Tentu saja kita akan
bertanya ketika muncul kabar bahwa sebuah film akan di
lakukan remake atau di reboot, karena dua hal tadi bukan sebuah
pekerjaan yang mudah, apalagi jika film aslinya sudah punya pesona yang kuat,
dan pertanyaan tadi pasti juga di terima oleh The Transporter Refueled. Sebenarnya menghidupkan kembali The Transporter bukan sebuah ide yang
buruk, tapi pertanyaan lain yang mungkin akan membuat kamu menaruh rasa ragu
adalah bukan pada apa lagi yang akan atau hendak Luc Besson tampilkan disini namun bagaimana film ini kembali dari
tidurnya tanpa salah satu kekuatan utamanya: Jason Statham. Well done Audi!
Frank
Martin (Ed Skrein) merupakan seorang supir mobil dengan
tugas yang tidak biasa, menyandang panggilan “transporter” ia bertugas
mengantarkan “paket” baik itu legal maupun illegal. Suatu ketika ia mendapat
tugas untuk mengambil sebuah “paket”, namun setelah mendapati paket tersebut
diluar kesepakatan Frank menolak dan mengancam untuk tidak melakukan tugasnya,
yang sayangnya menemukan jalan buntu. Frank telah terjebak didalam permainan
licik wanita bernama Anna (Loan Chabanol)
yang ingin melakukan balas dendam pada sebuah kelompok asal Rusia.
Sebenarnya sinopsis diatas tadi masih punya
liku-liku lainnya, tapi untuk menjaga kesan menarik dari premis mari kita
berhenti sampai disana. Benar, untuk menjaga daya tarik kamu pada film ini
hanya itu upaya yang bisa saya lakukan di review ini karena setelah kalimat ini
yang akan kamu temukan adalah limpahan rasa kesal saya pada Luc Besson yang secara resmi telah
merusak image The Transporter yang
selama ini saya kenal. Dan maaf karena ini mungkin review kali ini punya
potensi “mengganggu” karena ia tidak membuat saya tertarik untuk menjaga agar
ia terasa sedikit implisit. The
Transporter itu sosok yang dingin, misterius, dan walapun selalu dekat dengan
masalah yang disebabkan paket terbaru yang harus ia antarkan disisi lain ia
juga selalu mampu membuat kamu yakin bahwa ia merupakan sosok tangguh yang akan
menghancurkan semua rintangan. Lalu bagaimana dengan film ini?
Kebalikannya, seperti
menyaksikan pelawak yang salah casting menjadi The Transporter. Dari sisi cerita pola masih sama, ciri khas Luc Besson ada liku-liku di dalam
skenario yang perlahan mulai tampak berbelit-belit yang dikemas oleh Camille Delamarre dengan gerak cepat,
tapi jika Jason Statham mampu
menggunakan itu untuk membuat dua dari tiga The
Transporter sebagai action thriller yang bukan hanya memompa adrenalin tapi
juga memaku penonton dengan pesona, maka yang dilakukan Ed Skrein disini menjadikan The
Transporter sebagai boneka yang annoying tanpa pesona. Tapi menariknya
ketika berakhir saya seperti tidak rela juga sepenuhnya menyalahkan kegagalan
film ini menghibur akibat performa Ed Skrein karena di elemen lainnya The Transporter Refueled juga sama
jeleknya, dari cerita, karakterisasi, permainan masalah, hingga eksekusi sutradara,
semuanya terasa tipis.
The
Transporter Refueled seperti sekelompok orang yang sadar
bahwa apa yang akan mereka tampilkan sangat lemah dan sepanjang kesempatan yang
ada mereka lebih berusaha menutup kelemahan tersebut ketimbang mengeluarkan
sisi positif dari materi yang ia punya. Cerita seperti saling sambung dengan
ceroboh, sulit untuk menemukan irama yang pas, skenario tampak malas dan
hopeless sehingga tidak heran ketika sudah tampil berbelit-belit dengan arah
yang kacau ada kesan dipaksa ketika ia berakhir. Hal yang sama juga ada di
dialog, terasa canggung dan banyak yang terasa seperti membaca sehingga
hasilnya energy dari karakter nol dan tidak ada karakter yang menarik. Aneh
bukan, karena judulnya sendiri Refueled tapi film ini sering seperti kehabisan
energy, dan itu semakin lengkap karena eksekusi Camille Delamarre juga sering terasa terburu-buru.
Bagaimana dengan elemen
utama yang jadi jualan utama The
Transporter? Action? Aksi kejar tidak
banyak menolong, cara gambar ditangkap kerap muram dan editing yang kaku
melengkapi minus bagian ini, sama canggungnya dengan adegan perkelahian yang
seperti menyaksikan para aktor sedang latihan bela diri, sering terasa tidak
dinamis dan intens. Tapi dibalik semua kelemahan tadi hal paling menjengkelkan
dari The Transporter Refueled adalah
sejak awal hingga akhir ia tidak memberikan semangat yang menarik. Apakah Luc Besson kehabisan ide disini karena The Transporter Refueled seperti kemasan
yang seadanya, irama dengan momentum yang kasar, pesona yang tidak kuat dalam
menopang cerita yang tipis, hal-hal menarik dari The Transporter hilang tanpa bekas disini, seperti menyaksikan Jason Statham grade D yang kelabakan
menjalankan tugasnya.
Penonton tidak menuntut
sebuah terobosan yang benar-benar baru dari segi cerita maupun karakter, kita
tahu bagaimana The Transporter
bermain dan mengapa tidak mencoba menghidupkan itu kembali dengan tampilan yang
lebih segar, tidak peduli jika harus menggunakan formula yang sama. The Transporter Refueled gagal
menghidupkan kembali pesona dan kenikmatan yang diberikan tiga pendahulunya, ia
jatuh menjadi sebuah hiburan yang menjemukan, karakter dan cerita yang tipis, action sequence yang ceroboh dan lesu,
petulangan gerak cepat miskin energi dan pesona. Once again, well done Audi!
0 komentar :
Post a Comment