"I want you to stay here with me."
Menarik untuk membuka
sebuah review dengan cara seperti ini, memberikan warning bahwa Brooklyn dari luar tampak sangat
sederhana namun dibalik itu ia ternyata merupakan sebuah drama romance yang
sangat “berbahaya”. Brooklyn berhasil
membuat penontonnya tidak hanya merasakan cinta ketika ia hadir di hadapan
mereka, kamu akan pulang bersama kehangatan cinta dengan kadar yang lebih
besar, kamu akan pulang dengan keinginan yang juga tidak kalah besar untuk
tenggelam lebih jauh di dalam cinta. In
terms of romance this one not only a top-notch, it’s a killer!
Eilis
Lacey (Saoirse Ronan) mengucapkan salam perpisahan dengan ibu
dan adiknya untuk pergi melintasi Atlantik menuju USA pada tahun 1951. Wanita
asal Irlandia itu akan menetap di Brooklyn dengan harapan utama untuk menemukan
pengalaman dan tentu saja kehidupan yang baru. Setelah mendapat pekerjaan
sebagai palayan di sebuah department store, Eilis kemudian bertemu dengan Tony Fierrelo (Emory Cohen), pemuda
Italia yang sopan dan menawan. Cara Tony meraih atensi dan hati Eilis sangat
manis, tidak heran hubungannya dengan wanita pemalu itu melangkah lebih jauh.
Namun ketika Eilis di panggil pulang ke Irlandia ia kemudian mengalami gejolak,
mana yang harus ia pilih, rumah baru atau rumah lamanya, terlebih rekan kencan
settingan Eilis, Jim Farrell (Domhnall
Gleeson), merupakan pria yang tak kalah menawan.
Pada dasarnya cerita film yang mengambil bahan dari
novel dengan judul sama karya Colm Tóibín
ini sangat sangat sederhana, bahkan dari sinopsis
tadi kamu dapat menilai dengan mudah bahwa Brooklyn
dari segi cerita merupakan perpaduan berbagai hal klasik dari romance. Brooklyn punya getaran cinta yang baru
saja bersemi, lalu terpisahkan dan kemudian membuat medan perang berisikan rasa
yang kita kenal dengan rindu, setelah itu ada rasa ragu didalamnya namun sikap
teguh yang eksis disisi lain juga tidak kalah besar sehingga sesuatu yang
sekilas sederhana jadi tampak seperti gejolak kompleks. Itu, hal tersebut
merupaka isi dari film ini, sesuatu yang banyak di alami oleh mereka yang
merantau atau menjalani hubungan jarak jauh dengan orang yang mereka cintai.
Lalu apa yang membuat
hal klasik dan sederhana tadi terasa istimewa disini? Brooklyn berhasil
melakukan apa yang The Theory of
Everything lakukan tahun lalu, Her dua
tahun lalu, serta The Perks of Being a
Wallflower dan Moonrise Kingdom
lakukan tiga tahun lalu, sebuah drama romance yang tidak hanya terasa sangat
kuat dan sangat hangat, tapi ia berhasil meninggalkan penonton dengan perasaan
segar terhadap topic utamanya, yaitu cinta. Menyaksikan Brooklyn seperti berjalan di sebuah hutan kecil yang berada di
tengah kota, ada perasaan segar tentang cinta yang akan kamu peroleh. Rasa itu
muncul karena Brooklyn seperti terus
menghasilkan "oksigen" yang enak untuk di hirup, semua berkat sisi
gelap dari masalah yang di alami oleh Eilis ada di kadar yang pas sejak awal
hingga akhir.
Hal yang paling saya
sukai dari Brooklyn adalah ia sejak
tidak mencoba untuk menjadi drama yang epic. Brooklyn punya misi untuk menyampaikan isu home is home, makna dari
“rumah” yang lalu ia temani dengan pilihan yang dapat mempengaruhi kehidupan
Eilis, tapi itu tersampaikan tanpa menciptakan kesan menggurui. Script yang di
tulis oleh Nick Hornby berhasil
menciptakan pola utama masalah lengkap dengan karakter-karakter yang charming
itu, lalu arahan John Crowley juga
sukses menyeimbangkan sisi putih dan hitam yang dimiliki oleh Brooklyn, dari
memanfaatkan panorama, fokus pada karakter, bahkan aksi mondar-mandir punya
tone yang manis, tapi kekuatan Brooklyn
terletak pada kemampuannya membuat satu ruang di sisi Eilis bagi penonton
sehingga mereka seperti berjalan bersama Eilis.
Keputusan untuk membuat
karakter sedekat mungkin dengan penonton yang menjadikan kepedihan yang dialami
oleh Eilis terasa nyata, begitupula dengan kebahagiaan yang ia peroleh.
Brooklyn seperti studi karakter yang sangat serius tapi santai. Konflik antara
rumah baru dan rumah lama punya charm yang sangat kuat sehingga penonton dapat
merasakan bagaimana sulitnya Eilis mengambil keputusan. Dibantu dengan kinerja
editing yang oke John Crowley cermat
dalam mengatur komposisi disini, wanita yang terperangkap di antara dua negara,
dua cinta, dan dua sisi dirinya diolah dengan baik jadi alur tidak pernah
terasa stuck. Ia juga sangat baik dalam menyatukan drama dan komedi, ada momen
menyentuh dan emosional yang dapat menyulitkan kamu menahan air mata, tapi
humor lembut juga kerap menciptakan sensasi kecil yang asyik.
Dan semua keindahan itu
eksis berkat kemampuan cast menghidupkan setiap karakter. Penampilan Jim Broadbent stabil, tapi Julie Walters tidak karena ia jadi
kejutan yang menyenangkan. Dua karakter utama pria dimainkan dengan baik oleh Emory Cohen dan Domhnall Gleeson. Kesuksesan mereka serupa, sukses membangun
chemistry yang kuat dengan karakter Eilis sehingga disatu sisi kamu dibuat
rooting dengan hubungan mereka tapi disisi yang lain kamu perlahan menjadi
seperti Eilis, bingung memilih yang mana. Dan mari berikan nominasi Oscars kedua bagi Saoirse Ronan. Ia mengendalikan karakter di sekitarnya, ia
mengendalikan penonton untuk berinvestasi emosi pada Eilis, transisi Eilis dari
pemalu menjadi wanita mandiri terasa cantik, tidak ada kesan kasar. Dan saya
sangat suka bagaimana Saoirse melenyapkan kesan “lemah” Eilis dan mengubah
posisi, dari awalnya sekedar “cinta” mana yang harus Eilis pilih, menjadi
“cinta” mana yang layak mendapatkan “cinta” dari Eilis.
Di Irlandia Eilis punya
sejarah, di Amerika ia punya masa depan, jika kamu di tempatkan di situasi
tersebut mana yang akan kamu pilih? Itu pola awal saja karena dari sana muncul
sebuah drama romance yang kompleks namun ringan. Benar, kompleks namun ringan
karena Brooklyn seperti pertarungan
dua sisi dimana tidak ada si jahat yang eksis disana sehingga sulit mengambil
keputusan karena dua sisi itu dipersenjatai dengan emosi yang cantik. Dilema
itu yang digunakan dengan cerdas oleh John
Crowley, dari kisah coming-of-age dibumbui asmara yang di bakar dengan tempo oke hingga hal sederhana
seperti ekspresi karakter, Brooklyn berhasil
menjadi sebuah kisah cinta segitiga standard yang terasa special. Cantik. Segmented.
Thanks to: rory pinem
Dimana ini nontonnya, author?? Gak sabar banget!!
ReplyDeleteHallo Dean dan Ammy. Film ini saya tonton di AMC Loews Lincoln Square 13, NY. :)
Deletehahaha,pertanyaan yang sama, nonton dimana??
ReplyDeleteDi indonesia belum adaaaa!!! Dari liat trailer nya udh lama, eh belum muncul di indonesia!!
ReplyDeleteApakah ada film sejenis Brooklyn lagi?
ReplyDeleteSilahkan cek top grade. :)
DeleteSilahkan nonton di fox movies premium tanggal 26 september ini..
ReplyDelete