Ketika saya hendak menonton
film ini saya bertanya pada teman yang sudah terlebih dahulu menyaksikan Insurgent dan juga sebelumnya juga telah
membaca novel karya Veronica Roth
itu. Jawaban darinya adalah: “apakah layak berharap banyak dari
Insurgent?” Sebuah jawaban yang
sederhana memang namun bukan hanya 50 atau 70 persen namun saya setuju
sepenuhnya dengan pernyataannya teman saya tadi. Insurgent, baik itu dari sisi
novel maupun film, merupakan korban dari masalah yang bukan hanya sekarang
namun mungkin akan kita saksikan beberapa tahun kedepan, sebuah trilogi dengan
bagian kedua yang hanya menjadi sebuah jembatan penghubung dengan daya tarik
yang lemah.
Tris
(Shailene Woodley), Caleb (Ansel Elgort), Four (Theo James),
dan Peter (Miles Teller) berhasil
melarikan diri setelah perisitiwa antara mereka dengan Jeanine Matthews (Kate Winslet) di Divergent. Berada dibawah
lindungan kaum Amity tidak berarti Tris dan timnya itu aman dari bahaya, karena
disisi lain Jeanine berhasil menemukan sebuah kotak misterius yang menyimpan
sebuah rahasia namun harus melewati berbagai rintangan dari faksi berbeda,
kemampuan yang tentu saja hanya dimiliki oleh seorang Divergent, salah satunya adalah Tris.
Insurgent adalah kemasan
apa adanya, bahkan saya lebih senang menyebutnya sebagai kemasan formalitas
untuk melengkapi series Divergent.
Masalah utama dari film sama persis seperti masalah utama dari novelnya, mereka
sama-sama tidak menawarkan perkembangan yang menarik. Bukan berarti saya
mengharapkan sebuah loncatan yang besar dari segi cerita tapi meskipun progress
dari materi yang ia miliki sudah minim bukan menandakan itu tidak dapat diolah
dengan cara yang menarik. Ketika datang hanya satu harapan saya pada Insurgent, coba bakar kembali semangat
penonton seperti pertama kali mereka datang menyaksikan Divergent, bukan justru meneruskan kondisi setelah selesai
menyaksikan Divergent yang kala itu
dipenuhi rasa kecewa dan pesimis.
Berganti sutradara dan
penulis naskah ternyata tidak memberikan perubahan berarti pada Insurgent. Ini
murni seperti jembatan penghubung yang celakanya tidak menawarkan banyak hal
baru yang positif pada penonton untuk mereka pulang. Ketimbang membuat kita
semakin excited menantikan film
selanjutnya kita hanya pergi meninggalkan Insurgent dengan perasaan “oh, oke,
setahun lagi” dengan perasaan jengkel. Satu-satunya hal positif dari film ini
mungkin dari segi visual, ada peningkatan yang cukup oke terutama ketika tris
menjalani tantangan itu, kamu akan memperoleh berbagai visual yang mampu
menciptakan imajinasi yang sulit untuk dikatakan buruk. Hal positif lainnya?
Kinerja para pemeran, seperti Milles
Tiller yang mampu membuat penonton menantikan apa yang akan ia lakukan
selanjutnya, begitupula Theo James
yang disini seolah mengambil alih film dari tangan Shailene Woodley.
Insurgent
menderita
dikarenakan ambisi besar yang mereka miliki tapi tidak disertai dengan rasa
percaya diri yang mumpuni. Seandainya ia menaruh fokus pada Tris dan gejolak
internal yang ia miliki, mungkin akan lebih menarik karena selain itu yang
terjadi di luar Tris sesungguhnya tidak banyak dan bersifat mengganggu, kotak
misterius dan hadirnya Evelyn
Johnson-Eaton (Naomi Watts). Dampaknya bisa besar, karena dengan begitu
image Tris akan menjadi lebih menarik ketimbang memilih memasukkannya kedalam
drama yang terombang-ambing seperti ini sehingga pesona Tris semakin lemah, dan
pesona perjuangan yang mereka upayakan juga mengalami penurunan. Sebagai film
dengan status film kedua Insurgent terasa mengecewakan karena ternyata ia
membawa penonton seperti film pertamanya, mencoba berkenalan dengan Tris dan
timnya, bukannya membawa mereka semakin jauh dari titik awal.
Seandainya Divergent merupakan sebuah desa kecil
dan Allegiant merupakan istana yang
menjadi sasaran pemberontakan dari para rakyat, maka Insurgent adalah sebuah sekuel yang menghabiskan banyak waktu untuk
tersesat di hutan belantara untuk kemudian menemukan jalan keluar bersama
penonton yang sudah lelah berputar-putar bersamanya dengan pesona, semangat,
dan energi yang kurang mumpuni.
0 komentar :
Post a Comment