"Isn't that the why we fight? So we can end the fight and go home?"
Perjuangan yang sedang
dilakukan oleh Marvel sebenarnya
bukan cuma pada usaha untuk memperluas cinematic universe milik mereka yang
tahun ini resmi mengakhiri fase keduanya, tapi disisi lain Marvel juga terus
berusaha mempertahankan standard yang telah mereka raih untuk kemudian naik ke
level selanjutnya. Usaha tersebut yang terasa menarik karena ciri khas sebagai
fun superhero yang telah lekat dengan mereka justru menjadikan film-film
rilisan Marvel perlahan terasa serupa tapi tak sama. Avengers: Age of Ultron seperti sebuah déjà vu yang celakanya masih mampu berdiri tegak karena diramu
dengan cermat.
Tony
Stark (Robert Downey Jr) masih belum lepas dari sikap
ambisius miliknya, dan kali ini sang Iron Man mencoba untuk menciptakan sebuah
program yang lebih besar dan lebih kuat dari Jarvis. Celakanya proyek yang
menggunakan tongkat milik Loki itu hanya ia lakukan bersama Hulk (Mark Ruffalo), sehingga ketika
sedang santai seusai pesta Captain
America (Chris Evans), Thor (Chris
Hemsworth), Black Widow (Scarlett Johansson), Hawkeye (Jeremy Renner) dan
anggota tim lainnya sangat terkejut ketika sosok misterius hasil proyek tadi
bernama Ultron (James Spader)
menghampiri mereka dan mengatakan siap untuk melindungi kedamaian dunia namun
cara pertama yang ingin ia lakukan adalah dengan memusnahkan The Avengers.
Hal yang paling mengejutkan
dari Avengers: Age of Ultron adalah
sepintas ia masih akan membuat kamu menilainya sebagai aksi berkumpulnya
superhero untuk menyelamatkan dunia dengan cara yang serius tapi santai, tapi
ternyata dibalik itu Joss Whedon sejak sinopsis saja menjejali Age of Ultron dengan
materi-materi yang terbilang rumit dan bukan tidak mungkin akan membuat
beberapa diantara kamu terkejut ketika mereka hadir. Dan semakin seru ketika
hal berbeda yang mencoba menjadikan cerita dan karakter terasa lebih gelap itu
tampil dengan cara yang berani. Masih dipenuhi dengan lelucon kecil dalam
jumlah besar yang oke tapi alur cerita sendiri terasa sangat jauh lebih liar
jika dibandingkan dengan The Avengers
tiga tahun lalu, dan disitu pula alasan mengapa Avengers: Age of Ultron tidak berhasil duduk sejajar dengan
kakaknya tersebut.
The Avengers itu ibarat
pesta buat saya, menyaksikan superhero berkumpul jadi satu lalu menjalankan
sebuah misi yang simple jika menilik kekuatan yang mereka miliki. Tujuan
utamanya sederhana lalu fokusnya juga jelas, disamping itu kita menemukan
interaksi antar karakter yang belum begitu matang sehingga kejutan-kejutan
kecil terasa sangat mengasyikkan. Hal itu sepertinya diantisipasi oleh Joss Whedon disini sehingga ia mencoba
sedikit memutar arah untuk memberikan kita cerita yang lebih dalam bukan hanya
satu atau dua tapi bagi mayoritas anggota utama The Avengers dan itu tanpa mengurangi kenikmatan dari jualan utama
lain yang dinantikan oleh penonton, sajian visual yang menarik dipenuhi denga
action sequence yang oke (hello, Transformers!).
Masalahnya disini adalah usaha Joss
Whedon tadi tidak pernah berdiri kokoh ketika Avengers: Age of Ultron berakhir.
Jadi tidak perlu heran
jika kamu akan merasa anti-klimaks ketika Iron
Man, Thor, dan Captain America
kembali berpisah dengan air mata gentlemen mereka, karena sejak awal taruhan
“menyelamatkan dunia” yang mereka usung tidak pernah meraih titik tertinggi.
Ini lebih terasa seperti latihan bagi The
Avengers dan itu hadir dengan formula yang telah mereka pahami betul, lalu
di tengah cerita diselingi dengan usaha menghadapi self evil yang digunakan
dengan baik untuk memberikan kamu beberapa kejutan menarik dari beberapa
karakter. Isu-isu tentang mankind yang di usung memang terhitung oke walaupun
lagi-lagi tidak pernah menciptakan hit yang tinggi untuk membuat penonton
menelisik sedikit lebih dalam. Disini Joss
Whedon seperti testing the water, ia mencoba membuat tone cerita lebih
serius tapi tidak pernah mempermainkan penonton terlalu lama dibagian tersebut,
beberapa akan merasa itu pilihan yang tepat tapi tidak sedikit pula yang akan
merasa kesal karena tone yang sedikit lebih gelap itu punya potensi untuk menjadi
sebuah kejutan yang manis.
Kamu pasti akan pulang
dengan senyuman puas (begitupula saya) tapi jangan kaget jika senyuman tadi
juga ditemani dengan sedikit rasa hampa. Jika tiga tahun lalu ketika Iron Man sukses melakukan penyelamatan
menegangkan kita akan bertepuk tangan penuh gembira, disini ketika Captain America menyapa The Avengers kita akan bertepuk tangan
karena mereka berhasil menjalankan tugasnya. Visual efek yang sangat memukau,
kinerja akting juga oke terlebih dengan tik-tok pada bagian lelucon, beberapa
gambar cantik yang mampu membuat kamu bergumam wow, semuanya digerakkan dengan
cepat, tapi ada rasa hampa ketika ia berakhir, karena meskipun berhasil
menciptakan pondasi bagi masa depan waralaba mereka Avengers: Age of Ultron secara mengejutkan tidak memberikan kejutan
yang mengejutkan.
Cepet banget udah Review aja.....
ReplyDelete:)
DeleteWelcome dear!!! Semoga betah ya. Don't be afraid, no matter what there will be haters, just keep expressing and enjoy! :) #supporter #bighug
ReplyDeleteWell said. :) #shyhug
DeleteThanks kak!!! #backhug
DeleteYes it is...
ReplyDeleteSecara action film kedua menyuguhkan lebih banyak aksi dari yang pertama
Tapi karena semua terlalu cepat, kenikmatannya malah berkurang :)
But still i can't resist black widow flirts hahaha
Sun's getting real low, it's time to lullaby. Lucky Hulk. :)
DeleteDiluar ekpektasi. Terasa hambar. kalo boleh saya bandingkan dengan x-man day future past masih lebih oke. x-man punya pertarungan yang lebih mencekam, hadirnya musuh yang mustahil dihancurkan dengan waktu sebagai bom waktunya terasa jauh berbeda dengan avenger yang menggunakan ultron sebagai musuh utama.
ReplyDeleteBenar, greget pertarungannya sedikit kendor karena "drama". :)
DeletePada awalnya saya kira film ini akan sedikit kelam dan serius. Ternyata hanyalah sebuah film superhero yang menyuguhkan action standar dalam skala yang besar. Tidak ada momen yang intens, berjalan aman dengan komposisi lama yang diolah kembali. Meriah, porsi karakter sudah fokus dengan pembagian yang pas. Yap rorypnm tau persis apa yang kurang dari film ini, sebuah pesta meriah tanpa kejutan. Dengan segelas wine di tangan, tentu seharusnya ada harapan yang tak terduga di pesta ini? Good job rorypnm! You are my vision before watching some movie
ReplyDeleteSelalu sulit memang menaikkan level kesuksesan, apalagi jika pencapaiannya terdahulunya sudah tinggi. :)
DeleteWalaupun banyak yg bilang film ini jauh dari ekspetasi bahkan banyak yg dibuat tidak terkejut krn apa yg memukau dari film ini sudah disuguhkan lewat taburan trailer & TV spot yg melimpah, setidaknya satu yg membuat film ini (dan buah tangan Marvel yg lainnya) adalah sisi humanis dan benar-benar "superhero" yg menyelamatkan dunia. Seperti saat para Avengers menyelamatkan warga New York terlebih dahulu agar tidak ada korban pada Avengers pertama, disini mereka juga mengamankan warga Sokovia bahkan ketika mereka sudah melayang, dan ada yg benar-benar berkorban pula. Hal ini yg membuat saya semakin mencintai Marvel :)) Btw, nice review, tadi nggak sengaja nemu reviewnya waktu jalan-jalan di Google, hehe... ;)
ReplyDelete