“Did you just call our
baby a cunt?”
The
Night Before merupakan percobaan terbaru dari Evan Goldberg dan Seth Rogen untuk menciptakan komedi yang berusaha make you laugh at
tragedy, bisa dikatakan pula seperti kelanjutan dari 50/50 di dunia berbeda dengan kembalinya sang sutradara, Jonathan Levine, dan juga pemeran utama,
Joseph Gordon-Levitt. Tapi membuat
komedi dengan berlandaskan tragedi bukan sebuah pekerjaan yang mudah, itu sama
saja seperti menghibur orang yang baru saja putus cinta dan masih berurai air
mata dengan menggunakan music electronic
dance. Film ini seperti itu, ada hiburan yang fun tapi something is
missing. Weird comedy.
Sejak ia kehilangan
orang tuanya yang mengalami kecelakaan pada malam Natal 14 tahun yang lalu, Ethan Miller (Joseph Gordon-Levitt) terus
mendapat dukungan dari dua sahabatnya,
Isaac Greenberg (Seth Rogen) dan Chris
Roberts (Anthony Mackie) dengan salah satu tradisi yang mereka lakukan
adalah bersenang-senang di malam Natal. Tapi situasi terkini menyulitkan hal
tersebut untuk terulang kembali tahun depan, Isaac sedang menanti kehadiran
anak pertamanya dengan Betsy (Jillian
Bell), dan Chris semakin populer sebagai bintang NFL. Tiga sahabat ini
memutuskan melakukan tradisi mereka untuk terakhir kali, membuat malam tidak
terlupakan di kota New York.
Niat utama film ini
pada dasarnya sangat sederhana, ingin menjadi komedi yang nakal, menggunakan
tiga karakter yang sedang bersiap untuk menjadi sosok yang dewasa dan
bijaksana. Pada bagian awal film hal pertama tadi berhasil dieksekusi dengan
baik oleh Jonathan Levine, tapi
ternyata The Night Before tidak di
set untuk serupa dengan film-film Seth Rogen sebelum ini seperti This Is the End, Neighbors, dan The Interview, memiliki upaya untuk
membuat isu tentang tumbuh menjadi tua atau dewasa menjadi sesuatu yang
berkesan bagi penonton, persis seperti upaya yang dilakukan oleh 50/50 dulu. Sayangnya hasilnya berbeda,
The Night Before terasa jauh lebih longgar, aneh, dan kurang konsisten.
The
Night Before seperti pesawat jet tempur yang
mendadak lepas landas tanpa persiapan yang matang, lalu menembaki penonton
dengan lelucon tanpa memperoleh koordinat target yang tepat. Memang beberapa
ada yang mengenai sasaran, saya menemukan beberapa momen yang bahkan dapat
dikatakan sangat lucu, tapi itu tadi mereka tidak mampu menjaga agar nada
antara drama dan komedi menjadi konsisten dan seimbang. Drama? Iya, aneh
memang, karena dibalik cerita yang berisikan ingar-bingar penuh aksi tidak
waras seperti Harold & Kumar film
ini juga tetap berusaha meninggalkan isi yang bermakna didalamnya. Celakanya
dua hal itu mismatch, bagaimana
caranya menaruh simpati atau prihatin pada karakter jika yang mereka lakukan
adalah tindakan kebodohan yang cuma berusaha membuat penonton tertawa? Kontras.
Hal lain yang membuat The Night Before terasa aneh adalah ia
ingin menjadi komedi yang nakal tapi tidak pernah terasa liar. Usaha di sektor
komedi seperti masukkan semaksimal mungkin yang mereka bisa sehingga lelucon
jadi terkesan trial and error kelas
berat. Aneh, jika ingin meninggalkan kesan yang mendalam pada isu tentang
tanggung jawab dan kehidupan mengapa tidak menciptakan komedi implisit yang
lembut dengan beberapa hit besar ketimbang terobsesi pada cara nakal dalam
penyampaian. Hasilnya, sebuah komedi yang seperti terbebani, tidak tampil dengan
lepas dan bebas, momen lol yang dihasilkan sangat minim, tidak ada kejutan gila
meskipun tiga karakter untuk berusaha melakukan hal-hal gila, chemistry tiga karakter utama juga
terasa biasa.
Hal terpenting dari
film dengan tipe seperti ini tidak berhasil dibentuk dengan kuat oleh Jonathan Levine, ruang main yang
seimbang dan terkoneksi antara usaha untuk tampil lucu dan usaha untuk membuat
isi tampak meaningful. Yang The Night
Before hasilkan adalah komedi tragedy yang kurang seimbang, tipis dan punya
momen dimana ia terasa stuck, dan yang paling disayangkan ia kurang berkomitmen
dan kurang lepas ketika menjalankan dua tugas yang ia bawa. Lucu memang namun
ketika melangkah keluar studio saya ditinggalkan dengan sebuah perasaan aneh
dari sebuah komedi aneh dengan persilangan yang aneh. Michael Shannon!! Segmented.
0 komentar :
Post a Comment