"Are you a vampire, werewolf, zombie, witch or alien?"
Horror,
sci-fi, hingga romance,
Spring mungkin merupakan hiburan
langka dimana kamu dapat menemukan tiga elemen tadi dalam kualitas dan
kuantitas yang sama menariknya. Kesan misterius akan membuat kamu terus merasa
waspada tapi disisi lain ia akan memberikan kamu sebuah hal yang sulit
dilakukan oleh kebanyakan film horror, keintiman yang menyenangkan, hal yang
juga membawa kejutan menarik lainnya pada elemen romance yang pada awalnya
seperti malu-malu ketika drama masih berbicara namun akan meninggalkan memori
yang kuat ketika ia berakhir.
Evan
(Lou Taylor Pucci) adalah seorang mantan juru masak yang
baru saja kehilangan ibunya yang meninggal dunia, dan kemudian memutuskan untuk
melakukan perjalanan ke Eropa dengan harapan dapat menemukan kembali harapan
baru dan segar dalam kehidupannya. Evan menemukan apa yang ia inginkan tersebut
ketika bertemu dengan Louise (Nadia
Hilker) yang membuatnya bersedia tenggelam lebih jauh dalam waktu instan.
Namun seperti kecepatan pada rasa nyaman satu sama lain yang mereka bangu Evan
perlahan mulai memperoleh rahasia milik Louise yang dapat memberikan sebuah
bahaya besar bagi hidupnya.
Banyak orang menyebut
ini seperti film Richard Linklater
yang ditambah dengan bumbu horror didalamnya, dan saya tidak dapat memberikan
argument yang lebih jauh tentang hal itu karena perumpamaan yang mereka gunakan
sangat tepat. Seperti Before Series
kamu akan dibawa berjalan-jalan bersama seorang pria yang kemudian bertemu
dengan wanita yang membuatnya jatuh cinta. Setelah bertemu mereka masih akan
berjalan-jalan dan berbicara tapi jika Linklater membawa kita menelisik lebih
dalam tentang hubungan cinta disini Justin
Benson dan Aaron Moorhead
menambahkan unsur sci-fi skala minor dengan horror yang terus membuat kamu
waspada. Ada sesuatu yang kuat dibalik Spring bagaimana ketika kita diajak
mengamati rasa kasih sayang dan kebahagiaan yang kemudian berhadapan dengan
tragedi yang mengerikan.
Punya sinopsis yang sederhana
memang tapi yang membuat Spring
terasa memorable adalah seperti yang saya sebutkan diawal tadi ketika kita
tidak hanya sebatas mengetahui ada tiga elemen yang digunakan oleh film ini
tapi sepanjang film kita terus mengamati apa yang terjadi di tiga bagian
tersebut. Cara yang digunakan Justin
Benson dan Aaron Moorhead dalam
melemparkan tiga hal tersebut secara bersama-sama terasa cerdik dan cermat,
mereka sengaja menaruh sesuatu yang tampak tenang sebagai cover hal-hal
menakutkan didalamnya, sebuah drama yang tampak standard dibalik cara berjalan
yang terasa santai, tapi dengan chemistry yang menarik diantara dua pemeran
utamanya mampu memancarkan isu-isu tentang cinta. Ya, tentang cinta, Spring
akan meninggalkan kamu dengan sesuatu yang mendalam tentang sebuah
relationship.
Tapi meskipun ia
memberikan sebuah impact besar yang menjadikan Spring menarik adalah ia melakukan itu dengan struktur yang terasa
ringan dan mudah di ikuti. Point paling menarik yang menjadi kunci dari
kesuksesan tersebut adalah ia mencengkeram penonton dalam kuantitas yang wajar
tapi setelah itu ia terus mempermainkan imajinasi kita. Spring punya fantasi yang gelap namun menarik karena ia seperti
menjanjikan sesuatu yang terang di garis akhir jika kita terus mengamatinya.
Tidak hanya itu sebenarnya karena sepanjang ia berjalan kita juga diberikan
gairah dan emosi yang mumpuni bahkan terhitung kaya dari horror hingga romance,
ia mampu menghipnotis kamu dengan kekuatan cinta yang terjadi didalam cerita
tapi disisi lain hal yang berhasil menyentuh emosi kita itu ia damping dengan
kejutan menyeramkan yang tidak berhenti membuat kita merasa curiga dibalik
mondar-mandir dengan percakapan yang mendalam.
Ketika ia berakhir saya
merasa bingung harus mengatakan Spring sebagai
film jenis apa, ia mengatakan dirinya sebagai horror tapi unsur romance yang ia
gunakan juga meninggalkan bekas yang menarik. Dengan irama yang tepat ini
merupakan salah satu film yang mampu mengajak penonton kedalam observasi yang
menarik tentang cinta, membawa penonton berjalan dengan fantasi dan
sensitifitas yang mumpuni, berbicara tentang asmara tapi ia juga punya hal-hal
menarik lain yang tidak terduga, intens dan intim ia tampilkan dalam kesan
santai yang tidak pernah berhenti menggoda.
0 komentar :
Post a Comment