"If there's one person you want at your side at a time like this, it's your loyal dog."
Pada awalnya saya
sangat optimis The Peanuts Movie
dapat menjadi salah satu calon kuat di kategori animasi tahun ini, meskipun
sejak pertengahan tahun kita sudah tahu siapa juaranya. Membawa pesan yang
sederhana The Peanuts Movie memang
berhasil menjadi sajian animasi yang lembut, bukan sebatas nostalgia bagi
penonton dewasa namun juga berhasil menjadi petualangan yang manis bagi penonton
muda, namun bagaimana setelah film ini berakhir? It’s good, but, yeah.
Setelah mendapat saran
dari Lucy (Hadley Belle Miller) dan Linus (Alexander Garfin) agar ia lebih
percaya diri dalam mengungkapkan perasaannya, Charlie Brown (Noah Schnapp) memutuskan untuk masuk ke tahap lanjut
dalam usahanya meraih perhatian tetangganya Little Red-Haired Girl (Francesca Capaldi). Charlie berusaha berubah
dengan berbagai cara, dari tampil di pertunjukan bakat hingga menari. Sementara
disisi lain anjing setianya Snoopy (Bill
Melendez) juga sedang tenggelam didalam imajinasi, menjadi pilot di Perang
Dunia I, berhadapan dengan pesawat tempur Jerman The Red Baron untuk
menyelamatkan cinta sejatinya, Fifi
(Kristin Chenoweth).
Sumber utama cerita, Peanuts karya Charles M. Schulz, yang sudah hadir sejak ayah saya masih duduk di
bangku sekolah dasar ternyata jadi masalah utama film ini. Sutradara Steve Martino dan tim penulis seperti
punya tugas untuk tidak membuat ini jadi kemasan animasi yang hanya menghibur
penonton muda, mereka juga mencoba untuk tidak mengecewakan penonton dewasa
dengan berusaha membuat rasa nostalgia. Itu masalahnya, sama seperti cerita
yang terbagi dua dengan konsep cerita didalam cerita The Peanuts Movie akhirnya terbagi menjadi dua bagian. Tidak salah
memang tapi for me batasan yang mereka ciptakan perlahan terasa kasar, kesan
yang muncul adalah bagian ini untuk penonton muda yang dapat
"merepotkan" penonton dewasa, dan bagian ini untuk penonton dewasa
yang mungkin akan sulit untuk klik dengan penonton muda.
Bukan berarti buruk,
sama seperti Ice Age dan Rio film ini kembali menunjukkan
kualitas dari Blue Sky Studios dalam
hal menciptakan visual, manis terlebih cara mereka memainkan dimensi sehingga
karakter hidup dengan sangat baik. Tapi sama seperti dua film tadi The Peanuts Movie ternyata hanya jadi
film animasi yang fun tanpa kesan yang kuat. Aneh memang, The Peanuts Movie
membawa pesan yang menarik, dari sikap pantang menyerah dan berusaha keras
sampai dengan betapa pentingnya rasa percaya diri, skenario juga sudah
menciptakan rute sederhana sehingga semuanya mudah untuk terasa relatable, tapi hasil akhir hanya oke.
Film ini tahu pesona yang dimiliki karakter, tahu pesona dari pesan yang ia
bawa, tapi dua hal itu saat di presentasi tidak terasa tajam.
Ya jika memakai
pengandaian setelah menonton The Peanuts
Movie sensasi yang saya rasakan adalah sama seperti saat selesai mandi
dengan air hangat di kala summer, bukan dengan air dingin yang menyegarkan. Steve Martino sebenarnya tepat dalam
memilih konsep yang bijak untuk film ini, semua di set untuk tampak manis dan
sopan, bahkan humor juga tidak mencoba membuat penonton tertawa di level lol,
tapi hal tersebut tidak ia temani dengan fokus yang kuat di cerita. Sensasi
film ini adalah tipe ringan, Steve
Martino set agar penggambaran terasa nyaman dan tidak pernah memasukkan
hal-hal yang dapat menimbulkan gesekan atau yang bersifat mengancam, tapi
disisi lain ia tampak kelabakan saat menggunakan karakter-karakter yang terkenal
itu. Solusinya? Fokus, cerita terbagi dua namun harus fokus, cerita didalam
cerita antara Charlie dan Snoopy perlahan terasa tumbuh tumpul.
Mengapa sepanjang
review saya menaruh fokus pada cerita, bagaimana dengan elemen lainnya? Mereka
tidak disinggung karena tidak ada rasa kurang memuaskan diantara mereka. Jika
cerita The Peanuts Movie mampu
lebih fokus ia dapat berada setingkat dibawah you-know-who dan bersaing dengan
Shaun the Sheep Movie sebelum The Good Dinosaur mencari posisinya.
Nilai plus? Visual manis, tanpa rasa ragu it's fun, dan yang terpenting pesan
utama tersampaikan dalam level oke. Tidak ada minus besar di film ini,
petualangan berisikan kepolosan dan komedi dengan rasa oddballs serta absurditas
yang playful. Sayangnya ada minus kecil membekas buat saya, karena The Peanuts Movie punya potensi besar untuk berada di
posisi akhir yang lebih baik. Oh, fyi, The Peanuts gang seharusnya tidak semua berada di kelas yang sama. Grrrh.
Thanks to: rory pinem
Keren
ReplyDelete1.Shaun the sheep
ReplyDelete2. The peanuts
3. Inside out
Film animasi seperti the good dinosaur
seharusnya tidak perlu ada. Ckckck disney