"Chewie, we're home."
Membangunkan kembali
salah satu franchise paling terkenal
di bumi setelah tertidur selama sepuluh tahun bukan pekerjaan yang sulit, namun
jika disertai dengan kewajiban untuk memperbaiki citra atau image yang sempat
dibawa turun satu level oleh tiga buah prekuel adalah bukan sebuah tugas yang
mudah. Seperti judul yang ia gunakan, The
Force Awakens merupakan upaya kebangkitan yang dilakukan oleh Star Wars, memberikan perputaran dan
nafas yang baru dan segar dengan mencampur old and new, sebuah nostalgia penuh
sukacita bagi fans yang tetap mampu membuat penonton baru untuk jatuh cinta. Star Wars: The Force Awakens, a new hope in
a new start.
Luke
Skywalker (Mark Hamill) telah menghilang. Dalam
ketidakhadirannya, First Order yang
menyeramkan bangkit dari kekalahan the
Empire dan tidak akan berhenti hingga Skywalker,
the last Jedi, telah dihancurkan. Dengan dukungan dari the Republic, General Leia
Organa (Carrie Fisher) memimpin Resistance.
Leia berusaha keras menemukan kakaknya Luke dan mendapatkan bantuannya dalam
memulihkan perdamaian dan keadilan bagi the
galaxy. Leia mengirim pilotnya yang paling berani pada misi rahasia ke Jakku, di mana sekutu telah menemukan
petunjuk tentang keberadaan Luke.
Namun di bawah komando Kylo Ren (Adam Driver), Stormtroopers berhasil menangkap pilot
tadi, Poe Dameron (Oscar Isaac).
Untung saja petunjuk yang ia peroleh berhasil Poe selamatkan dengan menaruhnya
pada droid bernama BB-8, yang
kemudian secara tidak sengaja bertemu dengan pemulung di Jakku bernama Rey (Daisy Ridley). BB-8 mengatakan pada Rey bahwa ia sedang mencari tuannya, Poe, dan
kemudian marah ketika ia melihat jaket Poe dipakai oleh Finn (John Boyega). BB-8, Rey, dan Finn yang masih asing satu sama
lain berusaha kabur dari kejaran First
Order menggunakan the Millennium Falcon, namun celakanya mereka masuk ke dalam
masalah yang tidak biasa.
Sepertinya J. J. Abrams lahir lewat sebuah proses science-fiction karena pria yang punya Armageddon, Super 8, Star Trek, dan
tv-series seperti Lost dan Alias di filmografi miliknya ini seolah
paham betul apa yang harus dilakukan untuk memuaskan penonton yang datang
mencari sebuah sajian sci-fi. Kunci
kesuksesan Star Wars: The Force Awakens
memecahkan berbagai rekor box-office
terletak pada kemampuan J. J. Abrams
yang tahu bagaimana untuk tetap setia pada elemen klasik namun di sisi lain
ikut mendorong elemen baru yang membawa nafas segar untuk masuk ke dalam
galaksi. Sepintas Star Wars: The Force
Awakens tampak hanya seperti kelanjutan episode enam namun ini adalah
sebuah start baru bagi Star Wars, memperkenalkan Rey, Finn, Kylo Ren, hingga BB-8
yang dipilih menjadi generasi penerus namun tetap menempatkan karakter lama
sebagai kunci di pusat cerita dengan penuh hormat.
Hasilnya seperti yang
disebutkan di awal tadi ini menjadi pesta bagi fans setia namun dengan cerdik
dan cerdas mampu menarik atensi penonton baru untuk jatuh cinta padanya. Star Wars: The Force Awakens memang masih
menghadirkan berbagai action sequence fantastis yang tentu saja menjadi salah
satu jualan utamanya, namun di sini mereka tidak menjadi fokus utama melainkan
jantung dari cerita. Memakai proses pencarian Luke banyak hal yang berhasil
dikembangkan oleh J. J. Abrams
bersama Lawrence Kasdan dan Michael Arndt di sektor cerita, dari
terampil memperkenalkan karakter baru yang appealing tanpa menciptakan kesan
annoying serta membawa kisah yang telah eksis untuk tumbuh dengan bertumpu pada
sebuah drama keluarga, dan semua mereka satukan dalam alur yang pada dasarnya
merupakan daur ulang peristiwa dari film pertama, A New Hope.
Sangat senang Star Wars: The Force Awakens
meninggalkan skenario penuh intrik "politik" yang dilakukan prekuel
lalu kemudian memilih untuk kembali pada ketukan yang diciptakan tiga film
pertamanya. Sama seperti A New Hope
film ketujuh ini menggunakan konsep mencari arah dari sekelompok anak muda di
dalam dunia yang sedang kehilangan pahlawan sebagai pondasi utamanya. Sangat
suka dengan hubungan antara Rey dan Finn, mereka membentuk dasar yang sangat
tepat bagi The Force Awakens, Finn
dan Rey merupakan sosok “minor” di alam semesta, hidup susah dan putus asa,
lalu berikan mereka jalan untuk mengerti pada potensi yang mereka miliki dengan
cara yang serius namun santai sembari tetap menjaga gema dari kisah asli yang
bermain dengan masalah warisan dan konsekuensi.
Petualangan lintas
generasi, itu yang menjadi charm utama Star
Wars: The Force Awakens. Segala sesuatu berlangsung cepat, dari drama
hingga action, bahkan unsur komedi juga memilih untuk tampil dengan one punch
humor yang sangat sedikit berakhir gagal, namun J. J. Abrams terampil dalam menyusun struktur presentasi sehingga
banyak hal di dalam cerita tidak menimbulkan tabrakan dan dapat terus bergerak
cepat. Ya, gerak cepat itu yang berhasil menjadikan cerita yang sebenarnya
tidak istimewa itu terasa menyenangkan untuk diikuti, kekacauan berisikan
kegembiraan dan melodrama yang manis. Berbicara tentang drama cara J. J. Abrams menampilkan emosi dari
karakter juga oke, terasa cair dan tidak kaku meskipun seperti diupayakan agar tidak
terlalu “eksplisit” dalam penyampaiannya.
Terlepas dari
penyutradaraan J. J. Abrams, cerita
yang bekerja dengan efektif, visual yang fantastis, dan tentu saja score
mengasyikkan dari John Williams yang
memberikan eargasm, kinerja akting memberikan kontribusi yang tidak kalah
besar. Dari karakter lama efek kejut ketika mereka hadir sangat manis, Harrison Ford dan Carrie Fisher benar-benar sukses menampilkan kembali pesona mereka
yang selama ini penonton kagumi. Oh, Chewbacca
juga. Dan karakter baru layak mendapatkan kredit yang sama besar. Adam Driver meneruskan sisi hitam cerita
menjadi tampak menjanjikan, dan Oscar
Isaac menjadi jembatan yang baik di awal. John Boyega tampil lucu dengan sangat alami, sebuah performa yang
seperti “in your face” kepada penonton yang gemar dengan rasisme. And thanks God for Daisy Ridley. Daisy
Ridley is a revelation. Star Wars is in great hands!
Dan yang terakhir, hal
yang mungkin akan menjadi pertanyaan menarik bagi penonton baru: apakah sebelum
menonton Star Wars: The Force Awakens
saya harus menonton terlebih dahulu enam film sebelumnya? Star Wars: The Force Awakens seperti di set untuk tidak menaruh
beban yang begitu berat pada cerita, jika anda lepaskan sejarah dari karakter
lama ini akan menjadi sebuah action movie
yang begitu familiar. Tapi hal terakhir tadi tidak boleh anda lakukan! Salah
satu hal paling menarik yang menjadi sensasi terbesar dari film ini adalah
ketika penonton bertemu kembali dengan orang-orang yang telah lama mereka
kenal. Anda bayangkan sebuah reuni, tentu akan jauh lebih menarik ketika anda
bertemu kembali dengan sahabat yang telah akrab dengan anda ketimbang
teman-teman yang di antara anda dan dia hanya sebatas tahu nama. Anda bisa
tinggalkan prekuel, namun tidak dengan Star
Wars, The Empire Strikes Back, dan Return
of the Jedi.
Overall,
Star Wars: The Force Awakens adalah film yang
memuaskan. Seperti sebuah kalimat dari Han
Solo, “Chewie, we're home,” Star Wars: The Force Awakens berhasil
menyajikan kembali “rumah” dari petualangan luar angkasa, space opera yang
memiliki liku-liku di cerita namun terus mendorong kejutan dan reuni sebagai
pemuas dahaga penonton lama, dan sebagai senjata untuk membuat penonton baru
jatuh cinta. Tetap bermain di area yang familiar bagi penontonnya, J. J. Abrams bukan hanya sekedar
berhasil meluruskan kembali gerak franchise Star
Wars dan membawanya ke jalan yang “benar,” ia juga berhasil menciptakan
sebuah transisi, sebuah jembatan antara old and new dari Star Wars dengan mengandalkan semangat dari Star Wars itu sendiri, sebuah petualangan yang heboh, visual dan
score yang epik, baik melawan jahat, dan semua ditopang oleh drama dengan
emosi, jiwa, dan charms yang pernah George Lucas gunakan untuk membuat tiga
film pertamanya terasa istimewa.
aku nggak pernah nonton starwars yang sebelum sebelumnya, tapi aku ngerti sama jalan ceritanya kok dan its worth
ReplyDeleteNice review btw