Jika kamu mendengar
kalimat berikut mungkin akan terkesan sedikit aneh, unik, bahkan beberapa akan
menilainya konyol, tapi nyata adanya bahwa selalu ada hal positif dibalik
setiap masalah yang semua orang hadapi. Bagaimana caranya terdapat hal positif
dari masalah yang pada dasarnya merupakan hal negatif? Rams (Hrútar) yang menjadi wakil negara Islandia
di kategori Best Foreign Language Film
pada 88th Academy Awards yang lalu
ini mencoba menampilkan kondisi tersebut, ada hal positif dibalik setiap
masalah, menggunakan dua pria tua dengan masalah berumur empat abad ditemani
domba-domba kesayangan mereka.
Tempat tinggal dan
peternakan mereka mungkin hanya sepelemparan batu saja, tapi kakak beradik Gummy (Sigur∂ur Sigurjónsson) dan Kiddi (Theodor Júlíusson) telah
menjalani “perang dingin” sejak lama. Dua pria yang memiliki peternakan domba
itu tidak saling sapa selama lebih dari 40 tahun meskipun satu sama lain telah
mengerti bahwa dirinya tidak boleh kalah dari saudaranya dalam kontes tahunan
domba yang diadakan di lembah pedesaan mereka. Pada kontes terbaru Kiddi
menjadi pemenang, namun Gummi berusaha menggagalkan kesuksesan saudaranya itu.
Gummi menemukan bahwa kawanan domba milik Kiddi terinfeksi scrapie, tapi
celakanya hal tersebut menjadi boomerang karena pihak berwenang mengambil
keputusan bahwa semua domba di wilayah tersebut harus dibunuh.
Dari tampilan luar Rams mungkin tampak sederhana, kita
bertemu dengan dua pria tua, lalu domba, tapi dibalik kulit itu ternyata
tersimpan sebuah drama tentang manusia yang begitu hangat. Tidak seperti
setting latar yang cantik itu sulit untuk menyatakan Rams sebagai sebuah drama
yang cantik karena tidak ada perasaan luar biasa ketika ia telah berakhir,
namun ketika ia tampil di hadapan kamu Rams
berhasil menjadi sebuah studi karakter yang begitu menyenangkan. Sama
seperti objek domba yang ia gunakan sang sutradara Grímur Hákonarson ini membawa penontonnya menyaksikan sisi lembut
dan sisi kasar dari domba dalam wujud kehidupan dua bersaudara tadi, domba
memang terlihat lucu namun ia dapat menyeruduk dengan tanduk di kepalanya.
Begitulah Rams, sepintas tampak sederhana tapi
ternyata memiliki tumpukan pesan tentang manusia yang menarik. Sisi lucu dari
domba di sini hadir lewat humor, menetapkan jangkar pada dua karakter untuk
memeras tawa penonton lewat aksi absurd yang terasa ganjil. Kita tidak diberi
informasi latar belakang dari karakter tapi di tangan Sigur∂ur Sigurjónsson dan Theodor Júlíusson dua pria bersaudara itu
berhasil menciptakan interaksi yang warna-warni, menciptakan ketegangan tapi
menariknya gesekan di antara mereka menghasilkan output yang lucu. Itu alasan
mengapa Rams terasa cerdik, dialog memang minim tapi cerita memainkan trik
sederhana yang berhasil “menipu” penontonnya.
Rams
banyak memperoleh keuntungan dari cara Grímur
Hákonarson memainkan irama. Sangat suka dengan irama cerita, cara ia
mencair mungkin terkesan lambat dengan menaruh fokus pada membuat kita
memperhatikan quirkiness dua karakter utama, tapi dari sana pula awal mula ia
mendorong drama yang sukses membuat penonton yang tadinya tertawa menjadi diam
terpana. Dua karakter utama memang konyol tapi mereka tidak di set untuk
membuat kita jengkel, justru sebaliknya, masalah mereka penonton juga rasakan,
penonton sayang pada mereka, dan dengan eksekusi yang rapi trik untuk menyimpan
drama pedih dibalik komedi berhasil dilakukan dengan tepat oleh Grímur Hákonarson, tarik ulur pada
“hati” yang dimiliki oleh Rams berhasil menciptakan kesan otentik yang manis.
Ya, dibalik kisah
sederhana itu Rams ternyata menyimpan
“hati” di dalam konflik tapi penggunaannya memang tidak frontal, seperti sebuah
senjata untuk menggoda penonton. Bukan sekedar dari komedi menjadi drama biasa,
Rams berubah menjadi drama yang
tentang sisi "suram" manusia yang ditampilkan dengan gelap namun tidak
berlebihan. Rasa di mana karakter seolah telah dekat dengan penonton juga
menyebabkan konflik di dalam cerita terasa nyata, seperti domba ia akan
menyeruduk kamu dengan kepedihan yang menggaung keras. Secara bertahap Rams memperdalam hubungan antara Gummy
dan Kiddi, ia tidak pernah terasa terburu-buru maupun terlalu pelan sehingga
monoton, setiap adegan terasa mengalir dengan alami, sisi komedi memberikan hit
yang tepat sasaran tapi di sisi lain unsur drama juga secara bertahap membangun
emosi dari karakter dan juga konflik.
Perpaduan antara gelap
dan terang yang terus ditampilkan penuh warna, dari terkadang gelap, terkadang
konyol, hingga terkadang menyentuh emosi menyebabkan Rams (Hrútar) berhasil meninggalkan penonton sebuah perasaan yang segar.
Awalnya kamu akan menilai ini sebagai sebuah komedi, dan itu mudah karena Rams juga terang-terangan di sektor ini,
tapi hati-hati karena di sisi lain juga hadir sebuah drama yang tersembunyi
namun perlahan secara alami keluar dan mencuri atensi, secara kuat. Dari
masalah keluarga, domba, dua pria memerika hubungan mereka, kerasnya
lingkungan, masyarakat, hingga warisan, Rams
berhasil menjadi sebuah drama yang menghibur dengan menggabungkan lelucon
konyol bersama sebuah tragedi "suram" secara seimbang dan segar. Segmented.
Thanks to: rory pinem
0 komentar :
Post a Comment