Mengubah novel menjadi
sebuah film dengan durasi kisaran dua jam tentu saja bukan sebuah pekerjaan
yang mudah, tapi disisi lain bukan pula pekerjaan yang susah. Ada yang menyebut
mereka sebagai sesuatu yang tricky, ketika penulis dan sutradara tidak perlu
lagi memikirkan bagaimana menciptakan bahan dan bentuk bagi cerita yang ingin
mereka sampaikan, tapi disisi lain ia juga punya tugas agar bahan yang telah
tersedia tadi dapat di bentuk atau dimasak menjadi sebuah hidangan yang pas,
hidangan yang “tepat”. Child 44 bertemu
dengan ambisi yang besar dalam hal tadi, yang sayangnya menghasilkan boomerang baginya.
Tahun 1950, seorang
agen rahasia Rusia bernama Leo Demidov
(Tom Hardy) bertugas untuk memburu musuh negaranya, bekerja tanpa pandang
bulu karena seorang pembunuh berbahaya sedang berkeliaran dengan bebas dimana
banyak anak mati menjadi korban. Namun celakanya pria yang berada dibawah
komando Jenderal Mikhail Nesterov (Gary
Oldman) ini mulai menemukan gejolak didalam batinnya terhadap kasus
pembunuhan brutal tersebut, yang kemudian bersama rasa putus asa mencoba
memecahkan misteri untuk menemukan si pembunuh. Yang menjadi masalah adalah
keputusan tersebut membawa Leo kedalam resiko yang sangat besar, termasuk sang
istri Raisa (Noomi Rapace) yang ikut
membantunya.
Adegan awal yang ia
berikan akan membuat kamu merasa tertarik terutama karena pada bagian tersebut
kita memperoleh clue terkait identitas si pembunuh, tapi dengan durasi dua jam
lebih ternyata Child 44 hanya menjadi
sebuah kisah misteri yang tenggelam dalam kompleksitas tanpa ditemani sensasi
yang mumpuni. Sangat disayangkan terlebih dengan tiga cast mumpuni yang ia
miliki Daniel Espinosa justru
menjadikan Child 44 sebagai film
thriller yang miskin sensasi, materi tentang kejahatan terus ia sajikan dengan
aksi memeriksa yang terasa berantakan dan kusam, narasi yang mampu membuat
penonton bingung tapi tidak stabil untuk membuat mereka terus tertarik
menemukan konklusi, hingga kesalahan terbesar ketika sebuah film tentang
kejahatan kurang mampu membuat penonton memandang mereka sebagai sesuatu yang
menakutkan.
Cinematography bukan
hanya menjadi masalah paling mengganggu disini, tapi aksi kontradiktif yang
Child 44 berikan ketika memperlakukan penontonnya, terlebih pada mereka yang
tidak membaca novel karya Tom Rob Smith itu. Menyaksikan Child 44 seperti tersesat mencari jalan
keluar tanpa ditemani petunjuk arah yang sesungguhnya mampu membuat kamu terus
bersemangat mencapai titik akhir. Kita seperti sengaja di biarkan tenggelam
dalam misteri, Daniel Espinosa dan Richard Price seolah
sengaja menahan agar semua tidak berlalu begitu cepat ketika ia mencoba
menciptakan dunia yang brutal itu, tapi aksi menolak untuk tampak sederhana itu
tidak ia sertai dengan urgensi yang mumpuni. Cerita terasa stuck, karakter juga
tidak berkembang, dan itu belum menghitung timing yang menyebabkan dinamika
cerita membuat penonton merasa frustasi.
Satu-satunya hal
menarik dari film ini adalah kinerja para pemerannya, meskipun kualitasnya
tidak dapat dikatakan mengagumkan. Tom
Hardy cukup berhasil menciptakan dua sisi dari karakternya, sisi keras dan
sisi lembut, walaupun aksen yang ia tampilkan tidak mulus. Rapace juga begitu,
tugasnya sebagai penyuntik rasa cemas kedalam cerita juga oke meskipun harus
dihalangi oleh karakterisasi Raisa yang misterius sehingga hasil yang ia
berikan terasa pasif bagi cerita. Oldman cukup oke meskipun perannya sendiri
didalam cerita juga tidak begitu penting. Tapi usaha yang diberikan para
pemeran tidak mampu untuk membawa Child
44 ketempat yang lebih tinggi, dan bersama score yang terlalu sentimental
rasa frustasi dan paranoia yang mereka tampilkan jatuh ke titik soulless.
Terasa menggelikan
memang ketika sebuah film yang mencoba membuat penonton terjebak lalu menemukan
jalan buntu lantas mencari jalan keluar justru mengalami situasi dari rencana
yang ia miliki itu. Sebagai sebuah thriller dengan balutan misteri apa yang
disajikan oleh Child 44 terasa kurang
memuaskan, perkembangan kasus yang berbelit-belit tanpa disertai dengan
urgensi, hal yang sesungguhnya dapat menjadikan perputaran kompleks yang coba
ia sajikan itu sebagai sebuah hiburan dengan sensasi yang menarik dan
menyenangkan.
0 komentar :
Post a Comment