"Dear diary, today
I tried a tampon. No thanks Tom Hanks."
Ketika telah diciptakan
Tina Fey dulu mungkin Tuhan merasa
bahwa ada sesuatu yang kurang, maka satu tahun kemudian Ia ciptakan Amy Poehler. Dua wanita yang pasti tidak
asing lagi bagi penikmat program TV dari USA seperti 30 Rock, Parks and Recreation,
dan tentu saja Saturday Night Live ini
menjadi idola banyak penonton berkat chemistry yang unik di antara mereka,
punya banter yang tajam dan on point. Hal tersebut mereka tampilkan di film
ini, Sisters, meskipun kamu juga
pasti tahu bahwa kesuksesan sebuah film juga bergantung pada banyak elemen
penunjang lain yang ia miliki. Teen movie
for adult.
Kate
Elllis (Tina Fey) bersama adiknya, Maura (Amy Poehler), mendapati bahwa orang tua mereka Bucky Ellis (James Brolin) dan Deana Ellis (Dianne Wiest) akan menjual
rumah keluarga mereka, tempat di mana Kate dan Maura memiliki banyak kenangan
indah. Ketika diminta untuk membersihkan kamar mereka, Kate dan Maura mulai
dihampiri oleh memori masa lalu mereka, dan dari sana dua wanita yang
masing-masing sedang memiliki masalah pribadi ini memutuskan untuk mengadakan
satu pesta terakhir bagi rumah yang mereka cintai itu.
Disutradarai oleh Jason Moore yang pernah menyutradarai Pitch Perfect, ceritanya ditulis oleh Paula Pell yang telah menjadi penulis
sketch di Saturday Night Live sejak
1995, dan memiliki dua bintang utama yang menyandang duet maut di industri
komedi Hollywood, tidak heran
ekspektasi terhadap Sisters tergolong cukup besar. Sayangnya hasil yang
diberikan oleh film ini tidak pernah berada di jalur yang mencoba membawa kamu
untuk menemukan komedi yang istimewa, sejak awal hingga akhir. Sisters justru
lebih terasa seperti upaya yang standar dalam membuat "komedi Judd Apatow" tanpa melibatkan Judd Apatow di dalamnya, memakai formula
mencampur lelucon lucu dengan ketidaknyamanan karakter dan cerita.
Apakah hasilnya buruk?
Terlalu kejam mengatakan ini komedi yang sangat buruk terutama jika kamu sudah
paham tipikal humor atau joke yang menjadi andalan Tina Fey dan Amy Poehler,
Sisters masih memiliki beberapa lelucon
dengan hit yang tidak buruk untuk membuat kamu tersenyum. Tina dan Amy berhasil
menampilkan Kate dan Maura sebagai saudara yang sedang bersenang-senang, tapi
sayangnya hal lain yang ada di luar chemistry dan keintiman memikat dari dua
karakter utamanya adalah sebuah petualangan sempit yang canggung dan, well,
monoton. Masalah terbesar dari Sisters adalah
ia tidak memanfaatkan dengan baik Tina dan Amy untuk menciptakan sebuah komedi
yang segar, justru melakukan formula serupa yang banyak dilakukan oleh komedi
yang standar.
Karakter Kate dan Maura
sedang memiliki masalah terkait kehidupan, dan dari situ dapat ditangkap niat Sisters untuk membawa isu tentang keluar
sejenak lalu bertumbuh. Tidak mengharapkan sajian yang melankolis namun
ternyata isu tersebut seperti menjadi gimmick
murahan untuk menghadirkan kekacauan yang dilakukan dua wanita usia fourty-something. Pesta pora, bahasa
kotor, dari kotoran, payudara, hingga private area, itu digunakan oleh Kate dan
Maura untuk memperoleh malam terbaik yang pernah mereka alami. Masalah pada
masa kecil dan masalah pada proses penuaan yang dialami karakter justru seperti
jadi beban bagi komedi ini untuk tampil lepas, tidak peduli seberapa keras ia
mencoba lucu menggunakan kekacauan pesta.
Tidak heran ketika Sisters berakhir ada perasaan missing
yang ia tinggalkan. Potensi yang ia miliki besar, tapi chemistry serta
absurditas yang kuat dan memikat antara Tina
Fey dan Amy Poehler tidak mampu
untuk membantu Sisters mencapai
posisi yang lebih tinggi dari level dimana eksekusi cerita yang malas itu
berada. Sisters mencoba menggabungkan
komedi dan drama tapi sayangnya koneksi di antara dua bagian itu tidak kuat,
mengajak penonton mengamati realitas dari penuaan dengan komedi yang terlalu
bertumpu pada materi R-rated dengan hit dan miss yang sama besar. Punya momen
lucu namun Sisters bukan komedi yang memorable. Segmented.
0 komentar :
Post a Comment