"Evil always finds its victim."
Sebuah film horror yang baik mampu membuat
penontonnya takut ketika ia hadir di hadapan mereka dan meninggalkan memori
yang “baik” ketika penonton berpisah dengannya. Sebuah film thriller yang baik sangat sederhana, ia
harus memberikan thrill yang oke. Sebuah film misteri yang baik bukan hanya
harus mampu memberikan masalah rumit tapi menjadikan kerumitan itu jadi menarik
untuk diikuti. Tiga hal tadi coba dilakukan oleh film ini, Regression, sebuah upaya regresi menggunakan topeng satanisme yang sangat mini.
Pada tahun 1990 seorang
detektif bernama Bruce Kenner (Ethan
Hawke) mendapatkan sebuah kasus tentang pemerkosaan anak di bawah umur. Angela Gray (Emma Watson), wanita muda
berusia 17 tahun yang taat pada agama mengatakan ia telah diperkosa oleh sang
ayah, John Gray (David Dencik). John
sendiri tidak mengakui perbuatannya tersebut, namun di sisi lain ia juga tidak
membantah tuduhan tersebut karena mengatakan tidak ingat apakah ia pernah
memperkosa Angela. Dengan bantuan ahli psikologi bernama Kenneth Raines (David Thewlis), Bruce Kenner mencoba masuk ke dalam
pikiran Gray untuk menemukan jawaban dari misteri tersebut.
Hanya begitu? Iya, Regression memiliki sinopsis yang begitu dangkal, tipikal film horror misteri yang
tidak menemukan ide yang lebih segar untuk menakut-nakuti penontonnya. Oh, ini
bukan horror, Regression merupakan
sebuah psychological thriller, tapi
mengapa saya menyebutnya sebagai sebuah horror
karena setelah selesai menontonnya Regression
berhasil meninggalkan kenangan sebagai film yang “horror.” Menjemukan, iya
begitulah sederhananya, durasinya hanya 106 menit namun aksi mengecek jam
tangan berulang kali saya lakukan. Ini sebenarnya punya potensi untuk di buat
sebagai sebuah drama psikologis dengan menaruh fokus pada masalah kejiwaan
karakter utamanya, tapi niat Alejandro
Amenábar ternyata berbeda dan hasilnya thriller dengan thrill yang miskin.
Bukan berarti tidak
punya thrill sama sekali, beberapa momen yang akan membuat kamu waspada masih
dimiliki film ini, tapi tone cerita yang seolah ingin menjadi True Detective dengan misteri
supranatural justru semakin menyulitkan film ini bernafas. Jika Regression punya materi yang oke mungkin
niat Alejandro Amenábar tadi bisa
tercapai, tapi di sini semuanya terlalu sederhana dan celakanya itu ia
tampilkan dengan mencoba terlalu keras untuk tampak kompleks atau rumit. Hal
terbaik dari film ini terletak pada ide cerita, masalah kriminal yang menaruh
rasa curiga pada praktik satanisme,
tapi narasi tidak berhasil menarik daya tarik misteri untuk tinggal di pikiran
penonton sehingga sulit untuk merasa terlibat di dalam cerita.
Yang sering saya
rasakan selama menyaksikan film ini adalah bukan mempertanyakan hal mistis yang
coba didorong oleh cerita menjadi fokus tapi siapa sebenarnya Angela dan John.
Apakah Angela remaja yang sedang depresi? Apakah sang ayah punya masalah kejiwaan?
Apakah mereka merupakan pemuja setan? Bukankah hal itu bagus, berarti karakter
punya daya tarik untuk diteliti. Tapi di samping karena informasi tentang
subjek yang terbatas perhatian penonton akan beralih pada proses penyelidikan
yang kurang agresif dan rakus mengisi cerita. Semakin parah karena Alejandro Amenábar ternyata kurang
cerdik dalam memainkan alur ketika ia ajak penonton berputar kebelakang untuk
menghidupkan kembali trauma korban tapi daya tarik kearah depan untuk menemukan
jawaban jadi hilang.
Regression
mengkhianati tujuannya sendiri, tidak membawa kamu menemukan jawaban dari
misteri tapi mencoba memaksa kamu percaya pada teori konspirasi di dalam
cerita. Sangat mudah di mengerti jika ada penonton yang menilai ini sebagai
omong kosong karena liku-liku misteri kesulitan untuk meyakinkan akal penonton.
Dampaknya Ethan Hawke serta Emma Watson menjadi korban. Mereka
memberikan kinerja yang baik tapi materi menyebabkan kualitas akting mereka di
sini terasa di bawa standar. Sensasi seorang detektif tidak ada di Bruce
Kenner, Ethan Hawke diberikan dialog usang dan lemah. Sementara Emma Watson
justru tampak seperti boneka, kamu tertarik pada misteri yang ia alami tapi
tidak diberikan jalan yang baik untuk menelisik lebih dalam.
Regression bisa menjadi
kemasan yang bagus jika Alejandro
Amenábar memilih memanfaatkan masalah kejiwaan karakter menjadi fokus utama
bukannya hal-hal mistis yang ditampilkan sangat longgar dan monoton itu. Dasar
misteri lemah, berisikan prosedurial ala detektif yang perkembangannya terasa
lambat, Regression tidak pernah
mencoba untuk tampak sensional, ia lebih sibuk membuat penonton yakin pada
hal-hal mistis tentang satanisme.
Hasilnya sebuah thriller dengan proses prosedurial klise yang sangat biasa.
0 komentar :
Post a Comment