"I had sex today.
Holy shit."
Apakah kamu pernah
merasa takut untuk menjadi dewasa? Meninggalkan masa muda kamu yang identik
dengan jiwa bebas untuk kemudian melangkah maju ke jenjang yang lebih tinggi
dimana kamu akan menemukan tuntutan pada tanggung jawab yang lebih besar pada
kehidupan kamu. The Diary of a Teenage
Girl ingin menggambarkan hal tersebut, bagaimana coming of age memang
menjadi periode atau proses yang tidak akan otomatis berjalan dengan mudah tapi
di sana kita akan menentukan siapa diri kita yang sebenarnya, merasakan aksi
memberontak, cinta, kecewa, cemas, tanggung jawab, pesta, hingga seks.
Minnie
Goetze (Bel Powley) merupakan wanita muda berusia 15 tahun
yang dewasa lebih cepat dibanding remaja seusianya. Minnie merasakan gejolak
emosi yang begitu besar ketika ia kehilangan keperawanannya, semua yang ia baik
itu pada tubuh dan pikiran rasakan tampak berbeda, dan dari sana Minnie mulai
memutuskan untuk "menuliskan" rasa takut hingga kecewa pada buku harian miliknya.
Tapi karakter sang ibu, Charlotte
Worthington (Kristen Wiig), ternyata turun ke Minnie dimana ia mulai
menikmati aktifitas seks meskipun obsesi Minnie selalu kembali pada pria yang
berhubungan seks dengannya pertama kali tadi, Monroe (Alexander Skarsgård), pacar ibunya.
Berdasarkan novel
grafis berjudul The Diary of a Teenage
Girl: An Account in Words and Pictures karya Phoebe Gloeckner, The Diary of a Teenage Girl adalah film tentang
seks terbaru yang mungkin penonton inginkan lebih banyak lagi eksistensinya.
Isu yang ia punya itu memang masih akan sulit di terima beberapa kalangan,
bahkan bukan tidak mungkin masih ada yang menganggap itu sebagai sesuatu yang taboo, tapi menariknya di tangan Marielle Heller ini tidak menjadi
sesuatu yang mencoba membuat kamu menilai bahwa aktifitas duniawi tersebut
merupakan sesuatu yang horror apalagi berbahaya. The Diary of a Teenage Girl mencoba menggambarkan proses tumbuh
dengan tanggung jawab dengan cara masuk kedalam pikiran naif dari seorang
remaja wanita, ia memadukan sisi nakal dari seks bersama sisi "bijak" dari seks
dengan sangat fleksibel.
Iya, fleksibel, ia bisa
memainkan dua sisi cerita dengan baik. The
Diary of a Teenage Girl tidak mencoba menutup fakta bahwa apa yang
dilakukan Minnie itu sebagai sesuatu yang salah tapi disisi lain ia juga akan
membuat kamu stick dengan karakter dan mendukung ia untuk mencapai kebahagiaan
di akhir cerita. Itu yang menarik, perasaan sulit yang dimiliki karakter Minnie
seperti ikut tertular pada penontonnya, script yang lembut akan membawa kamu
menyaksikan ledakan yang oke di dua sisi tadi, terkadang kamu di buat sedikit
jengkel olehnya karena rasa ingin tahu Minnie yang masih besar pasca kehilangan
keperawanannya meskipun ia tahu ia berada dalam kondisi takut dan cemas, tapi
menariknya kamu seperti yakin bahwa yang terjadi tadi merupakan proses bagi
Minnie untuk menemukan siapa dirinya sebenarnya.
Tunggu dulu, proses
pencarian diri disini bukan berarti membuat penonton merelakan Minnie melakukan
apa yang ingin ia lakukan untuk kemudian berakhir seperti sang ibu yang
berantakan itu, tapi “proses” tadi jadi pembelajaran baginya mana yang baik dan
mana yang tidak. Saya suka dengan cara Marielle
Heller menyajikan proses tadi, terasa bijak tapi tidak kaku, ia seperti
menolak untuk menjadikan cerita seperti sebuah khotbah tentang ajaran moral
tapi justru mencoba mengarahkan penonton untuk masuk kedalam pengalaman Minnie
lalu setelah itu menilai sendiri apa yang akan terjadi jika batas-batas yang
ada itu di langgar. Itu yang menjadi salah satu pesona dari The Diary of a Teenage Girl, ia tidak
hanya menjadikan peristiwa yang dialami oleh Minnie sebagai bahan tawa bagi
penonton tapi juga ada wawasan yang oke dari sudut pandang seorang remaja.
Hasilnya The Diary of a Teenage Girl akan tinggal
lama di pikiran penonton, terlebih jika kamu mengerti kondisi dimana kamu mulai
bertemu dengan rasa suka dan penasaran pada apa itu cinta, apalagi disini ia di
gambarkan lewat skenario yang sinting. Dan itu tercapai juga berkat penampilan
yang sangat oke dari Bel Powley.
Ketika Minnie hanyut dalam kegembiraan seksual kamu akan tersenyum baginya,
ketika ia masuk ke arah yang salah kamu berharap ia dapat menemukan jalan keluar,
perawan penasaran dengan isu percaya diri berhasil dimainkan dengan baik oleh Bel Powley, ia punya pesona yang
menjadikan Minnie terasa menyegarkan dalam rasa takur dan nakal, dan sokongan
dari Alexander Skarsgård dan Kristen Wiig juga memiliki pengaruh yang
oke pada cerita.
The
Diary of a Teenage Girl bukan representasi dari kisah
horror dimana remaja melakukan sesuatu yang salah dan dianggap tabu, ini justru
penggambaran yang positif tentang bagaimana proses ketika remaja tumbuh dan
berhadapan dengan masalah lalu mencoba berdamai dengan masalah tersebut dan
belajar tentang tanggung jawab menjadi orang dewasa. Materi yang berani bisa
saja membawa The Diary of a Teenage Girl
ke penilaian buruk dari penontonnya tapi ditangan Marielle Heller ia justru berhasil mengatasi beban tersebut dan
menyajikan sebuah perayaan tentang menjadi tumbuh menjadi dewasa dengan lembut
dan tajam, mampu menyentuh penonton tanpa harus lupa untuk tampil komikal. Segmented.
0 komentar :
Post a Comment