"Welcome to the apocalypse, Mr. Squidward. I hope you like leather."
Tidak bisa dipungkiri
memang hal utama yang menjadikan film ini berhasil meraih atensi yang sangat
besar adalah pilihannya untuk menghadirkan karakter-karakter yang sudah sangat
familiar itu kedalam bentuk live action, memberikan penonton kesempatan untuk menyaksikan
SpongeBob, Patrick, Squidward, Mr. Krabs,
hingga Plankton tidak hanya melakukan
aksi gila mereka di Bikini Bottom namun masuk ke dunia di atas mereka,
menciptakan kekacauan yang lebih besar dengan wujud yang juga lebih besar. The SpongeBob Movie: Sponge Out of Water is
a good entertainment with crazy good explosion. "Hilarious".
Plankton
(Mr. Lawrence) kembali berurusan dengan SpongeBob SquarePants (Tom Kenny) dan Patrick Star (Bill Fagerbakke) karena ia
berniat untuk mendapatkan resep rahasia milik Mr. Krabs (Clancy Brown). Tapi suatu ketika resep rahasia yang
tertulis di selembar kertas itu tiba-tiba menghilang, dan menariknya hal
tersebut menimbulkan kehebohan besar bukan hanya pada SpongeBob dan Patrick
tapi juga melibatkan Squidward (Rodger Bumpass)
serta Sandy (Carolyn Lawrence).
Penyebabnya adalah sebuah fakta bahwa lembar rahasi itu ternyata merupakan
bagian dari buku ajaib yang hendak digunakan oleh bajak laut Burger-Beard (Antonio Banderas) untuk
menuliskan segala keinginan jahat yang ingin ia lakukan.
You
don’t have to be a die-hard fan to love this funny mess.
Dengan sinopsis standard lalu kemudian berjalan dengan plot yang sangat tipis film
ini masih mampu memberikan sebuah petualangan selama satu setengah jam yang
cukup menyenangkan, seperti kumpul bersama teman-teman dekat dimana kamu dapat
bercanda dan tertawa lepas dengan segala hal-hal konyol didalam sebuah taman
hiburan. Ya, menyaksikan film ini ibarat mengikuti tur SpongeBob dan teman-temannya dengan berpindah-pindah dari satu
wahana menuju wahana lainnya dengan cepat, masuk ke sebuah wahana lalu bertemu
dengan lelucon hingga slapstick yang mampu membuat kamu tersenyum tapi dalam
waktu singkat lantas berpindah menuju wahana lainnya. Seperti sebuah rollercoaster yang terus memompa kamu
para penontonnya, Paul Tibbitt
berhasil memberikan apa yang kita inginkan dari SpongeBob dan teman-temannya.
Hal yang paling menarik
dari film ini adalah meskipun ia memiliki banyak karater yang sudah sangat
familiar bahkan punya popularitas yang tinggi dan dicintai banyak orang, saya
tidak begitu yakin apakah film ini bisa menghibur semua golongan usia. Memang
banyak lelucon ringan yang mampu menghasilkan tawa sehingga akan membuat
penonton dewasa tidak merasa rugi mengikuti cerita
bergerak, tapi seperti yang kita ketahui bersama SpongeBob dan teman-temannya punya satu ciri khas yang membuat kita
mencintai mereka, aksi hiperaktif yang
tampil dalam waktu singkat dan lalu diakhiri dengan sebuah hit yang manis. Nah,
kamu bayangkan saja hal tersebut hadir dalam durasi yang jauh lebih panjang.
Bukan masalah yang besar memang apabila sejak awal hingga ketika berakhir ia
terus berada di kualitas yang sama, tapi film ini mengalami naik dan turun
yang, well, cukup frontal.
The
SpongeBob Movie: Sponge Out of Water punya momen yang
sangat lucu, tapi ketika ia tidak lucu kamu akan merasakan kelelahan yang ia
miliki. Meskipun kamu sejak awal tidak berniat mengambil segala sesuatu yang ia
berikan secara serius tapi sulit untuk menampik film ini juga punya beberapa
momen miss yang cukup memorable.
Energi yang film ini berikan tidak stabil sehingga ia tidak punya alur yang
dinamis untuk menjaga ketertarikan penonton pada apa yang akan terjadi
selanjutnya. Di beberapa bagian saya merasa seperti hanya menunggu apa lelucon
berikutnya yang akan hadir dibarengi dengan menikmati warna-warna cerah yang ia
tampil sembari menunggu cerita bergerak setelah puas berputar-putar didalam
sebuah lingkaran. Ya, ada satu hal yang layak kamu antisipasi dari film ini,
kamu harus benar-benar terikat dengan pesona karakter karena jika suatu ketika
pesona itu berkurang maka rasa lelah mungkin akan datang menghampiri.
Tunggu dulu, kelemahan
itu tidak lantas membuat semua menjadi kacau, bahkan ia akan terasa minor jika
kamu hanyut bersama visual yang mampu memberikan kepadatan yang meyakinkan, hal
yang tidak dimiliki oleh cerita. Usaha Paul
Tibbitt dan timnya yang seperti ingin terus mengguyur penonton dengan
hal-hal menyenangkan berhasil di sektor visual termasuk didalamnya elemen
live-action world yang mampu memberikan imajinasi menarik dari masing-masing
karakter, meskipun kualitas 3D cukup
berimbang cenderung tidak istimewa. Begitupula dengan pengisi suara yang mampu
memberikan kehidupan pada karakter dalam menjual berbagai lelucon kepada
penontonnya. Tapi sayangnya hal memorable dari film bagi saya hanya elemen live-action world itu, lebih
menyenangkan film pertamanya yang secara kualitas presentasi juga memiliki tempo yang lebih sehat bagi penonton
muda.
The
Lego Movie tahun 2015? Ah, tidak, The SpongeBob Movie: Sponge Out of Water memang berhasil memberikan
tawa lepas yang menyenangkan bersama visual yang manis, tapi jika ketika ia
tampil di televisi kamu memperoleh beberapa pesan terkait persahabatan misalnya
disini kualitas isu "teamwork" yang ia bawa tidak mumpuni. A good
entertainment, ia memang berhasil memberikan apa yang kita inginkan dari
SpongeBob dan teman-temannya tapi petualangan penuh hingar-bingar dengan
segala aksi hiperaktif itu terasa overdo,
dan jangan heran ketika selesai menonton senyuman yang kamu peroleh akan
bersanding dengan rasa lelah. Don't say I
didn't say I didn't warn ya, it’s surprisingly segmented.
0 komentar :
Post a Comment