Sinopsis: Di pusat
kawasan bisnis Yeouido, Seoul, Korea
Selatan, terdapat sebuah gedung yang tidak pernah tidur selama 24 jam dalam
tujuh hari, lantai enam gedung Korea
Broadcasting System (KBS). Tampak seperti kantor biasa namun disana mereka
dengan pendidikan tinggi dapat memperoleh label orang bodoh ketika program
variety show hasil syuting, editing, hingga meeting sepanjang malam yang mereka
hasilkan memperoleh rating rendah. (Spoiler
Alert)
Episode
9: Understanding Preemptions (12/06/15)
Episode ini seperti
perpaduan antara asam, manis, asin, hingga pahit dalam komposisi yang oke. Tidak
luar biasa memang, banyak progress positif yang berhasil ia berikan, mayoritas
menghibur bahkan ada segmen yang mampu membuat penonton heartbreaking, tapi disamping itu terdapat pula beberapa materi
yang terasa menjengkelkan disini. Hal yang paling mengganggu dari episode ini
adalah backstory dari Yuna yang ditempatkan
di bagian awal, kehadirannya terasa mendadak tanpa meninggalkan kesan dan
pengaruh yang menarik terhadap cerita. Bagian tersebut seharusnya dapat di buat
sedikit lebih jauh sehingga dapat memperdalam tekanan dari hubungan sebab
akibat yang terjadi di sejarah management Cindy
(IU).
Tapi yang menarik dari
episode sembilan adalah rasa pahit di awal tadi tidak berlangsung lama dan
menetap hingga akhir. Episode ini berhasil memperdalam dasar dari hubungan
antara Joon-mo (Cha Tae-hyun) dan Ye-jin (Gong Hyo-jin), terlebih dengan
satu kondisi dimana ia mampu menjadikan penonton semakin yakin bahwa perasaan Ye-jin
terhadap Joon-mo tidak akan goyah
meskipun selain belum juga muncul getaran romantis hal tersebut eksis didalam
hubungan segiempat yang masih belum membawa anda bertemu dengan sedikit titik
terang pada bagaimana formasi akhir yang akan tercipta. Well, anehnya saya suka
dengan formula episode ini, menggantung tapi tetap mampu menjadikan penantian
semakin menarik.
Berbicara soal menarik selain
mampu membuat hal-hal lucu dan menggemaskan terus tumbuh dari episode
sebelumnya, episode ini juga mampu menampilkan pertumbuhan karakter yang
menarik, beberapa bahkan membuat penonton merasa semakin dekat dengan karater. Joon-mo
akhirnya terbuka, begitupula dengan Ye-jin yang tetap mampu membuat penonton
berputar-putar dengan rasa bingung pada perasaannya, interaksi yang
menggemaskan bersama Seung Chan (Kim
Soo-hyun) meskipun dampak yang mereka hasilkan cukup nyata. Sikap yang di
tunjukkan oleh dua karakter tersebut membuat saya mulai berpikir untuk menaruh harapan
pada hubungan antara Ye-jin dan Seung Chan yang bermain-main di kondisi
clueless, walaupun saya sudah tahu bahwa ini perlahan bergeser menjadi drama
tipikal Korea.
Dan tema preemption
semakin lengkap dengan apa yang terjadi pada Cindy. Speech yang ia berikan di
penghujung acara Music Bank itu
terasa menghancurkan hati, rasa takut, cemas, hingga sepi yang ia miliki tergambarkan
dengan manis, tekanan yang ia rasakan akan anda rasakan dengan sangat mudah, dan
pada puncaknya ketika ia menyinggung hal terkait “umbrella” itu saya
menggumamkan satu kalimat: Cindy harus berakhir bahagia. Ini merupakan salah
satu bagian termanis dari episode sembilan, terasa lambat memang tapi memiliki progress
yang halus dan manis, dan itu ditemani dengan perkembangan cerita serta
karakter yang tepat.
Score: 7.5/10
Episode
10: Understanding Previews (13/06/15)
Episode sepuluh
memperoleh dampak yang tidak begitu baik dari apa yang dihasilkan episode sembilan.
Seperti judul yang ia gunakan, preview, apa yang penonton dapatkan disini
adalah sebuah perputaran tanpa progress yang menarik baik itu dari cerita
maupun karakter. Ide preview dimana kita mengamati tampilan awal untuk kemudian
mengambil keputusan menjadikan episode sepuluh berisikan penggambaran yang
menjengkelkan, bahkan efek buruknya mulai muncul rasa frustasi disini. Penulis
seperti melakukan aksi trolling terhadap penonton, membuat penonton semakin
jatuh lebih dalam untuk menebak perputaran cinta diantara empat karakter utama yang
sayangnya kali ini terasa menjengkelkan.
Hal seperti tadi memang
sudah umum di drama korea, tapi apa yang terjadi di episode sembilan dimana penonton
tidak dibawa selangkah lebih maju pada konflik masing-masing karakter kembali
terjadi disini. Bukan berarti episode sepuluh adalah sebuah sajian yang buruk,
beberapa materi pendukung berhasil memberikan momen menyenangkan. Contohnya seperti
hubungan antara Kim Hong-soon (Kim
Jong-kook) dan Go Yang-mi (Ye Ji-won)
yang di kemas dengan sangat tepat dan memberikan punch menarik, hal terkait anti-fan
itu juga mampu mencuri perhatian untuk menjadi memori manis utama dari episode,
tapi di bagian utama dari episode sepuluh cenderung stagnan bahkan ada yang
menurun.
Cindy memperoleh efek
positif dari episode lalu, yang terkadang membuat saya merasa geli karena
karakter yang notabene sejak awal berada di posisi empat justru perlahan naik
dan berhasil menjadi fokus utama. The Producers perlahan berubah menjadi Cindy Show, dan itu semakin menggelikan
karena tidak peduli berapa besar simpati yang anda berikan padanya Cindy tetap memperoleh jatah yang minim
dan berada di mode menunggu terkait perasaannya pada Baek Seung-chan. Pertanyaan
menariknya adalah apakah Baek Seung-chan
membuat kesalahan disini? Sebenarnya tidak, sejak awal perasaan antara BSC dan
Cindy sudah clear, tapi celakanya BSC mulai terasa menjengkelkan disini karena penulis
sengaja memainkan hal-hal sensitif diantara ia dan Cindy.
Walaupun berhasil
ditutup dengan “menarik”, yang tertinggal dari episode sepuluh adalah perasaan
jengkel. Seperti ide preview, episode
ini lebih condong dimanfaatkan oleh penulis dan sutradara untuk menggambarkan
bagaimana permainan ego didalam diri setiap individu, yang sayangnya tidak
mereka sajikan dengan momentum yang manis. Unsur komedi masih tampil dengan
kualitas yang tinggi, tawa masih berhasil menemani para penonton, namun dengan
lebih banyak bermain-main dengan materi kesalahpahaman episode sepuluh
merupakan salah satu episode paling pasif dari The Producers.
Score: 7/10
Episode
11: Understanding Ratings (19/06/15)
Setelah perlahan
memutuskan untuk menaruh perhatian pada loveline hingga berujung pada keputusan
untuk tidak lagi menaruh harapan pada siapa yang akan berakhir dengan siapa,
episode sebelas justru memberikan hiburan yang menghibur. Sedikit terasa ironis
memang karena grafik meningkat dari kualitas episode sebelumnya yang diperoleh
episode ini bukan berasal dari bagaimana cerita mulai membawa penonton
menemukan kepastian dari tarik dan ulur di sektor asmara, tapi dari apa yang
terjadi didalam variety, serta kehidupan Cindy.
Sebagai pembuka jalan
menuju finale episode sebelas berhasil menjadi sebuah penggoda yang manis. Ada pergerakan
yang menarik disini, baik itu di sektor cerita maupun karakter, dan ide tentang
rating dikemas dengan baik, isu terkait posisi dan prioritas berhasil di
implementasikan dengan tepat. Saya suka dimana Joon-mo mulai keluar dari kondisi pasif, dan tidak tanggung-tanggung
ia tampil baik di konflik variety,
asmara, hingga emosi. Tidak dikemas megah memang tapi tampilan sederhana di
tiga bagian tadi berhasil menjangkau atensi penonton dengan kuat, dari lampu
jalan, nyamuk, hingga personel tim, ia juga banyak membantu karakter Ye-jin
untuk tidak sebatas hanya terombang-ambing dalam ketidakpastian perasaan
bersama Seung-chan.
Dengan fokus yang kali
ini seperti ingin membawa hubungan Joon-mo
dan Ye-jin bergerak maju, kemudian
konflik seputar Cindy yang terus
dijaga stabil, kali ini Seung-chan seperti menjadi pendukung. Penonton memang masih
ditampilkan apa yang terjadi dari gejolak pada perasaannya, tapi episode kali
ini justru menjadi terasa menarik ketika Seung-chan sedikit di tarik untuk berada
di posisi pendukung dari posisi semula sebagai leader, dampaknya dapat terlihat
pada dialog antara dia dan Ye-jin dibagian akhir. Tidak hadirnya momen lucu
yang berlebihan memberikan komposisi yang tepat bagi episode ini, menjadikan fokus
pada emosi terbentuk dengan baik, dan uniknya dari sana mulai muncul beberapa
potensi bagi twist yang dapat terjadi pada episode final.
Dibuka dengan Seung-chan
versus Ye-jin, masuk menuju elemen variety, celakanya jika berbicara atensi
utama episode sebelas jatuh ke tangan Cindy. Hadir tepuk tangan ketika adegan
terakhir sebelum epilog itu selesai, sebuah perasaan campur aduk setelah
menyaksikan Cindy dalam tampilan manis dan pahit di episode ini. Bukan sesuatu
yang terasa aneh memang karena sampai selangkah menuju babak akhir hanya
masalah Cindy yang masih kuat bermain-main pada unsur dunia entertainment
dengan daya tarik yang mumpuni, perjuangan ia untuk lepas dari “siksaan” justru
tidak hanya menjadi pemanis bagi hubungan asmara penuh tarik dan ulur yang
melelahkan itu.
Score: 8/10
Episode
12: Understanding a Long-Running Program (20/06/15)
Pembuka dan penutup
selalu menjadi bagian krusial yang menguras fokus, bagaimana menjadikan materi
terasa menarik diawal dan kemudian menutupnya juga dalam kondisi menarik. Banyak
gejolak yang terjadi sepanjang menyaksikan The
Producers, dan seperti saya sebutkan di awal tadi bahkan rasa frustasi
termasuk diantaranya, tapi episode terakhir ini seperti punya kekuatan hipnotis
yang kemudian membuat penonton bersedia memaafkan rasa kesal dan jengkel yang
pernah mereka peroleh darinya. Episode 12 merupakan kemasan yang solid,
berhasil menjadi episode paling menarik mengalahkan dua episode pertama.
Cukup mengejutkan
memang karena harapan yang saya pasang ketika menyaksikan bagian akhir episode
sebelumnya ini akan lebih condong bertumpu pada gejolak emosi sebagai konklusi
dari semua perputaran yang melelahkan di sektor asmara itu. Mereka memang hadir
namun menariknya dalam rasa yang liar dan mengasyikkan. Momentum episode ini
sangat manis, cara kita diajak berpindah dari satu adegan ke adegan lain terasa
dinamis tanpa gagal menjalankan fungsi dan meninggalkan makna yang mereka
miliki, dan mereka di kelilingi dengan berbagai punch yang mengasyikkan. Cukup
menjengkelkan memang karena penonton harus berjalan begitu lamban di beberapa
episode untuk bertemu dengan episode mengasyikkan seperti ini, tapi konklusi
yang hadir sudah cukup untuk menekan dampak dari rasa kesal tadi.
The
Producers merupakan salah satu dari sedikit drama Korea yang
mampu menutup petualangan yang mereka sajikan dengan baik, tepat, dan manis.
Cukup sulit untuk menggambarkan episode ini, bukan hanya karena berhasil
menyelesaikan semua masalah dengan halus, tapi ia punya power yang bahkan akan
mampu membuat penonton yang kehilangan minat di pertengahan untuk kemudian
mengucapkan goodbye dengan senyuman. Penyebabnya adalah berbagai ledakan yang
tampil nakal, campur aduk berbagai rasa untuk kemudian di tutup dengan
“kemenangan” yang layak bagi empat karakter utama, banyak kejutan yang secara
instant akan menjadi kenangan yang memorable bagi penonton, meskipun saya
sendiri tidak menghitung lunas penantian yang saya berikan sejak awal karena hasil
akhir diantara empat karakter utama walaupun manis tetap tidak meninggalkan
“boom” yang kuat.
Score:
9/10
Special
Episode: Understanding NGs (26/06/15)
Berisikan kompilasi dari momen-momen menarik di setiap episode untuk kemudian di tutup juga dengan kompilasi dari bloopers / NG saat proses shooting.
Score: -
Overall:
Jika berbicara tentang ekspektasi saya
memasang taruhan yang terhitung sangat tinggi pada The Producers sebelum memulai episode pertama. Penyebabnya adalah
empat pemeran utama merupakan sosok yang saya kagumi di industri entertainment
Korea, Kim Soo-hyun yang ahli dalam
menciptakan momen memorable, IU yang
bukan hanya sekedar memiliki suara indah, my intimidating noona Gong Hyo-jin, hingga easy laughter Cha Tae-hyun. Ekspektasi
itu sebenarnya hidup di dua episode awal, namun setelah itu yang hadir ternyata
cukup mengejutkan.
Masalah utama dari The Producers adalah thrill
dan momentum dari cerita yang naik
dan turun, kurang stabil. The Producers
seperti tidak menciptakan fokus utama yang kokoh sejak awal, mencoba
menggabungkan dunia variety dengan apa yang terjadi dalam kehidupan
sehari-hari, termasuk asmara. Penulis dan sutradara seperti sepakat untuk
mempermainkan cerita sehingga terus mengapung yang lantas kemudian
mempersilahkan penonton untuk menebak. Menarik memang, hingga episode sepuluh
bahkan sebelas elemen romance masih mampu membuat penonton bermain-main dengan
misteri, tapi jalan menuju kesana itu yang terasa draggy. Trolling, A mencintai
B, B mencintai C, tapi C mencintai D, pada akhirnya sama seperti konsep yang
terus shift disini penonton tidak menemukan pusat yang kuat.
Contoh sederhana, The Producers tidak punya main couple yang mampu membuat penonton
menaruh investasi lebih dalam. Benar memang pada dasarnya ini predictable sejak
awal, tapi di satu titik saya bahkan sempat berharap agar empat karakter berakhir
sendiri karena perputaran yang “melelahkan” dalam orbit yang sederhana itu
menyebabkan sulit untuk tertarik pada rasa tertarik di antara karakter utama.
Ketika berbicara perjuangan hidup penulis berhasil menciptakan simpati dan
empati bagi masing-masing karakter untuk mengunci atensi penonton, tapi ketika
berbicara tentang asmara yang eksis hanya sikap angkuh. Karakter punya daya
tarik yang menarik, konsep yang mereka usung baik itu dari segi kehidupan
maupun asmara juga variatif, tapi kombinasi diantara mereka yang kurang
mumpuni, tik-tok hanya bekerja di elemen komedi.
Nah, komedi, unsur yang tidak dapat dipungkiri
bekerja dengan sangat baik bagi The
Producers. Empat karakter utama mampu berpindah dengan baik dari drama
menuju komedi begitupula sebaliknya, dan dibagian ini turut melibatkan banyak
karakter pendukung yang oke, salah satunya Ye
Ji-won dan Kim Jong-kook yang
stabil dalam hal mencuri atensi. Ya, stabil, sama hal nya dengan puluhan cameo
kelas berat yang ia miliki, The Producers selalu mampu memberikan kejutan
ketika sosok-sosok seperti SNSD, JYP, Lee
Seung-gi, hingga Go Ara muncul,
tapi disisi lain tidak mendorong mereka terlalu jauh sehingga merusak
pertunjukkan utama. Ini salah satu hal yang saya suka dari The Producers,
selain kisah asmara segi empat itu ia tidak berusaha mendorong terlalu jauh
elemen lain, semua di set dalam level santai dan realistis.
Hal lain yang menarik adalah The Producers memberikan hasil yang mengejutkan di bagian cast utama, penyebabnya akibat komposisi yang kurang berimbang
sehingga terasa timpang. Kim Soo-hyun adalah bintang utama disini dalam artian
porsi yang ia peroleh, dan itu berhasil ia jalankan dengan sangat baik di
bagian awal terlebih dengan karakteristik unik yang dimiliki BSC. Tapi setelah
dengan mudah menjadi karakter favorit saya BSC perlahan berubah menjadi puppy
yang annoying akibat sikap terlalu naif dalam membedakan mencintai dan
mengagumi. Cha Tae-hyun secara
mengejutkan memberikan rasa frustasi disini, alih-alih memegang kendali utama
karakter Ra Joon-mo justru terasa
pasif, dan celakanya itu terasa cukup stabil sejak awal hingga akhir.
Kejutan lain hadir di pemeran wanita utama
dimana Gong Hyo-jin ternyata kalah
dari IU. Hyo-jin memperoleh nasib
yang sama dengan CTH, karakternya tidak memiliki momentum yang mumpuni, mereka
lebih sering digunakan sebagai pion untuk menopang karakter muda bermain-main
dengan masalah mereka. Sangat mengecewakan memang karena sejak awal saya
berharap The Producers akan
menempatkan CTH dan GHJ sebagai senjata utama, namun peran minim mereka
menjadikan kisah asmara dari karakter yang mereka mainkan kurang berkembang
dengan baik. Dan terakhir IU, tampil
mengecewakan di bagian awal namun perlahan justru naik keatas dan menjadi
bintang utama. Sejak episode delapan atau sembilan IU berhasil mengubah Cindy
yang annoying menjadi sosok yang menarik, berhasil menarik simpati dan empati di
dua konflik yang ia hadapi.
The Producers jelas bukan merupakan sebuah
petualangan yang mengagumkan, terlebih jika menilik nama besar atau star factor dari empat pemeran utama
yang ia miliki, namun dengan tetap berpegang teguh pada formula rom-com drama Korea sembari mencoba
menerapkan kombinasi antara drama tradisional bersama konsep dokumenter yang ia usung, The Producers tetap berhasil menjadi
kemasan yang menghibur.
SCORE: 7,42/10
0 komentar :
Post a Comment