Apakah Woody Allen sudah lelah? Ketika Clint Eastwood di usianya yang ke 85
tahun masih mampu memberikan kita kekacauan di medan tempur yang menarik pada American Sniper, Allen justru tampak
mulai terjebak dalam kejenuhan di sektor ide sebagai dampak dari upaya yang ia
lakukan untuk menelurkan film setiap tahun. Harus diakui memang ketika karya
Allen berhasil “bekerja”, maka hasilnya tidak pernah terasa setengah matang,
selalu kuat, tapi saat yang terjadi sebaliknya, seperti yang terjadi pada Irrational Man, maka yang tersisa bagi
penonton hanyalah sebuah senyuman pahit.
Abe
Lucas (Joaquin Phoenix) merupakan seorang professor yang
mengajar filsafat pada sebuah perguruan tinggi di lokasi yang terpencil, pria
dengan kepribadian cenderung cengeng yang sedang berada dalam krisis. Namun
suatu ketika Abe kembali menemukan semangat dalam hidupnya ketika ia merasa
tertarik pada seorang mahasiswa cantik bernama Jill Pollard (Emma Stone), yang saat itu sedang memiliki masalah
dengan pacarnya, Roy (Jamie Blackley).
Tapi meskipun merasa senang memiliki hubungan dengan Jill anehnya Abe tidak
berniat membawa hubungan tersebut melangkah lebih jauh, dan memilih sahabatnya
yang juga sedang tidak stabil, Rita
Richards (Parker Posey).
Saya pernah mengatakan
pada review Magic in the Moonlight
dimana pada film itu Woody Allen
terkesan kesulitan dalam menggabungkan dua materi sehingga penceritaan yang ia
tampilkan membuat penonton seperti melayang-layang menggunakan pelampung diatas
danau yang tenang. Nah, seperti itu pula Irrational
Man tapi celakanya ia memberikan potensi yang lebih besar bagi penonton
untuk merasa iritasi atau terganggu. Konsepnya tidak buruk dan ide utamanya
cukup oke seperti ingin membuat kamu bertemu dengan teka-teki tentang moral,
tapi daya tarik Irrational Man hanya mampu berjalan sampai disana, setelah itu
hadir eksekusi lemah yang membuat ini sebagai film tidak memorable terbaru dari
seorang Woody Allen.
Masalah utama dari
Irrational Man adalah ketika ia bergerak dengan tenang penonton justru
diberikan cerita dengan transisi yang terasa kasar. Menarik untuk menyaksikan
seorang pria yang sedang berada dalam krisis terlebih karakter itu diperankan
oleh Joaquin Phoenix yang handal di “arena” tersebut, tapi ketimbang membawa
kamu masuk dan menelisik lebih dalam dengan segala hal-hal filsafat yang ia
gunakan Woody Allen justru banyak menahan eksplorasi pada cerita dan karakter
sehingga kita dibuat menunggu bersama alur yang kaku dan, well, terasa palsu,
cerita yang tidak berkembang berisikan dialog-dialog kaku, mencoba menyampaikan
banyak tema favorit Woody Allen yang pada akhirnya saling bertabrakan.
Memang Irrational Man beberapa tikungan yang
oke, tapi dengan alur yang cenderung datar sulit untuk menampik ini adalah
sebuah hiburan yang kurang impresif. Dari komedi lalu menuju materi yang lebih
gelap, lalu kembali lagi, dan begitu seterusnya, bukan sesuatu yang salah jika
diterapkan dalam komposisi yang oke. Disini tidak, perasaan yang penonton
rasakan seperti perasaan yang dimiliki oleh Abe, pria yang hampir “mati” dalam
kehidupannya karena dipenuhi rasa bosan. Campur aduk, seandainya Irrational Man hanya diberikan satu isu
tunggal untuk berdiri di pusat yang kemudian di bentuk dengan kuat, ini bisa
saja berakhir seperti Blue Jasmine, karena dari segi kualitas Joaquin Phoenix dan Emma Stone memberikan kinerja yang tidak buruk.
Dengan kualitas materi
dan arahan yang tidak begitu memikat penampilan dari Emma Stone dan Joaquin
Phoenix terbilang oke, seperti misalnya mereka mampu memberikan penonton
sedikit emosi kedalam dialog-dialog kaku itu. Begitupula dengan Parker Posey yang menjadikan kondisi
tidak stabil dari Rita Richards tampak menarik. Ya, walaupun tidak sangat buruk
tapi hasil akhir yang diberikan oleh Irrational
Man cukup mengecewakan terlebih jika kamu merupakan penonton yang di awal
menaruh ekspektasi cukup tingginya padanya. Irrational Man terasa seperti Magic di Moonlight dengan daya hibur
setingkat lebih rendah, petualangan tenang dan tidak dalam yang akhirnya akan
mudah memperoleh image sebagai sebuah omong kosong. Segmented.
horeeee...... kak @riringina ngereview lagi 😍 please kak....update trs 😭🙏 apalagi bentar lagi award season dan pertarungan oscar tahun depan super sengit dan byk film2 keren yg rilis....*thanks before
ReplyDeleteHihihi, saya inginnya juga begitu, tapi karena sejak akhir april beberapa kali rorypnm sempat tidak berada di kendali kami saya jadi enggan untuk publish post. Semoga bulan depan bisa normal lagi. Thanks ya Kate. :)
Delete