Menemukan film misteri
dan horror yang mampu membuat penontonnya kaget atau terkejut itu sangat mudah,
yang tidak mudah adalah menemukan yang tidak cuma sekedar mampu mencengkeram
penonton namun juga menyuntikkan rasa realisme sehingga perlahan berhasil
membuat penonton merasa yakin bahwa ada hantu atau setan di dalam cerita. Film
supernatural thriller asal Korea ini
berhasil melakukan hal tersebut, The
Priest (Geomeun Sajedeul), sebuah treatment yang manis dan efektif terhadap isu dan genre
dengan menggunakan aksi pengusiran setan sebagai senjata utamanya.
Seorang gadis muda
bernama Young-Sin (Park So-Dam)
menderita sebuah penyakit misterius setelah tertabrak mobil pada malam hari.
Bapa Kim (Kim Yun-Seok) mengetahui situasi yang dialami oleh Young-Sin dan
setelah menjenguknya ke rumah sakit ia yakin bahwa Young-Sin telah kerasukan
roh-roh jahat. Bapa Kim sebelumnya pernah gagal ketika melakukan eksorsisme
namun dengan satu malam yang tersisa serta dibantu oleh diakon bernama Choi (Gang Dong-Won) ia bersikeras untuk
kembali mencoba melakukan eksorsisme karena ia yakin itu satu-satu cara untuk
menyelamatkan Young-Sin.
Pengalamannya sebagai
assistant sutradara di film Masquerade
memberikan pengaruh yang cukup siginifikan pada cara Jang Jae-Hyun mengendalikan The
Priest. Film ini membawa isu yang dapat dikatakan terhitung jarang
diekplorasi oleh film-film asal Korea yang gemar bermain dengan thriller,
action, drama, romance, hingga kisah yang menguras air mata, yaitu eksorsisme. Jang Jae-Hyun berhasil merancang
strategi yang sukses membuat penonton yang telah familiar dengan film-film
Korea tidak merasa asing, tidak merasa aneh, ia tetap menempatkan misteri
kerasukan setan di pusat tapi berhasil menemukan "rasa Korea” di dalam
cerita dengan komposisi narasi dan nada yang sangat tepat.
Manifestasi kejahatan
penuh misteri berhasil mencuri perhatian, apa yang terjadi pada Young-Sin terus berputar-putar di
pikiran tapi di sisi lain kamu dibawa untuk seolah terlibat dengan usaha Bapa
Kim dan Choi tentu saja dengan taruhan yang sederhana tadi, mereka punya waktu
yang terbatas untuk menyelamatkan Young-Sin. Hal tadi sebenarnya bisa saja
dibuat menjadi sajian yang kompleks namun Jang
Jae-Hyun justru membuat semuanya tampak sederhana sehingga selain konflik
terus fokus penonton juga tidak pernah merasa terlepas dari proses menemukan
jawaban. Memang ada set-up di bagian awal yang seolah mencoba menggali ke dalam
teologi Katolik Roma, taruhan terbentuk oke, dan setelah itu momen terror ganti
mengambil alih kendali.
Kekuatan utama The Priest adalah ia menggunakan misteri
sebagai jualan utama tapi unsur drama hingga thrill juga sama baiknya tanpa
membuat kamu sebagai penonton merasa jengkel. Merasa jengkel di sini dalam
artian sulit untuk merasa apa yang diberikan The Priest terasa murahan, tidak peduli seberapa sering kamu
menonton film dengan tipe dan isu serupa. Penyebabnya adalah karena The Priest menghadirkan sebuah proses
yang mengandalkan atmosfir sebagai senjata utamanya. Pertarungan antara baik
dan jahat hadir bukan sekedar hadir di panggung dan kamu menonton, apa yang dialami oleh Young-Sin berhasil “hidup” dan dirasakan penonton, kita waspada
bukan hanya karena malapetaka di pusat cerita tapi juga diakibatkan momen-momen
mengganggu yang terasa begitu pas dalam menunjang cerita.
Cast film juga
memberikan kontribusi yang sama baiknya. Kim
Yun-seok berhasil menjadi sosok yang tangguh, Gang Dong-won memberikan sisi nakal lewat ekspresi wajah dan mata,
sedangkan Park So-Dam tampil
mengesankan sebagai gadis muda yang tersiksa setan. Jang Jae-Hyun tidak hanya paham memainkan kontras visual tapi juga
cara menangani karakter dengan latar belakang yang terasa sederhana itu untuk
klik ke dalam cerita yang terus ia jadikan fokus utama sehingga apa yang
terjadi selanjutnya selalu menarik untuk ditunggu. Minus kecil ada di ending
walaupun saya suka cara Jang Jae-Hyun menutup kisah yang bukan hanya jadi
penggambaran ritual yang sering membuat banyak salah paham itu tapi juga
klimaks dari kumpulan hal-hal menyeramkan yang memikat.
The
Priest memang tidak membawa sesuatu yang baru bagi genre
atau film tentang eksorsisme, tapi di tangan Jang Jae-Hyun dengan menggunakan penggambaran yang sederhana serta
terus mengandalkan rasa “nyata” untuk mencengkeram penontonnya film ini
berhasil menjadi sebuah kemasan horror, misteri, dan thriller yang terasa pas
dan tepat, membuat kamu bingung, membuat kamu waspada, dan anehnya ia juga bisa
membuat kamu sedikit tertawa. Manis.
Thanks to: rory pinem
Setuju...bgs bgt ini film..
ReplyDeletewow. jadi pengen nonton, kayaknya seru filmnya
ReplyDeleteSalut, film eksorsis "rasa baru" racikan korea, recommended
ReplyDelete