"All hail Macbeth that shall be king"
Kehidupan yang semakin
“brutal” sekarang ini telah menerapkan sistem di mana yang kuat yang bertahan,
sementara yang lemah akan berantakan. Apakah hal tersebut sesuatu yang salah?
Tidak, namun jika kamu tidak mampu menangani konsekuensi yang selalu ada
di balik setiap aksi maka yang kuat bisa saja juga berakhir berantakan. Hal
tersebut merupakan inti dari film ini, Macbeth,
sebuah war drama berisikan kebrutalan yang menawan, menghidupkan karya William Shakespeare kedalam bentuk
tragedi berdarah yang indah. Bold,
brutal, bloody, and beauty.
Karena istrinya, Lady Macbeth (Marion Cotillard) yang
haus akan kekuasaan, seorang jenderal Skotlandia kuno bernama Macbeth (Michael Fassbender) rela melakukan perbuatan keji terhadap
King Duncan (David Thewlis) yang
selama ini ia dukung. Setelah naik tahta Macbeth berubah menjadi semakin brutal
untuk mempertahankan posisi barunya, membunuh dan membantai siapa saja yang
menentangnya. Namun setiap kematian yang meninggalkan bekas bagi Macbeth dan
juga Lady Macbeth, mereka secara bertahap menjadi paranoid dan tekanan
menghadirkan kekacauan batin bagi mereka.
Macbeth merupakan
prestasi yang cerdik dari seorang Justin
Kurzel, tetap menggunakan karya William
Shakespeare sebagai pondasi tapi menggeser fokus pada konflik batin
karakter sehingga usaha menjadikan Macbeth
seperti kombinasi modern dan tradisional berakhir cantik. Beberapa
modifikasi seperti menghindari brogue Skotlandia
tanpa disertai aksi mengomel berlebihan tidak meninggalkan kesan mengganggu, di
tangan Justin Kurzel ini berhasil menjadi penggambaran yang brutal namun manis
tentang sisi gelap manusia. Iya, brutal, itu yang saya suka dari film ini,
Macbeth berhasil menampilkan ambisi dari karakter utamanya dengan kegilaan
serta kekerasan yang cantik tapi di sisi lain ada kehalusan yang menjaga citra
klasik tetap eksis.
Yeah, ini bloody tapi
tetap classy. Sangat suka dengan
adegan action, Justin Kurzel
menampilkan adegan berdarah penuh kesan angker dibumbui gerak lambat ekstrim
dengan tekstur gambar memikat arahan Adam
Arkapaw, score sumbang yang haunting dari Jed Kurzel, menghasilkan kombinasi yang membawa kamu semakin
merasakan intensitas pertempuran. Justin Kurzel seperti berniat membanjiri kita
para penonton dengan medan perang yang brutal dan total. Dampaknya oke, bukan
hanya sekedar menjadikan kesan horror cerita semakin tebal tapi tekanan yang
ada di dalam cerita dan yang dimiliki oleh karakter juga semakin oke. Untuk
bagian ini Justin Kurzel gunakan ekspresi wajah sebagai cermin untuk menampilkan
rasa “sakit” karakter.
Macbeth tidak hanya
brutal di medan perang, ia juga brutal dalam gejolak batin yang dialami oleh
karakter. Justin Kurzel paham betul
keuntungan yang ia peroleh dengan memiliki Michael
Fassbender dan Marion Cotillard
sebagai pemeran utama, dua pemeran yang ahli dalam menggambarkan kekacauan
batin lewat ekspresi wajah. Fassbender seperti lahir untuk menjadi Macbeth, cara ia menampilkan dan menjaga
ekspresi Macbeth yang bertarung antara ambisi dan tragedi terasa halus terutama
pada cara ia mengancam yang menawan. Begitupula dengan Marion Cotillard, sebagai wanita dibalik tahta ia menjadikan Lady
Macbeth punya dimensi yang misterius, seperti berjalan di atas danau es yang
bisa pecah kapan saja. Chemistry di antara mereka manis baik itu dari intimitas
hingga intimidasi.
Namun segala kelebihan
tadi sayangnya tidak menjamin film ini akan dapat memuaskan penggemar tragedi William Shakespeare. Rute yang diambil
film ini masih tradisional, dan jika kamu berhasil klik dengan “cara” yang
digunakan oleh Justin Kurzel maka Macbeth akan berakhir sebagai sebuah karya
drama klasik yang epik. Macbeth
adalah film yang tidak mudah untuk menjalin emosi namun sulit pula untuk
melupakan emosi yang ia miliki ketika telah berakhir, menyaksikan Macbeth dan
Lady Macbeth tenggelam dan bermain dengan tekanan, bertemu dengan
"setan" yang membingungkan, mengajak kamu untuk menggali ke dalam
jiwa karakter yang dihantui dan mulai melakukan tindakan mengerikan, sebuah
pola destruktif yang terasa atraktif dengan cara yang unik.
Macbeth
merupakan sebuah karya yang visioner dari sutradara Justin Kurzel, modernisasi
yang tetap menghormati pondasi plot tradisional, menaruh fokus pada drama yang
ekstrim dan brutal, sebuah masalah dengan dampak menghancurkan, menyaksikan
karakter terus bertarung dengan emosi serta tekanan psikologis yang menakutkan.
Visual yang cantik, score yang manis, serta kinerja akting yang sangat kuat
dari Michael Fassbender dan Marion Cotillard, termasuk pula
penampilan impresif dari Paddy Considine
dan Sean Harris, Justin Kurzel berhasil membentuk Macbeth menjadi sebuah kebrutalan yang tasty, sebuah tragedi
berdarah yang indah.
Thanks to: rory pinem
kak @riringina....ditunggu review film JOY, meskipun kecewa banyak yg bilang filmnya buruk :( *dan masih nunggu review room dipindah kesini :)
ReplyDeleteHi Kate...:) Review sampai tanggal 31 nanti sudah dijadwal, dan untuk Joy tanggal 27 ya.. Review Room nanti akan hadir lewat update early list. :)
DeleteKak, Freak of nurture, ditunggu reviewnya, agak penasaran, soalnya rating IMDB-nya lumayan tinggi. Kalo bagus aku mau nyari DVD-nya...
ReplyDelete