"Being invincible is lonely, so lonely. Being invincible is empty, so empty."
Dirilis di China pada
tanggal 8 februari 2016, sepuluh lebih satu hari karya terbaru dari Stephen Chow (Shaolin Soccer, Kung Fu
Hustle, CJ7) ini sudah berhasil meraih predikat sebagai the highest-grossing Chinese film of all
time. Ya, all time, bukan hanya di tahun 2016, hanya dalam kurun waktu 11
hari. Apa faktor yang menyebabkan kesuksesan tersebut berhasil The Mermaid raih? Karena Stephen Chow? Journey to the West: Conquering the Demons
saja tidak berada di level yang sama. Penyebabnya adalah karena The Mermaid berhasil menampikan
kekonyolan dengan eksekusi yang serius, dan membawa elemen serius mencapai
target utamanya dengan cara bersenang-senang bersama banyak hal konyol, mo lei tau dengan eksekusi yang
terkendali. The Mermaid: nasty, messy,
goofy, crazy, but tasty comedy.
Seorang miliarder kaya
raya bernama Liu Xuan (Deng Chao)
berhasil membuat sebuah kejutan dengan memenangkan lelang Green Gulf, lokasi yang rencananya akan ia gunakan untuk melakukan
proyek reklamasi serta menggunakan teknologi sonar terbaru untuk mengusir semua
makhluk hidup di laut yang berada di sekitar Green Gulf. Ambisi Liu Xuan
semakin sulit untuk terbendung setelah kompetitornya dalam pelelangan tadi, Li Ruolan (Kitty Zhang Yuqi), memutuskan
untuk bergabung dengan Liu Xuan walaupun smuesungguhnya ia memiliki rencana lain.
Namun ternyata rencana Liu Xuan tidak berjalan mudah setelah ia secara tidak
sengaja bertemu dengan gadis muda bernama Shan
(Lin Yun).
Liu Xuan yang awalnya
cuek perlahan mulai tertarik pada Shan terutama pada tingkah polos serta
kemampuannya membuat Liu Xuan merasakan kebahagiaan yang sudah lama sulit ia
rasakan. Liu Xuan merasa bahwa pertemuannya dengan Shan yang hanya berawal dari
sebuah nomor telepon merupakan sebuah takdir, dan si playboy bersiap untuk
mengencani Shan. Tapi di sisi lain Shan ternyata telah mengatur sebuah rencana,
ia diberi tugas oleh Octopus (Show Luo)
serta “keluarganya” untuk menjerat Liu Xuan, membawanya ke tempat tinggal
mereka di sebuah kapal tua di tepi tebing Green Gulf. Tujuan utama Shan dan
keluarganya adalah untuk membunuh Liu Xuan, karena proyeknya tadi telah merusak
habitat mereka, para duyung.
The
Mermaid merupakan kisah tentang putri duyung yang dikirim
masuk ke dunia manusia melakukan aksi penyamaran untuk membunuh seorang pria
kaya pemilik sebuah proyek yang telah mencemari habitat pada duyung. Sangat sederhana, sinopsis The Mermaid sangat sederhana,
tapi dibalik itu ternyata tersimpan banyak warna yang tidak hanya sebatas
berhasil disatukan dengan baik oleh Stephen
Chow menjadi sebuah kombinasi yang manis secara struktural, mereka juga
berhasil saling bantu satu sama lain untuk membawa penontonnya menyaksikan
sebuah sajian sci-fi, fantasy, drama, romance, hingga komedi yang “gila”. Ya, gila merupakan wakil yang tepat untuk The Mermaid, sebuah presentasi sepanjang 94 menit yang sukses
membuat penontonnya menikmati banyak rasa secara bersamaan dengan masing-masing
memiliki kualitas yang mumpuni.
Menyaksikan The Mermaid
seperti sedang menikmati sebuah permen yang punya banyak rasa, ia mampu terasa
pedas dengan misi mencoba mendorong isu kesadaran akan bahaya yang sedang
mengancam lingkungan hidup, di sisi lain ia juga sanggup terasa
asam lewat kisah hidup Liu Xuan yang
ternyata merupakan seorang pria kesepian dan haus akan cinta. Tidak berhenti
sampai di situ, The Mermaid juga
berhasil tampil manis dengan kisah romansa cinta yang sederhana namun efektif,
dan hal yang menyebabkan The Mermaid terasa segar adalah baik itu drama,
romance, hingga isu sosial tanpa kesan menggurui itu tampil dengan dibalut
komedi yang terus menebar ledakan menyenangkan. Yeah, ini bagian terpenting
dari film Stephen Chow, harus ada
penyajian over the top yang
menghasilkan kesan konyol hingga sukses mengundang tawa. The Mermaid sukses tampil gila karena mo lei tau yang ia sajikan tampil memikat.
Salah satu alasan
mengapa The Mermaid berhasil meraih
banyak cinta karena ia mampu memberikan rasa segar kepada penonton saat
menyeimbangkan “elemen” bodoh dan pintar dalam kadar yang sama besar. Elemen
pintar eksekusinya terasa manis, dan elemen bodoh dieksekusi dengan cantik.
Banyak materi klasik bahkan beberapa akan menyebutnya basi dari sebuah komedi
di film ini, namun Stephen Chow mampu
dengan tangkas mengolah materi tadi dengan menggabungkannya bersama keanehan
andalannya. Aksi bela diri tentu masih hadir namun The Mermaid lebih didominasi permainan humor verbal dan humor
visual yang memiliki tik-tok mengasyikkan. Gurita kesakitan ketika kakinya
sedang dicincang? Itu gila. Seorang polisi dengan tampilan meyakinkan justru
mulai bermain-main dengan imajinasi liar miliknya tentang kombinasi manusia dan
ikan? Itu gila.
Kesuksesan The Mermaid lahir dari kemampuan Stephen Chow mewarnai materi yang ia
miliki. Hal tersebut merupakan keunggulan The
Mermaid, ketika Stephen Chow mampu menempatkan beberapa isu seperti
lingkungan hidup, kebahagiaan, hingga cinta di pusat cerita namun di sisi lain
ia juga berhasil mewarnai cerita dengan lelucon yang universal, lelucon yang
mudah dicerna tapi tidak terasa menjengkelkan. Tidak ada yang spesial
sebenarnya di cerita, bahkan jika anda perhatikan lebih mendalam unsur drama
dan romance jika dinilai secara terpisah juga tidak mencapai titik maksimal
dari misi yang ingin ia raih, tapi seperti ada magic yang mendorong naik nilai
mereka ketika mereka bergabung menjadi satu bersama komedi. Inti dari pesan di
masing-masing bagian tampil tersirat dan tajam, namun karena Stephen Chow terus menekan rasa oddball
atau komik mereka tidak tenggelam dan terus menonjol.
Namun ada satu hal yang
terasa aneh dari The Mermaid, ketika
sepanjang cerita ia terang-terangan tampil konyol tapi penonton tetap mampu
merasakan kehangatan dari isu yang ia bawa. Masalah sederhana seperti pembunuhan
liar hewan serta individu haus cinta misal berhasil membentuk imajinasi
penonton. Anda tidak hanya mengamati karakter utama menyelesaikan masalah
mereka, anda juga merasakan apa yang mereka rasakan. Dan itu aneh, karena
cerita bergerak dengan kekonyolan di mana-mana. Itu alasan mengapa elemen lain
dari cerita tidak pernah tenggelam oleh komedi, karena penonton sudah stick
dengan mereka sejak awal, selain tentu saja karena ketukan irama, timing, serta
komposisi yang mumpuni dari masing-masing bagian cerita sehingga alur cerita
mengalir lembut dan meminimalisir dampak dari nilai minus yang ia punya, seperti
finale misalnya. CGI? Justru dengan rasa kartun semua kekonyolan semakin
lucu.
Walaupun begitu
kemampuan Stephen Chow saja bukan
menjadi satu-satunya alasan The Mermaid
meraih kesuksesan besar, kinerja akting juga punya andil dan ini penting karena
Chow menggunakan mo lei tau tanpa kehadirannya sebagai pemeran, dan apa yang
dilakukan cast masuk dalam kategori sukses. Zhang
Yuqi berhasil berperan sebagai pemegang kunci di elemen drama, tekanan yang
Ruolan hasilkan tidak buruk. Show Luo
berhasil tampil konyol, dan Deng Chao
satu tingkat di atasnya, ia berhasil menggabungkan komedi verbal dan visual
dengan materi standar menjadi lucu namun di sisi lain juga perlahan menarik
simpati penonton pada Liu Xuan. Namun kesuksesan terbesar yang Chow lakukan di
divisi cast adalah menemukan Lin Yun,
model 18 tahun dan langsung menjadi pemeran utama di debut layar lebar, itu
bukan pekerjaan mudah namun berhasil ditangani dengan tepat sehingga Shan punya
pesona yang manis.
Overall, The Mermaid (美人鱼)
adalah film yang memuaskan. Menyajikan materi klasik dan sederhana dari cinta
hingga lingkungan dan manusia dengan presentasi yang imajinatif serta penuh
warna merupakan kesuksesan terbesar yang berhasil Stephen Chow hasilkan di The
Mermaid. Ini adalah fantasi namun penonton merasa dekat dengan masalah yang
tampil tanpa kesan menggurui, merasa dekat karakter, dan merasa dekat pula
dengan lelucon yang universal. The
Mermaid merupakan sebuah kekacauan menyenangkan yang terkendali, membawa
banyak pesan dari kapitalisme hingga cinta yang tidak memiliki limit menariknya
ia tidak pernah terasa sesak ketika bercerita, justru sebaliknya, terus
mengalir lembut bersama mo lei tau
dan kejutan yang menyegarkan. It’s messy,
it’s nasty, it’s goofy, it's crazy, it’s tasty.
0 komentar :
Post a Comment