"Some people change your life forever."
Apakah cinta punya masa
kadaluarsa? Apakah cinta punya batasan yang melarang dua insan saling
melengkapi gairah asmara yang mereka miliki? Ketika melihat pasangan kakek dan
nenek jalan bergandengan tangan selalu ada rasa iri pada mereka, karena mereka
mampu mendapatkan dan mempertahankan rasa cinta yang mungkin saja mereka mulai
setengah abad sebelumnya. Ya, perjuangan
mempertahankan lebih sulit ketimbang perjuangan saat mencoba mendapatkan. Mendapatkan cinta, merasakan cinta, mempertahankan rasa cinta, Carol tampilkan itu dengan gairah yang
indah dan mewah. Romance with orchestra.
Carol
Aird (Cate Blanchett) sedang menghadapi masalah dalam pernikahannya
dengan Harge Aird (Kyle Chandler) yang
berada di ambang perceraian. Satu-satunya hal yang menyebabkan mereka masih
bersama adalah putri kecil mereka. Suatu ketika Carol lupa membawa sarung
tangan ketika ia membeli mainan bagi putrinya yang di rekomendasikan oleh pekerja
di department store tersebut, Therese
Belivet (Rooney Mara). Therese yang memiliki hobby fotografi itu
mengirimkan sarung tangan Carol ke rumahnya di New Jersey, dan sebagai bentuk terima kasih Carol mengundang
Therese untuk makan siang bersama. Celakanya pertemanan Carol dan Therese
tumbuh sangat besar.
Carol ini seperti
panggung teatrikal dengan iringan orchestra yang membuat penonton seperti
terhipnotis ketika sedang menikmatinya. Masalahnya sangat sederhana, polemik
tentang cinta, tapi di tangan Todd Haynes
semua elemen di kemas dengan begitu indah seolah-olah Carol datang sebagai
sebuah kesatuan di mana seperti tidak ada pembatas yang membuat cerita,
karakter, hingga elemen pendukung seperti score, sinematografi, dan tatanan
desain terasa terpisah hingga akhir. Sejak awal script yang ditangani oleh Phyllis Nagy sudah berhasil menetapkan
dasar yang kuat, dan dibawah kendali penuh percaya diri dari Haynes film ini
terus tumbuh untuk membawa kamu merasakan kembali romance dengan cita rasa
retro yang begitu manis.
Apa yang menjadi
kekuatan utama dari Carol? Banyak.
Ya, banyak. Hal-hal yang disebutkan di paragraph sebelumnya tadi seperti saling kerjasama untuk membuat penonton terus terpesona sampai akhir. Suatu ketika
kamu akan tenggelam ketika mengamati bagaimana desain begitu detail dalam
menyokong feel dari cerita, di momen lain score hadir menyentil, setelah itu
selesai kita diberikan kualitas akting yang tidak hanya bersinar pada dua
pemeran utama saja tapi hingga pemeran pendukung. Dan semua itu dilengkapi
dengan nyawa yang begitu kuat. Jika harus memilih kekuatan utamanya, saya akan
memilih nyawa atau emosi sebagai bagian tercantik dari Carol, kamu bisa merasakan ia terus bernafas tapi posisinya itu
terus bersembunyi. Itu bagian tercantik film ini, ada gairah yang kuat namun
misterius.
Menariknya, meskipun
membawa tema lesbian sulit untuk memberikan label film LGBT secara frontal
kepada film ini. Carol seperti versi softcore
yang berkelas dari jenis tersebut, ia sangat terkendali dan tepat sasaran
dalam memberikan emosi yang di bakar perlahan dan sedikit-sedikit. Sangat suka
dengan ketegangan yang film ini berikan, thrill dari erotisme yang ditampilkan
membuat penonton terus haus dengan apa yang akan terjadi selanjutnya, di mana
level hubungan antara Carol dan Therese akan berakhir. Babak pertama memang
tampak seperti sebuah proses build-up, tapi setelah itu Carol akan memberikan
kamu ledakan-ledakan kecil namun tajam yang mengasyikkan. Hanya dari gerakan
bibir, tatapan mata, hingga sentuhan-sentuhan kecil hadir erotisme halus yang
nikmat.
Nah, itu juga salah
satu keistimewaan film ini, ia memberikan kisah cinta dengan mengandalkan
masalah kasih sayang dibumbui erotisme yang bukan sekedar membuat kamu duduk
mengamati saja tapi juga merasakan yang karakter rasakan. Semakin menarik
karena yang dapat kamu rasakan dari Carol
itu ternyata banyak. Ini tidak sebatas tentang dua wanita yang saling jatuh
cinta belaka, hadir kesedihan dan perjuangan yang menjadikan ia tambah manis.
Carol dan Therese seperti kutub magnet yang saling tarik menarik secara
perlahan, tapi di sisi lain lingkungan sekitar mencoba memisahkan mereka.
Sederhana? Iya, itu jika di dalam cerita ada batas antara antagonis dan
protagonist. Carol tidak punya itu.
Kita dibuat ingin agar Carol dan Therese menemukan kebahagiaan, tapi kita juga
dibuat memahami motivasi dari orang-orang yang mengancam hubungan dua wanita
ini.
Semua keindahan yang
diberikan oleh Carol mungkin akan
sulit tercapai tanpa kinerja yang kuat dari cast, terutama dari dua pemeran
utamanya. Blanchett dan Mara menghadirkan dynamic duo dengan chemistry yang
luar biasa, membuat hubungan antara dua Carol dan Therese tampak normal tapi
menegangkan, gairah dan nafsu dikemas dengan elegant. Sulit untuk membahas Cate
Blanchett karena itu akan seperti menggunakan sebuah template, kualitas akting
Cate Blanchett disini adalah kualitas yang kita kenal dari seorang Cate Blanchett. Kesan bitchy dan glamor
dari Carol seperti tersembunyi penuh misteri, martabat versus rasa rindu, ia
seperti serigala yang siap menerkam domba polos yang ia incar. Dan kinerja Rooney Mara adalah kejutan menyenangkan,
setiap gerakan dan sentuhan kecil yang ia lakukan menghasilkan dampak kuat,
ekspresi mata dan wajah yang kuat, ia buat Therese tumbuh dari domba menjadi
serigala sopan seperti Carol.
Berawal dari kesulitan
cinta antara dua wanita di tahun 1950an, Carol
berakhir sebagai sebuah kisah cinta dengan komposisi dasar yang sangat klasik
namun tampil menawan karena dikemas dengan elegant. Tidak banyak yang terjadi
dari segi konflik, tapi cara Carol memainkan
materi membuat hal yang tampak sederhana itu menjadi cantik. Ini sebuah romance yang solid, menggunakan isu
lesbian untuk memberikan kamu sebuah kisah cinta yang cerdas, dikendalikan dan
dirakit dengan sangat baik oleh Todd Haynes dan dibantu penampilan cast yang
oke terutama dua pemeran utamanya, sejak awal hingga akhir Carol seperti
malu-malu kucing dalam mengumbar gairah yang efektif ia tebar, kuat dalam
mencengkeram penonton sehingga tidak pernah jatuh menjadi melodrama yang
berlebihan tapi tumbuh menjadi gejolak cinta yang mengagumkan. Segmented.
Thanks to: rory pinem
Semua kata-kata yang ada direview ini sangat saya rasakan. Great Job!
ReplyDeleteBtw saya juga buat review film ini._. jika tertarik https://therllock.blogspot.com/ Thanks! Indah bgt kata-katanya.
such a beautiful lgbt film after "The Normal Heart" buat saya. Sy jd obsessed being Carol,hehe
ReplyDelete