"The truly frightening flaw in humanity is our capacity for cruelty - we all have it."
Jika kamu tahu bahwa Dark Places di angkat dari novel dengan
judul yang sama karya Gillian Flynn,
wanita yang notabene juga merupakan penulis Gone
Girl, maka tidak ada salahnya untuk sedikit menarik ekspektasi kamu. Secara
basic dua novel tersebut punya sentuhan yang sama dari Gillian Flynn, ia mampu
memutar-mutar pembaca dengan misteri dan alur non-linear tapi ketika telah di
pindahkan kedalam bentuk film hasil dari keduanya juga berbeda. Tahun lalu saya
menyebut Gone Girl sebagai salah satu
film thriller terlezat di 2014, tapi jika Gone Girl ibarat spaghetti dengan
saus yang begitu lezat maka Dark Places
ibarat sebuah mie instan yang masih mampu membuat kenyang.
Libby
Day (Charlize Theron) masih menyimpan trauma yang sangat
dalam pada peristiwa pembunuhan brutal yang menimpa keluarganya ketika ia masih
berusia tujuh tahun. Dua saudara perempuan Libby serta sang ibu, Patty (Christina Hendricks), tewas, dan
kakak laki-lakinya Ben (Tye Sheridan/
Corey Stoll) menanggung beban kejahatan tersebut. Dua puluh lima tahun
kemudian Libby berada dalam kondisi ekonomi yang sulit dan kemudian memaksanya
menerima tawaran dari Lyle (Nicholas
Hoult), anggota kelompok detektif
amatir "The Kill Club,” yang
meminta Libby memecahkan pertanyaan-pertanyaan dari peristiwa kejahatan tentang
pembantaian. Namun aksi eksplorasi yang Libby lakukan pada kasus tersebut
ternyata ikut menghidupkan kembali masa lalu kelamnya.
Karena secara basis mereka
sama maka cukup sulit untuk tidak sedikit membandingkan Dark Places dengan Gone Girl
di dalam review kali ini terlebih eksekusi dari Gilles Paquet-Brenner juga tidak begitu jauh berbeda dengan apa
yang dilakukan oleh David Fincher
dalam hal alur cerita. Masalahnya adalah Gilles Paquet-Brenner kurang berhasil
melakukan apa yang Fincher lakukan dalam mempermainkan penontonnya, memainkan
tema gelap menjadi sebuah kegelapan yang menarik di lengkapi dengan aksi lompat
bolak-balik serta kilas balik dan permainan perspektif yang menyenangkan. Gilles Paquet-Brenner membuat materi
potensial Dark Places tampil terlalu
kaku, dan dampaknya ada pada faktor utama yang penonton inginkan dari sebuah
film misteri.
Dark
Places merupakan kisah tentang orang-orang putus asa yang
kemudian melakukan berbagai hal nekat didalam dunia yang telah gila ini, dan
itu berhasil Gilles Paquet-Brenner
hidupkan dengan baik. Yang jadi kendala adalah sebagai sebuah petualangan
misteri Dark Places terasa kurang
nendang dalam hal mencengkeram penonton didalam cerita. Memang ada beberapa
sajian intrik yang oke bahkan penyajian yang terasa sedikit sama beratnya
dengan Gone Girl juga mampu menampilkan alur non-linear itu dengan baik, tapi
ketika depresi dan putus asa dari karakter yang mencoba keluar dari mimpi buruk
itu semakin tumbuh kearah positif di sisi sebaliknya rasa ingin tahu penonton
justru terasa stagnan.
Gilles
Paquet-Brenner seperti menaruh fokus yang begitu besar
pada usaha agar cerita mampu menciptakan kesempatan bagi para karakter untuk
bersinar, dan sayangnya itu justru seperti membuat kesempatan bagi cerita
“mempermainkan” penontonnya menjadi terbatas. Bukan berarti Dark Places tidak punya ketegangan
sebagai sebuah film misteri, ia punya, tapi mayoritas di bebankan kepada karakter
sedangkan cerita sendiri lebih sering tampak mondar-mandir dengan perasaan
putus asa dan bingung yang menjadikan mode menunggu bagi penonton kerap hadir.
Pada beberapa kesempatan memang akan muncul kejutan didalam cerita tapi dengan
atensi penonton yang perlahan semakin kuat pada karakter dampak dari kejutan itu
akan terasa kurang impresif.
0 komentar :
Post a Comment