"The tragedy of the Essex is the story of men. And a Demon."
In
the Heart of the Sea merupakan sebuah film yang mengejutkan,
dan sumbernya adalah sang sutradara Ron
Howard. Salah satu keahlian dari Ron Howard sebagai seorang sutradara
adalah ia akan membawa kamu sebagai penonton untuk tidak hanya sebatas berkenalan
dan tahu terhadap konflik dan karakter, kamu dibawa masuk kedalam cerita dan
merasa dekat dengan karakter, paham dengan taruhan dari konflik dan semakin
menarik karena merasa ikut terjebak bersama karakter di dalam konflik. Hal
positif tadi menjadi sumber dari kejutan yang diberikan oleh film ini, maksi di
aksi, mini di hati.
Pada tahun 1850, Herman Melville (Ben Whishaw) datang
kepada Thomas Nickerson (Brendan Gleeson)
yang setuju untuk berbagi cerita ketika ia menjadi salah satu yang selamat dari
perburuan paus yang dilakukan kapal Essex.
Kala itu Nickerson merupakan anggota baru awak kapal yang berada di bawah
pimpinan Owen Chase (Chris Hemsworth).
Chase diminta membawa berlayar Essex untuk pertama kalinya dengan janji bonus
besar jika ia berhasil membawa minyak paus dalam jumlah yang diminta. Namun ada
satu syarat, Chase bukan pemimpin tertinggi dalam ekspedisi tersebut, ia berada
di bawah pimpinan Kapten George Pollard,
Jr. (Benjamin Walker), yang menjadi awal mula masalah besar.
Hasil yang diberikan
oleh In the Heart of the Sea
meninggalkan misteri tersendiri bagi saya, karena dengan jadwal rilis di awal
tahun namun kemudian mundur menjadi akhir tahun yang berada di masa awards
season selalu menciptakan kesan bahwa ada sesuatu yang menjanjikan darinya.
Secara teknis ini manis, Ron Howard
berhasil menyajikan sebuah petualangan yang oke baik itu dari sinematografi
hingga visual efek yang mampu menciptakan ketegangan mengasyikkan ketika momen
perburuan hadir, tapi ada masalah besar di dalam In the Heart of the Sea yang lucunya menciptakan kontradiksi
menggelitik jika melihat judul yang ia gunakan. Apa? Film ini tidak punya hati!
Seperti itu sederhananya.
Ibarat menerjemahkan
dari satu bahasa menuju bahasa lain, film ini seperti google translate ketika ia pertama kali muncul dahulu: makna
mungkin dapat dimengerti tapi susunan kalimat terasa kaku. Sulit untuk memiliki
koneksi dengan cerita dan karakter, hal yang sebenarnya merupakan sesuatu yang
penting dari tipe film seperti ini. In
the Heart of the Sea gagal menciptakan jalinan emosi antara karakter,
cerita, dan penonton, pada awalnya baik, bagaimana masalah yang dihadapi oleh
Chase membuat saya menaruh simpati, perpisahan dengan istrinya juga dikemas
dengan baik. Tapi setelah itu adalah sebuah drama stereotip yang monoton,
sebuah drama yang ingin menerjemahkan semangat pantang menyerah namun kurang
berhasil memolesnya sehingga terasa keruh dan seperti karakter, terjebak di
lautan luas.
Sepintas hal tadi
memang tampak sepele, namun dengan durasi sebesar 121 menit In the Heart of the Sea tidak pernah
berhasil menarik penonton untuk terikat kuat dengan perjuangan Chase dan
timnya. Ketika melakukan perburuan semuanya terasa manis terutama pada
permainan sudut pengambilan gambar yang sangat oke, tapi ketika itu berlalu
yang kita peroleh adalah mode menunggu. Saya juga tidak habis pikir bagaimana
caranya Ron Howard gagal memanfaatkan karakter Herman Melville dan Thomas
Nickerson untuk membantu mendongkrak daya tarik cerita, porsi yang mereka
miliki terasa terlalu biasa. Begitupula dengan perputaran pov, cerita berasal
dari sudut pandang Nickerson muda (Tom Holland) sehingga yang terjadi
di luarnya terasa hambar, termasuk tik-tok menjemukan antara Chase dan Pollard.
Pada akhirnya kesan
yang dihasilkan oleh In the Heart of the
Sea adalah sebuah kebingungan narasi yang tidak mampu menjaga sensasi. Ron Howard tidak menyediakan jalinan
yang kuat untuk menghubungkan penonton dengan karakter dan juga cerita sehingga
petualangan Essex tidak menciptakan pukulan emosi dan hati yang mumpuni,
senjata krusial dari sebuah kisah bertahan hidup. Sisi action sangat oke tapi
di sampingnya eksis drama yang monoton, drama berisikan kesengsaraan yang senang
berlama-lama meskipun sadar ia punya nyawa yang tipis. In The Heart of the Sea seharusnya spektakuler, punya potensi untuk
menjadi kombinasi antara Kon-Tiki dan
Life of Pi, tapi akibat fokus yang
lemah serta kedalaman yang dangkal baik itu pada karakter dan cerita hasilnya
sebuah petualangan di tengah laut yang kesulitan bernafas.
Thanks to: rory pinem
saya kira saya saja merasakan hal itu saat nonton film ini.
ReplyDeletetadi nya saya mengira ikan paus yg besar itu bakal tertangkap tpi yg ada hanya pertahan hidup utk kembali pulang..
juga pas menit2 terakhir pas mereka terpaksa menjadi kanibal utk bertahan hidup terasa hampa memang benar tdk ada emosi yg seharua nya di hadirkan pas scane itu..kalo ada interaksi yg memisah menbuat penonton peduli pada nasib tokoh pasti bakal bagus dan menyentuh.
tpi dari sisi gambar bagus apa lagi saat proses serangan paus itu
Mantap Nie Film Sobat.
ReplyDeletejust an interpretation of the two great moby ..
ReplyDeletehttps://www.youtube.com/watch?v=powcDgrQx0g