Joel
Coen
dan Ethan Coen memulai Fargo hampir dua dekade yang lalu dengan
sebuah pemberitahuan bahwa film yang akan penonton saksikan didasarkan pada
sebuah kisah nyata meskipun nama-nama telah di ubah sebagai upaya melindungi
mereka yang tidak bersalah. Sebuah tindakan yang licik memang karena kemudian
terungkap bahwa “based on true story”
yang Coen Brothers pakai itu tidak
benar. Lantas apakah dengan begitu semua penonton akan menilai Fargo sebagai film dengan kisah fiktif?
Tidak, dan Kumiko, the Treasure Hunter
akan mencoba membawa kamu menyaksikan obsesi dari seorang wanita yang mencoba
mencari uang tebusan yang terkubur di salju pada bagian akhir Fargo. Haunting and hilarious lost in Minnesota.
Kumiko (Rinko
Kikuchi) merupakan wanita yang kesepian dibalik tekanan dalam hidup yang ia
hadapi. Kumiko merasa terisolasi di tempat kerja, dari keluarga sendiri ia
bahkan harus berhadapan dengan amarah ibunya yang ingin agar anak perempuannya
itu segera menikah. Tapi suatu ketika Kumiko menemukan sebuah film berjudul
Fargo dan tertarik dengan kalimat berdasarkan kisah nyata di bagian awal. Efek
hal tersebut adalah timbulnya obsesi Kumiko yang lantas percaya bahwa uang yang
disembunyikan oleh Carl Showalter itu
benar-benar ada, kemudian memutuskan meninggalkan Tokyo dan menuju Minnesota
untuk menemukan “harta karun” tersebut.
Satu hal yang pasti dan
mungkin mayoritas penonton akan setuju bahwa Kumiko, the Treasure Hunter merupakan film yang segmented. Ini merupakan
film yang berbicara tentang bahaya obsesi yang akan membuat kamu menilai ia
sangat malas memberikan eksposisi pada cerita, dan semakin lengkap ketika cara
ia bercerita juga terbilang lamban. Dibakar dengan sangat perlahan, itu yang David Zellner lakukan disini pada cerita
yang ia tulis bersama Nathan Zellner,
tapi dengan cara tersebut bukan berarti tidak ada yang menarik dari Kumiko,
bahkan jika kamu merupakan penonton yang menjadi sasaran yang incar oleh film
maka kamu akan mendapatkan sebuah petualangan kelam dan mungkin pula terasa
depresif yang menyenangkan.
Isu utamanya sederhana,
bahaya dari obsesi yang berlebihan serta bencana jika kamu tidak mampu terus
berada di zona “bersih” ketika tekanan yang depresif belum mau pergi dari
kehidupan kamu, tapi impresi akhir yang ia berikan tidak sama sederhana. Ini
berbicara tentang mental dan rasa sakit, tapi ketimbang membuat kamu
menyaksikan karakter utama naik dan kemudian jatuh Zellner juga mempersenjatai Kumiko dengan imajinasi dan misteri yang
akan membuat penonton melayang-layang bersamanya, dan itu terasa menakutkan
mengingat sinopsis dan cerita sendiri berdasarkan sebuah kisah nyata
yang terjadi tahun 2001 yang lalu. Kombinasi itu yang terasa menyenangkan dari
Kumiko, ia bergerak lamban tapi presisi dalam membuat kamu terus tertarik, ia
tidak pernah berhenti menggoda penonton pada apa yang akan terjadi selanjutnya
pada Kumiko.
Tapi ada satu hal yang
lantas menjadikan Kumiko terasa
semakin aneh dan unik, ia punya misteri yang mempermainkan imajinasi tapi disisi
lain ia tidak membuat kamu jatuh terlalu dalam bersama rasa meditasi depresi
karakter. Ada lelucon dengan jumlah hit yang cukup mengejutkan, kerap
memberikan refresh yang halus pada fantasi kita terhadap cerita. Kemudian
ketika mengeksplorasi karakter Kumiko sembari mencoba menebak kita juga
ditemani dengan atmosfir sinematik yang mengasyikkan bagi mata hingga imajinasi
itu sendiri. Rasa kesepian dan kehilangan seperti tenggelam begitu dalam
bersama tampilan dingin yang Zellner gunakan disini, membuat kamu terus
tertarik untuk mengantisipasi tapi juga semakin larut didalam rasa empati dan
juga emosi pada Kumiko. Kumiko sendiri ditampilkan dengan baik oleh Rinko Kikuchi, memberikan siksaan yang
konstan dan menjauhkan kesan monoton dibalik gerak lambat berkat ekspresi yang
penuh emosi dan energi.
Kumiko,
the Treasure Hunter adalah sebuah film minimalis yang
efektif, dengan berani mengandalkan misteri serta menggunakan imajinasi sebagai
senjata utama untuk membuat kamu tenggelam dalam fantasi dan pesona. Memang
bukan merupakan film yang dapat membuat semua tipe penonton terpikat, tapi jika
kamu merupakan tipe penonton yang film ini incar maka kamu akan pulang dengan
sebuah senyuman lebar, dengan penampilan memikat dari Rinko Kikuchi, imajinasi yang dipermainkan lewat visual dan juga
misteri, mereka di eksekusi dengan terampil, serta dampak atau impact dari bahaya pada obsesi dan kesepian
yang dapat membawa bencana yang disampaikan oleh film ini juga akan tertanam lama di
dalam pikiran.
salah satu film yang gue paling tunggu rilisnya di bluray, hehe
ReplyDelete:)
Delete