat itu sisa cerita berhasil tampil baik, sebuah
perjalanan balas dendam yang berhasil membawa penonton seolah berada di samping
karakter utama yang dimainkan dengan sangat kuat oleh Christopher Plummer. Ibarat sebuah makanan Remember tidak terasa pedas, rasa yang ia hasilkan begitu familiar
dan tidak istimewa, namun ia mampu membuat kamu melahapnya habis dan akhirnya
berujar bahwa ia merupakan sebuah sajian yang enak. Segmented.
Thanks to: rory pinem
endingnya menohok dan luar biasa
ReplyDeleteOoo
ReplyDelete