“You are Apollo Creed's
son. So use the name, it's yours."
Jika memang harus
dipaksa dengan tampilan fisik yang masih tampak perkasa itu Sylvester Stallone sebenarnya bisa saja
kembali terjun kedalam ring tinju seperti tahun 2006 yang lalu. Tapi apakah
menyaksikan pria berusia 69 tahun masuk ke ring dan menghantam KO
lawan-lawannya merupakan harapan semua penonton hingga fans dari film Rocky terbaru? That’s a bit, yeah. Lalu
bagaimana cara mengobati rasa rindu pada Rocky Balboa? Creed adalah jawabannya, rekonstruksi penuh hormat dari formula
klasik Rocky.
Karena sejak lahir
tidak pernah bertemu Adonis “Donnie”
Johnson (Michael B. Jordan) tidak tahu bahwa ia merupakan anak dari juara
dunia tinju kelas berat bernama Apollo
Creed. Walaupun begitu darah seorang petinju dari Apollo ternyata dimiliki
pula oleh Adonis. Hal tersebut yang membuat Adonis memutuskan untuk pergi ke Philadelphia yang dahulu merupakan
tempat diselenggarakannya pertandingan legendaris sang ayah dengan Rocky Balboa (Sylvester Stallone). Tidak
berhenti sampai disana, Adonis memutuskan menemui Rocky untuk memintanya
menjadi pelatih, permintaan yang diterima oleh Rocky karena ia melihat tekad
dan kekuatan yang dahulu pernah ia kenal dari sosok Apollo.
Tidak bisa dipungkiri
memang kalau Creed ini sangat kental
dengan rasa Rocky, ini seperti film Rocky
tanpa menggunakan Rocky sebagai judulnya. Namun dengan rasa yang akrab baik itu
dari nada sampai dengan ketukan cerita
bukan berarti film ini sangat nyaman berada di bawah baying-bayang Rocky, justru sebaliknya ia berhasil
bercerita dengan penuh percaya diri, mencampur sisi liar dan hangat namun tetap
menjaga sikap hormat pada warisan yang telah diciptakan oleh Sylvester Stallone. Creed seperti usaha regenerasi dari salah satu film olahraga yang dicintai
banyak orang itu, sinopsis standar
dengan twist oke Creed berhasil
memberikan penonton apa yang mereka kenal dari film-film Rocky dengan rasa yang
segar.
Rocky
bukan hanya tentang tinju, Rocky
adalah tentang perjuangan yang mengandalkan semangat dan rasa percaya diri
sebagai jualan utama. Hal tersebut yang berhasil ditempatkan dengan manis di
pusat cerita film ini oleh Ryan Coogler,
perjuangan mencari jati diri dari seorang underdog yang dilengkapi dengan asa
dan cinta berdiri kuat di pusat, dan setelah itu hadirkan berbagai “dentuman”
yang penonton harapkan. Hasilnya, pertunjukan cantik hasil manipulasi yang
cerdik, taruh senjata baru berupa karakter Donnie sebagai anak panah yang
menghujam penonton dengan berbagai pukulan mengasyikkan, tapi dibelakangnya
tempatkan Sylvester Stallone sebagai
pemanah yang telah mengerti bagaimana mengarahkan anak panah untuk menghujam
sasaran.
Seperti itu kira-kira
film ini bekerja, dengan sedikit style seperti dokumenter kamu akan dibawa
untuk melihat proses dimana Donnie tumbuh sebagai individu, baik itu dari
semangat, skill, bahkan cinta. Hubungan antara mentor-mentee juga dikemas
dengan hati-hati oleh Ryan Coogler,
keras dan lembut bergantian hadir tanpa membuat mereka tampak klise, kehangatan
antara Donnie dan Rocky perlahan tumbuh seperti ayah dan anak, terkadang pedih
dengan push and pull tapi rasa sayang terus tumbuh. Tidak heran ketika telah
merawat unsur drama dengan terampil bukan hanya montase pelatihan menjadi tidak
monoton tapi ketika Donnie masuk kedalam ring tinju Coogler memetik hasil dari
pondasi yang ia buat pada karakterisasi dan emosi, boom boom boom pada
pertarungan terasa oke karena kita sudah peduli dengan perjuangan
Donnie.
Dengan berbagai
kelebihan tadi bukan berarti Creed
tidak punya kekurangan, dari naskah meskipun dialog oke tapi di beberapa bagian
terasa goyah karena durasi memang juga cukup gemuk, begitupula dengan unsur
romance yang walaupun punya peran penting tapi daya tariknya timbul dan
tenggelam. Namun apakah itu mengganggu? Tidak, apalagi ketika Michael B. Jordan dan Sylvester Stallone terus mencuri perhatian dengan kinerja mengesankan mereka.
Jordan berhasil menjadi anak panah yang baik dengan kesuksesan terbesar adalah
menjadikan ini film tentang Donnie, bukan tentang Rocky. Sedangkan Stallone
memberikan performa mengejutkan, Rocky
yang merupakan pria sederhana kembali hadir tapi berhasil menjadi pemandu yang
bukan hanya mengarahkan namun sesekali “menampar” dan “mencambuk” anak
didiknya.
Creed
berhasil menjadi sebuah jembatan yang manis antara old dan new dari film series Rocky, menghadirkan kembali sport drama penuh dengan "pukulan" keras yang menarik tanpa lupa untuk juga memberikan emosi yang sama
meriahnya kedalam pertunjukkan. Michael
B. Jordan dan Sylvester Stallone memberikan
kinerja yang mengesankan, dan Ryan Coogler
memberikan kendali dan eksekusi yang tepat sasaran. Hasilnya, regenerasi yang
menyegarkan dan penuh rasa hormat terhadap dunia Rocky. Manis.
Thanks to: rory pinem
0 komentar :
Post a Comment