"Banana! Banana!"
Sesuatu yang salah
tentu saja mengharapkan rasa spaghetti di saat kamu sedang menyantap mie yang
baru saja kamu rebus satu menit yang lalu tanpa tambahan bahan lainnya. Seperti
itu pula yang diharapkan oleh Minions kepada
penontonnya, berharap semoga mereka mengerti apa yang akan mereka dapatkan dari
tiga (dan ratusan) pisang dipenuhi interaksi dengan kesan omong kosong ini,
karena kamu tidak akan memperoleh nada gelap dari Gru serta materi hangat dari tiga gadis muda dan lucu itu.
Sejak kemunculan mereka
dari zaman purba yang lalu para Minions hanya memiliki satu tujuan dalam hidup
mereka, melayani penjahat terbaik di bumi. Hal tersebut yang membuat Kevin (Pierre Coffin) merasa kesal
ketika para Minions memutuskan untuk diam dan menunggu kedatangan boss baru
mereka setelah dinosaurus hingga Napoleon. Kevin, ditemani oleh Stuart dan Bob
memutuskan untuk keluar dan menemukan penjahat terbaik bagi kaumnya dimana
mereka akhirnya bertemu dengan Scarlet
Overkill (Sandra Bullock), wanita yang ternyata memiliki rencana jahat
yang “berbeda”.
Sebenarnya rencana Pierre Coffin untuk memperluas arena
“bermain” bagi Illumination Entertainment
dengan memberikan kesempatan bagi para makhluk unik berbentuk pisang yang
menggemaskan sebuah film standalone memiliki plus dan minus yang berimbang.
Nilai plus, tentu saja ledakan-ledakan yang akan lebih bebas terhadap
karakter-karakter yang secara mengejutkan sejak tampil pertama kali lima tahun
yang lalu itu sukses mencuri perhatian penonton, bahkan dapat dikatakan
bertarung untuk menjadi cinta utama dari film Despicable Me. Tapi dibalik itu resikonya juga tidak kecil, dan
pertanyaan pertama yang terlintas adalah apa yang akan mereka lakukan dibalik
segala keterbatasan yang mereka miliki?
Percakapan menggunakan
bahasa aneh penuh kesan omong kosong? Checked. Slapstick sederhana? Checked. Menjengkelkan? Tidak. Menyenangkan? Lumayan. Nah, secara mengejutkan Pierre Coffin berhasil memutar sikap
pesimis saya diawal tadi menjadi optimis ketika film dimulai dengan gerak cepat
di bagian awal, menyenangkan terlebih dengan bantuan narasi oleh Geoffrey Rush kita tidak di lepas begitu
saja untuk bingung dengan apa yang Minions sedang dan akan lakukan. Dan
kegembiraan yang Minions berikan tidak berhenti disana, karena setelah itu kamu
akan memperoleh cerita yang tetap teguh pada konsep utama yaitu proses
menemukan boss bagi Minions tapi juga di lengkapi dengan energi dan semangat
yang terhitung stabil.
Ya, saya suka dengan
konsep yang diusung oleh Minions,
mereka sadar mereka memiliki banyak keterbatasan sehingga mereka tidak mencoba
untuk memberikan sajian yang terlalu ambisius, hal yang akan mengecewakan para
penonton yang terlalu ambisius pada sajian yang akan mereka peroleh. Cerita
tidak pernah menjadi rumit, yang memang cukup disayangkan karena pada akhirnya
membuat kehangatan yang dimiliki oleh Despicable
Me tidak pernah hadir disini, hal yang juga dialami oleh unsur komedi
dengan intensitas yang sedikit kendor jika dibandingkan dengan dua film
terdahulunya. Tapi hal tersebut berhasil mereka tutup dengan rangkaian aksi
bersenang-senang menggunakan formula paling dasar dari sebuah animasi,
memanfaatkan pesona karakter untuk membuat penonton terpaku dengan rasa senang
hingga akhir.
Minions
pada
akhirnya tidak mampu membuktikan bahwa mereka dapat berdiri sendiri tanpa
bantuan Gru dan tiga gadis muda yang lucu itu, tapi ia tetap berhasil
menjalankan misi utamanya, mengajak penonton bersenang-senang dengan cara yang
sederhana. Ya, sederhana, termasuk konyol di dalamnya, dan itu tidak menjadi
masalah yang mengganggu disaat kamu tersenyum ketika melangkah keluar studio
karena terhibur dengan hiburan penuh energi yang diberikan makhluk-makhluk
menggemaskan itu.
I watched it and I laughed!
ReplyDelete