"I want you to be the hero. I want you to save me."
Segala kerumitan cerita
sebenarnya tidak perlu menjadi hal yang merepotkan bagi film yang mengusung
thriller sebagai jualan utamanya, karena tugas utama memberikan thrill kepada
penonton. Heist (Bus 657) mengusung
tiga elemen: action, crime, dan thriller, dan ia merupakan salah satu dari
sekian banyak film thriller yang terjebak dalam kerumitan dan akhirnya
kerepotan untuk menghibur penontonnya dengan thrill yang menarik.
Vaughn
(Jeffrey Dean Morgan) bekerja di sebuah kasino milik Francis "The Pope" Silva (Robert
De Niro), pria yang siap melakukan apa saja untuk memperoleh keuntungan.
Uang yang berputar di kasino tersebut sangat tinggi, kondisi yang bertolak
belakang dengan Vaughn. Vaughn membutuhkan uang untuk membiayai pengobatan anak
perempuannya, dan untuk mewujudkan hal tersebut bersama penjaga keamanan di
kasino, Cox (Dave Bautista), mereka
berencana melakukan perampokan kasino tempat mereka bekerja. Semua tampak mudah
hingga hal rumit datang ketika Vaughn dan Cox melarikan diri menggunakan bus
kota.
Ide yang dimiliki film
ini memang tergolong klise tapi saya sebenarnya di bagian awal cukup suka
dengan bagaimana Scott Mann
mendirikan konsep klise tadi. Hal yang membuat film yang memiliki judul lain Bus 657 tampak menjanjikan karena dari
konsep memang ia sederhana tapi ada potensi hadir beberapa subplot yang tampak
menjanjikan, dan tentu saja jajaran cast yang belum mengikutsertakan Gina Carano serta Kate Bosworth didalam. Tidak hanya itu, bagian sangat awal juga
menarik karena cerita di tangan Scott Mann seperti tidak mau buang-buang waktu,
mereka ditarik maju dengan kecepatan oke sehingga sensasi terbentuk dengan
baik. Tapi itu tadi adalah nilai positif film ini, selebihnya adalah kekacauan
yang kacau.
Ternyata cerita dan
karakter yang bergerak cepat diawal itu merupakan usaha untuk menutupi minus
besar yang dimiliki oleh naskah film ini. Jika menggunakan bahasa halus, Heist (Bus 657) merupakan film yang tahu
ingin menjadi apa tapi tidak menemukan cara yang tepat untuk mencapainya.
Sumber utama masalah ada di naskah, kamu akan bertemu dengan beberapa perasaan
tidak beres didalam cerita karena skenario yang dibuat oleh Stephen Cyrus Sepher dan Max Adams juga dari awal hingga akhir
lebih sibuk menemukan pijakan yang tepat untuk berlari. Hasilnya? Semua yang
terjadi didalam cerita sejak sinopsis hingga
berakhir lebih terasa seperti dilempar paksa untuk bisa fit sebagai satu
kesatuan.
Karakter tidak punya
emosi padahal konflik membutuhkan hal tersebut untuk membuat perjuangan Vaughn
tampak berarti. Bicara tentang konflik banyak juga yang terbuang percuma,
seperti konflik antara Vaughn dan Cox yang diwarnai saling berteriak dan
mengejek layaknya anak kecil. Sebenarnya Heist punya beberapa subplot yang bisa
digunakan untuk membantu, gunakan karakter yang dimainkan oleh Kate Bosworth dan Gina Carano misal, bukannya menjadikan mereka sekedar tempelan
yang terasa percuma. Atau coba persempit cerita sehingga fokus jadi oke, karena cerita sudah
klise tapi Heist terus berusaha
menghadirkan belokan yang jatuhnya tampak menggelikan.
Bagaimana dengan Robert De Niro? De Niro terlihat mencoba
memberikan kinerja terbaik yang ia bisa dengan materis berisikan dialog buruk
itu, tapi tidak banyak membantu sehingga karakternya jatuh datar. Bukankah
lebih menarik menyaksikan sebuah thriller yang punya konflik sempit tapi menghasilkan
pukulan yang besar ketimbang thriller yang mencoba tampak kompleks tapi
kelabakan sehingga pukulan yang ia hasilkan lemah? Heist (Bus 657) berada di kondisi kedua, sebuah film tentang
kejahatan yang tidak punya kegelapan oke, thriller ompong yang terasa setengah
matang.
0 komentar :
Post a Comment