"Repetitive head trauma chokes the brain! And turns man into something else."
Concussion
ini seperti seorang karyawan yang suatu ketika menemukan “noda” di tempat
kerjanya yang dapat ia gunakan untuk naik ke jabatan yang jauh lebih tinggi,
namun bukan bukannya memilih memanfaatkan keuntungan tersebut semaksimal mungkin
ia pada akhirnya justru memilih kembali merahasiakan noda tersebut setelah puas
dengan negosiasi dari pihak yang menciptakan noda tadi. Punya potensi yang
menarik Concussion adalah sebuah
provokasi tanpa touchdown.
Pada tahun 2002, Dr. Bennet Omalu (Will Smith) yang
merupakan ahli saraf forensik terkemuka di Pittsburgh diminta untuk melakukan
otopsi pada jenazah Mike Webster,
center player di Pittsburgh Steelers.
Omalu menemukan kerusakan pada otak Webster, ia yakin Webster meninggal dunia
di karenakan disorder Chronic Traumatic
Encephalopathy (CTE) yang merupakan dampak kumulatif akibat benturan yang
sering Webster alami ketika masih aktif menjadi pemain. Dengan bantuan mantan
dokter tim Stellers, Dr. Julian Bailes
(Alec Baldwin), neourologist Dr.
Steven DeKosky (Eddie Marsan), dan coroner Dr. Cyril Wecht (Albert Brooks), Omalu menerbitkan makalah terkait
temuannya tersebut meskipun tetap dibantah oleh NFL.
Pada bagian awal Concussion secara mengejutkan saya
merasa ini bisa menjadi pemain serius di awards season khususnya sebagai perahu
bagi Will Smith di kategori pemeran
utama terbaik. Cara Peter Landesman
menampilkan masalah yang tentu saja akan terasa sensitive bagi pencinta NFL itu terasa oke, masalah yang
ditemukan oleh Omalu langsung mencuri perhatian dan berdiri di panggung utama.
Tidak hanya itu, karena kamu juga akan tertarik pada bagaimana konflik tersebut
akan bercerita sesudah itu, bagaimana cara film ini menyampaikan “suara”
miliknya terhadap isu kesehatan tadi dan di sisi lain bagaimana cara Concussion menggambarkan respon dari
pihak NFL yang dalam kasus ini tentu saja menjadi sasaran tembak masalah.
Semua berawal dengan
baik, Will Smith juga dengan tenang
mampu menyampaikan semangat yang begitu besar pada keinginannya agar diperoleh
solusi supaya apa yang terjadi pada Webster tidak terulang kembali. Sayangnya
penampilan memikat Will Smith tadi
tidak terjadi di elemen lain di sekitarnya. Seperti yang saya sebutkan di awal
tadi ini punya potensi untuk mengangkat masalah kesehatan tadi agar menjadi
sorotan publik tapi Peter Landesman
ternyata seperti tidak ingin mencari masalah dengan NFL. Akibatnya adalah pukulan yang dihasilkan film ini terhadap
konflik utamanya terasa lemah, seperti ada kompromi antara Concussion dengan
NFL agar dua pihak dapat sama-sama senang di akhir cerita.
Sebenarnya pilihan
untuk bermain aman tersebut bukan sesuatu yang salah, asalkan sejak awal ia
tidak menciptakan sesuatu yang seolah menjanjikan ini akan menjadi penggambaran
yang tajam terhadap masalah kesehatan pada industry olahraga. Concussion melakukan itu, sejak awal ia
seperti menempatkan dirinya sebagai David dan di sisi lain NFL sebagai Goliath
sehingga penonton menaruh harap agar David dapat menumbangkan Goliath. Tapi
kenyataannya Concussion terjebak
dalam alur prosedurial yang seolah setengah hati berbagi cerita dengan
penonton, karena itu tadi seolah ada kesepakatan agar David dan Goliath
sama-sama bahagia. Hasilnya untuk memperpanjang cerita hadir kisah cinta yang
terasa dipaksakan, fokus jadi lemah, dan api pada masalah utama perlahan mulai
padam.
Pada akhirnya Concussion tidak menjadi sebuah film
yang mencoba membuka mata penonton pada penyalahgunaan yang terjadi di industri
olahraga, bahkan ini justru terasa seperti usaha meyakinkan kita bahwa NFL bukan sebuah olahraga yang sangat
berbahaya, hal yang sangat bertolakbelakang dengan cara ia mengemas konflik
utama di awal. Tidak mengharapkan sesuatu yang eksploitatif namun isu sensitif
seperti ini masih terhitung mudah untuk dikemas menjadi sajian yang berani
namun sopan jika menilik apa yang dilakukan oleh Spotlight. Concussion pada
dasarnya sudah memilih bermain aman sejak awal jadi tidak heran usahanya untuk
tampak inspiratif tidak meninggalkan dampak yang kuat, karena pada dasarnya ia
tidak memberikan penonton pukulan yang kuat. Oke, tapi tidak menghasilkan touchdown.
Thanks to: rory pinem
kalo di cerita nyatanya gimana kelanjutan kasus ini
ReplyDelete