The Best Exotic Marigold Hotel dapat dikatakan merupakan sebuah
kejutan ketika ia muncul tahun 2012 yang lalu, di prediksi hanya akan menjadi
ajang kumpul bagi aktor dan aktris kawakan British
namun pada akhirnya berhasil menciptakan hit dengan pencapaian box-office 13 kali lipat dari budget
awal dan berujung meraih nominasi Golden
Globes kategori Best Picture dan Best Actress. Tapi salah satu hal yang
kala itu saya rasakan ketika film tersebut berakhir adalah ia tidak akan
memperoleh sekuel karena komposisi dan hasil akhir yang ia hasilkan telah
sangat tepat. Well, please welcome The
Second Best Exotic Marigold Hotel.
Meskipun sedang
mempersiapkan pernikahannya dengan Sunaina
(Tina Desai), bisnis masih menguasai pikiran Sonny Kapoor (Dev Patel) yang bersama Muriel Donnelly (Maggie Smith) berencana untuk memperluas jaringan
dengan membangun hotel kedua. Keinginan mereka menarik perhatian investor asal
Amerika yang kemudian mengatakan bahwa mereka berencana untuk mengirimkan
seorang tamu anonim. Hal tersebut yang membuat Sonny kemudian menaruh curiga
pada pria bernama Guy Chambers (Richard
Gere), seorang tamu yang mengatakan bahwa dirinya seorang penulis namun di
nilai oleh Sonny sebagai seorang penyidik yang sedang menyamar.
Sebenarnya sinopsis
yang dimiliki oleh film ini tidak sesederhana itu, cerita yang ditulis oleh Ol Parker masih akan membawa kamu
bertemu dengan karakter-karakter di film pertamanya dahulu. Evelyn (Judi Dench) dan Douglas (Bill Nighy) misalnya masih
berjuang dalam hubungan romantic mereka, begitupula dengan Norman (Ronald Pickup), Carol
(Diana Hardcastle), Jean (Penelope Wilton), hingga Madge (Celia Imrie), masing-masing punya masalah yang harus mereka
hadapi. Nah, dari situ muncul masalah bagi film ini karena ternyata yang baru
darinya hanya masalah bagi masing-masing karakter tapi cara mereka disajikan
masih mengikuti template yang dimiliki film pertamanya, bahkan saya sering
merasa bahwa eksekusi yang dilakukan oleh John
Madden seperti hanya ingin mencoba meniru film pertamanya yang sukses itu.
Mengecewakan?
Sebenarnya tidak, tapi dengan status sekuel yang ia miliki seharusnya film ini
juga punya niat untuk tampil lebih baik dari film pertamanya, bukannya justru
memilih bermain aman dengan sebatas mengulang kesuksesan. Sangat disayangkan
karena karakter yang sudah terbentuk dengan kuat hanya diputar-putar pada rute
yang sama seperti film pertama, narasi yang terasa tambal dan sulam dengan
kesan episodik, banyak karakter dan banyak isu yang ia coba bawa dan hasilnya
adalah alur yang terlalu santai dan kerap lemah di fokus. Tidak ada sesuatu
yang baru dan super menarik disini, konflik di film pertama di putar kembali
disini dan hasilnya tetap berada di titik start. Narasi yang lemah jadi masalah
utama bagi The Second Best Exotic
Marigold Hotel, strukturnya memang rapi tapi didalamnya tidak ada excitement yang kuat dari tiap-tiap
konflik.
Ya, seperti sebuah tur
bersama aktor dan aktris yang kamu kagumi, mungkin seperti itu The Second Best Exotic Marigold Hotel
ini. Jika film pertama mencoba
menggambarkan bagaimana perjalanan mampu memberikan sesuatu yang lebih segar
bagi kehidupan disini kita bergelut bersama perlunya inspirasi bagi karakter
untuk kemudian bergerak maju didalam kehidupan mereka, dan sayangnya dengan
begitu banyak subplot intimitas yang dihasilkan film ini jauh berbeda dengan
pendahulunya itu, mereka kerap terasa seperti potongan kecil yang terasa
canggung ketika berkombinasi. Hal positif berasal dari visual yang oke dan
tentu saja kualitas penampilan dari para cast. Aktor seperti sudah tahu apa
yang harus mereka lakukan karena telh nyaman dengan karakter yang mereka
mainkan, dan karena itu pula Richard Gere
kurang berhasil menjadi senjata mengejutkan disini.
Dengan berusaha menjaga "image" yang telah ia miliki pada akhirnya The
Second Best Exotic Marigold Hotel tentu saja berhasil
duduk pada level yang dicapai film pertamanya, meskipun secara kualitas
dibeberapa bagian ia mengalami penurunan. Humor masih bekerja dengan baik,
chemistry dan charm juga masih sangat oke, tapi dengan tidak memiliki tantangan besar
seperti film pertama yang mencoba membawa para lansia ini menuju awal yang baru
dalam kehidupan mereka film ini cukup lemah di fokus, di beberapa bagian
terasa canggung, dan tidak jarang ia kehilangan intimitas yang ia miliki dengan
penontonnya. Tidak jatuh drastis memang tapi dengan pondasi dari film pertama
yang sudah sangat kokoh seharusnya film ini mampu meraih pencapaian yang jauh
lebih tinggi dari sekedar daur ulang dalam level oke.
0 komentar :
Post a Comment