It
was a wild and weird year!! Edisi tahun lalu pada periode yang
sama di awal tahun ini saya sudah memiliki tiga film untuk saya pertimbangkan
menjadi yang terbaik. Edisi tahun ini? Jumlahnya tiga kali lipat! Kondisi
tersebut bukan berarti menandakan bahwa pada tahun 2015 yang lalu tidak ada
film yang benar-benar istimewa jika dibandingkan dengan film lain karena yang
terjadi justru sebaliknya, karena tahun 2015 menghasilkan banyak film yang
berada di level mengagumkan, semua punya peluang sama besar, semua bisa saling
mengalahkan! Yeah, it’s fun, but still, weird. So, berikut adalah 12 film
terbaik tahun 2015.
Dengan kehadiran
Laurawidy ke dalam tim maka sistem yang saya dan riringina terapkan tahun lalu
tidak kami gunakan kembali tahun ini. Sistem untuk edisi tahun 2015 sangat
sederhana, masing-masing dari kami memasukkan nama-nama film yang menurut kami
terbaik di tahun lalu, setelah itu kami melakukan voting dengan masing-masing memilih 15 film
terbaik dari 30 buah film di list final dengan menggunakan sistem poin lalu
kemudian mengambil 12 film di posisi teratas.
Aturan yang diterapkan
masih sama di mana film yang dapat masuk ke dalam top 12 merupakan film yang
saya maupun kontributor tonton dari tanggal 1 Januari hingga 31 Desember,
merupakan film dengan batas tahun rilis -3 dari tahun ini (untuk tahun ini
berarti 2013), dan film yang tidak muncul di daftar terbaik edisi sebelumnya. Silahkan klik judul, gambar, atau poster pada masing-masing film untuk membaca review lengkap. So without further ado,
this is it, Top 12 Films of 2015.
(in alphabetical order)
The Big Short seperti kumpulan berbagai
ledakan dalam bentuk besar dan kecil yang terus membuat penonton merasa rugi
untuk memalingkan atensi dari cerita dan juga karakter, seolah mempersilahkan
cerita untuk tampil lepas dengan kesan liar namun tetap tampil terkendali dan
cerdik pula membawanya bergerak lebih dalam. Ketika konflik perlahan mulai
kompleks The Big Short tidak pernah
membuat penonton merasa terjebak dalam kerumitan, masalah di industri perbankan
ada di panggung utama tapi di sisi lain juga mencoba menjadi sebuah satir bagi
kehidupan. Dengan bergerak cepat mondar-mandir, berisikan kemarahan yang
ditampilkan dengan cara yang serius dan santai, The Big Short adalah komedi politik yang padat dan menghibur.
Bridge
of Spies merupakan satu dari sedikit film di tahun 2015 yang
mampu menciptakan impresi begitu kuat di berbagai elemen yang ia miliki, dari
akting yang menghidupkan karakter dengan sangat baik, kualitas script dalam
menciptakan liku-liku tanpa kewalahan ketika mencoba sedikit lucu,
sinematografi yang cantik, score yang sukses menjaga thrill, tatanan produksi,
dan tentu saja kinerja sutradara dalam mengendalikan itu semua. Bridge of Spies bukan merupakan film spy
penuh ledakan besar, ia film spy yang renyah namun tetap mampu menciptakan
output yang sangat kuat dan dalam hal ini terkait isu moral hingga sikap
pantang menyerah. Film terbaik Steven
Spielberg setelah Schindler's List,
Bridge of Spies adalah top-notch drama
thriller yang "nakal" dan sopan, a triumph of filmmaking.
Sebuah romance yang
membuat penontonnya ingin tenggelam lebih jauh di dalam cinta, tampil seperti
pertarungan dua sisi di mana tidak ada si jahat yang eksis di sana sehingga
sulit mengambil keputusan karena dua sisi itu dipersenjatai dengan emosi yang
cantik. Dilema itu yang digunakan dengan cerdas oleh John Crowley, dari kisah
coming-of-age dibumbui asmara klasik dan dibakar dengan komposisi yang sangat
oke hingga menggunakan hal sederhana seperti ekspresi karakter dalam
menampilkan kekuatan yang dimiliki oleh cinta, Brooklyn berhasil menghadirkan
kembali sebuah kisah cinta klasik dalam presentasi yang terasa special. In
terms of romance this one not only a top-notch, it’s a killer!
Berawal dari kesulitan
cinta antara dua wanita di tahun 1950an, Carol
berakhir sebagai sebuah kisah cinta dengan komposisi dasar yang sangat
klasik namun tampil menawan karena dikemas dengan elegant, membuat hal yang tampak
sederhana menjadi cantik. Carol sebuah
romance yang solid, menggunakan isu LGBT
untuk memberikan sebuah kisah cinta yang cerdas, dikendalikan dan dirakit
dengan sangat baik oleh Todd Haynes
dan dibantu penampilan cast yang oke terutama dua pemeran utamanya. Sejak awal
hingga akhir Carol seperti malu-malu
kucing dalam mengumbar gairah yang efektif ia tebar namun kuat dalam
mencengkeram penonton sehingga tidak pernah jatuh menjadi melodrama yang berlebihan dan tumbuh menjadi sebuah kisah cinta
yang mengagumkan. Romance
with orchestra.
Ide yang dimiliki untuk menginspirasi
tentang kehidupan dengan menggunakan emosi dan imajinasi berhasil
ditenun menjadi sebuah petualangan penuh mondar-mandir indah dengan
keseimbangan yang mengagumkan di semua bagian, dari drama dengan cerita yang
indah dan efek kumulatif pada emosi yang cantik, komedi yang indah penuh momen
lucu, visual yang cantik dipenuhi dengan karakter yang menarik, Inside Out
merupakan sebuah pengalaman emosi yang: kreatif, cerdas, imajinatif, tulus,
lucu, dan tentu saja, menyenangkan. An elegant magic!
Sebuah karya yang visioner
dari sutradara Justin Kurzel, modernisasi yang tetap menghormati pondasi
plot tradisional, menaruh fokus pada drama yang ekstrim dan brutal, sebuah
masalah dengan dampak menghancurkan, menyaksikan karakter terus bertarung
dengan emosi serta tekanan psikologis yang menakutkan. Visual yang cantik,
score yang manis, serta kinerja akting yang sangat kuat, Macbeth
berhasil menjadi sebuah kebrutalan yang lezat, sebuah tragedi berdarah yang
indah.
Mad Max: Fury Road
Mad
Max: Fury Road merupakan film action dengan basis
sederhana yang mampu bersenang-senang dengan sepenuhnya bertumpu pada parade
aksi kejar gerak cepat yang ditemani acting, sinematografi, score, CGI,
koreografi, dan editing yang menghipnotis lalu meninggalkan impresi aneh bagi
penonton, bagaimana bisa semua terasa megah dengan basis yang sederhana. Mad Max: Fury Road adalah sebuah
perayaan penuh totalitas dan percaya diri yang tinggi dari seorang George
Miller, panas, dingin, lucu, menegangkan, seperti mobil balap Formula One dalam sebuah balapan yang
meniadakan pit stop namun dikemudikan oleh pembalap yang ahli dalam mengatur
lari kendaraannya, seperti sebuah film action yang dilukis oleh Pablo Picasso.
Me
and Earl and the Dying Girl merupakan sebuah prestasi sinematik yang
cantik, membawa penonton menyaksikan kisah coming-of-age
berisikan persahabatan di mana tiga remaja saling menyembuhkan satu sama lain.
Tidak hanya menarik tapi cerita dan karakter begitu mudah untuk dicintai,
dengan nada yang ringan dan ritme yang tepat menjadi sebuah petualangan visual
dan emosi yang menggambarkan “kehidupan” sebagai sebuah renungan yang serius
tanpa mencoba terlihat dan terasa terlalu serius dan kaku. Hasilnya, energi
yang konsisten sejak awal hingga akhir menjadikan finale terasa begitu menyayat
hati. An "authentic" emotion
journey.
Mustang menyampaikan pesan tentang
perbedaan dan perubahan dengan cara yang energik dan menyenangkan, dari moral,
agama, hingga budaya semua dikemas dengan lembut namun tajam. Mustang
berteriak tentang sistem yang kurang tepat tapi tidak dengan cara yang arogan
melainkan membuka mata batin penonton dan mengarahkan mereka pada fakta bahwa
idealisme dan sistem patriarki lengkap dengan berbagai doktrin itu merupakan
sesuatu yang berbahaya jika tidak diimplementasikan dengan tepat. Bercerita
tentang coming-of-age dari remaja yang dipaksa menjadi dewasa lewat potret yang
lembut, natural, halus, lucu, menegangkan, nakal namun sensitif, Mustang is
one of the most powerful films I've ever seen!
Son
of Saul merupakan sebuah drama Holocaust yang melepas horror mencengkeram penonton lewat visual
dan mendampinginya dengan narasi dan emosi yang berbobot. Rasa sesak sangat
konsisten, sisi kasar dari konflik benar-benar ditampilkan dengan kasar,
menyaksikan Saul masuk ke dalam putus asa lalu mendorong isu kemanusiaan dan
paradoks moral dengan framing yang intim. Son
of Saul adalah film penting yang mengerikan, melelahkan, dan mengasyikkan
secara bersamaan, menampilkan keindahan dan kejahatan yang eksis di dunia ini
dengan melakukan provokasi mengandalkan empati dan emosi.
Spotlight merupakan sebuah drama yang
tahu apa yang ingin ia sampaikan dan tahu cara menyampaikan isu dengan sikap
hormat dalam eksekusi tanpa mengorbankan kebebasan dalam berekspresi. Topik utama yang sesungguhnya sangat
sensitif terbangun tanpa meninggalkan kesan "perang" yang mengganggu,
memainkan air dan api di dalam cerita menjadi proses investigasi dalam bentuk sebuah
“kekacauan” yang licik namun sopan, langsung disorot ke titik fokus, langsung
ke spotlight, mencengkeram dan
menempatkan penonton pada lingkup luas dari isu, lalu stay there, stay there, and stay there. First-class drama.
Ibarat sedang melakukan
perjalanan jarak jauh, Steve Jobs tidak
memberikan rest area buat penonton yang dipaksa untuk berjalan non-stop
menjalani trek yang sulit. Namun itu tidak melelahkan karena sensasi yang
diberikan cerita dan karakter sangat stabil dalam menarik perhatian, punya
pesona dan dimensi dipenuhi dialog witty yang mengasyikkan dalam arena perang
yang sempit itu. Sebagai sebuah drama dengan isu kapitalisme, penderitaan, dan
perjuangan, Steve Jobs sukses menjadi
sebuah biografi yang terasa segar dengan menggunakan keganasan Shakespeare dalam gerak cepat yang
terkendali. An exciting orchestra.
Honorable Mentions:
0 komentar :
Post a Comment